Life of Happy Mom - Indonesian blog about parenting, health, & up and down of life.

Cerita Homeschooling: Rebutan Azan

Wednesday, July 3, 2024

Anak-anak selalu penuh kejutan. SID pernah berkata nanti saat usianya 7 tahun, ia akan iqamah di masjid. Namun, lewat dua tahun hal tersebut belum terjadi hingga suatu malam ia mengumandangkan azan isya' untuk pertama kalinya. Lho, itu suara anakku?

Tak percaya saya mendengar suara azan malam itu. Uno, si bungsu, mendatangiku sambil berkata, "Itu Mas yang azan." Saya segera mendekat ke arah shaf laki-laki. Alhamdulillah anakku berani azan.


Cemburu Azan Merdu Si Fulan


Perkara azan saja menjadi cerita tersendiri yang ingin saya tulis dalam perjalanan homeschooling kami. Tulisan ini sebagai pengingat diri agar menghargai proses, berdoa pada Allah, tidak menggegas dan minta segalanya instan. Begini ceritanya....


Mundur ke bulan Mei, SID memiliki teman baru, sebut saja Fulan, yang datang dari luar pulau. Tingginya sedikit lebih tinggi dari SID namun ternyata ia sudah kelas 5 SD. Kehadiran anak tersebut mengubah suasana cukup drastis karena suaranya sangat merdu ketika azan.


Selama ini anak-anak jarang mendapat kesempatan azan di masjid komplek, kalau iqamah sering. Akan tetapi, Si Fulan dengan suara melengking mendayu-dayu mendapat tempat tersendiri ketika azan. Banyak jamaah mengaguminya. Nadanya khas, unik, dan indah didengar. Masya Allah.


Hal ini menuai kecemburuan pada anak-anak lain. Si Fulan sering dipuji pintar padahal menurut anak-anak lain, ia sama saja. Setelah azan, Fulan malah pergi ke luar masjid. Rupanya kondisi tersebut menjadi salah satu yang memacu SID untuk berani azan. 


Tak hanya itu, anak-anak lain pun bersemangat belajar azan dan iqamah. Bahkan ada anak yang mencatat kalimat azan di selembar kertas kecil. Anak-anak pun berbagi giliran siapa yang akan azan, siapa yang iqamah di waktu salat yang mana. Masya Allah.


Rebutan Azan dengan Bapak-bapak


Suatu sore, SID pulang dalam keadaan kecewa. Saya heran karena tadi ia pamit untuk bersiap azan ashar tetapi mengapa suara orang lain yang terdengar. Jawabannya membuat saya kaget. Ia sudah menunggu sejak pukul 3 sore di masjid untuk azan namun ketika waktu tiba, seorang bapak merebut mikrofon.


Hari-hari berikutnya, SID dan teman-temannya berusaha untuk azan namun sering keduluan oleh si bapak tadi. Yang membuat geram, si bapak berkata suara anak-anak itu pelan, tidak cocok azan. *hiks


Apa anak-anak tidak boleh azan? Apa azan yang dilantunkan anak tidak sah? Bila tidak sah, mengapa azan di TV ada yang dikumandangkan seorang anak?


Saya membaca hasil googling mengenai hal tersebut dengan suara keras supaya SID mendengar. Artikel tersebut menyebutkan bahwa anak-anak boleh azan, salah satu syaratnya yaitu tamyiz (paham benar-salah, usia 7 tahun).


Alhamdulillah konflik dengan si bapak tidak menyurutkan semangat anak-anak untuk mengumandangkan azan di masjid. Jadikan ini proses belajar. Berani azan itu hebat apalagi belajar nada yang indah. Masya Allah....


Sisi positifnya, SID jadi lebih disiplin ke masjid. Di tengah asik main bola, ia ingat sebentar lagi waktu azan maka ia menghentikan bermain dan menuju masjid.


Ia juga bersemangat mau azan di masjid-masjid lain. Hal tersebut menjadi motivasinya ingin mudik karena mau mengumandangkan azan dan iqamah di masjid dekat rumah akung.


Uno, si balita yang mengidolakan kakaknya, juga tak mau kalah. Ia belum bisa azan karena belum tamyiz. Bacaannya pun masih belum tartil. Akan tetapi, ia berkeras mau iqamah sampai berebut dengan saudaranya. Dalam perjalanan mudik, ia berlatih iqamah untuk persiapan di masjid nanti. Masya Allah ....

Hasil jepretan paparazzi (baca: Ibu) 😆


Sebelum azan pertama SID, suami dan saya sering kali menanyakan kapan ia akan iqamah di masjid. Hal itu hanya dijawab dengan melengos atau menghindar.

Kami, orangtuanya, heran apa yang membuatnya masih ragu sementara teman-teman dekatnya sudah banyak yang iqamah bahkan azan. Ya, butuh waktu untuk SID meyakinkan dirinya melangkah. Alhamdulillah kini ada kemajuan yang sangat kami syukuri. "I am proud of you. You must be proud of yourself, Nak!"

12 comments on "Cerita Homeschooling: Rebutan Azan"
  1. jadi ingat anak lelaki saya, pertama kali adzan pas kelas 4 SD. sebelum adzan, dulu dia sudah sering melantunkan puji2an yg biasa dilakukan setelah adzan, setelah itu baru dia berani adzan. Selamat ya SID, sdh berani adzan

    ReplyDelete
  2. Masha Allah mak semoga anak2 kita anak2 yang dekat dengan masjid kelak ibadah sholatnya tidak ada yang tertinggal. Anakku juga gitu suka minta azan, sama pak de yng biasa azan di masjid tempat dia ngaji. kadang di izinin kadang nggak..hheheeh

    ReplyDelete
  3. masyaallah semoga anak-anak kita ringan kakinya melangkah ke masjid setiap hari dan selalu dekat dengan Allah

    ReplyDelete
  4. Masya Allah.. Keren SID.. Insya Allah calon penerus Bilal bin Rabah. Saya baca anak2 dengan motivasi seperti ini seneng banget deh. Dr kecil kecemburuannya masya Allah.. Jadi pengen ngulek bapak2nya.. Bo yaa ga usah main rebut. Kan bisa dikasih tau anak2nya pelan2. Kudu ikut belajar bareng SID itu sama mama helena.

    ReplyDelete
  5. Masya Allah tabarakallah, berprogress ya. Semoga ananda istiqomah untuk memakmurkan masjid dan ringan buat ikutan aktivitas masjid, salut banget sama progress nya dan memang lebih baik sedari dini sudah diakrabkan sama kegiatan masjid.

    ReplyDelete
  6. Kalo rebutannya karena alasan ingin dapat pahala sih gak masalah, malah bagus saling berlomba² dalam kebajikan. Namun karena di luar alasan itu, keknya aneh sih, apalagi kalo anggapannya suara anak² itu pelan, sebaiknya kasih kesempatan dulu untuk si anak menunjukkan kemampuannya ya

    ReplyDelete
  7. Masya Alllah SID hebat sekali... anakku masih malu-malu, walau memang biasanya suka diajak bergantian di sekolah. Suka dapat laporan dari guru Quran, kalau Kelvin masih malu. Semoga kelak seperti SID.

    ReplyDelete
  8. MasyaAllah semangat sekali si kakak mengumandangkan azan hebat.Jarang sekali anak-anak disini yang mau mengumandangkan azan, lebih asik bermain

    ReplyDelete
  9. MashaAllaa~
    SID dan adik Uno senang sekali menjadi anak laki-laki sholih yang mencintai masjid dan ini menandakan masjidnya penuh keberkahan karena menjadi tempat yang nyaman bagi seluruh warga untuk berkumpul dan mengingat Allah.
    Barakallaahu fiikum.

    ReplyDelete
  10. Wah keren, udah pada gak sabar kepengen azan juga di masjid ya. Semoga nanti bisa jadi muazin bersuara merdu. Jadi keingetan anak-anakku juga. Waktu Idul Adha kemaren pada ke masjid juga pada rebutan kepengen takbiran. :D

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah, Luar biasa nih semangat dan perjuangan SID untuk bisa mengumandangkan adzan di masjid kompleks. Semoga akan makin sering ada kesempatan mengumandangkan adzan ya

    ReplyDelete

Hai!
Terima kasih banyak ya sudah berkunjung. Semoga artikel tersebut bermanfaat.

Bagaimana komentarmu? Silakan tulis di kolom komentar, bisa pakai Name/URL. Kalau tidak punya blog, cukup tulis nama.

Ku tunggu kedatanganmu kembali.

Jika ada yang kurang jelas atau mau bekerja sama, silakan kirim e-mail ke helenamantra@live.com

Salam,
Helena

Auto Post Signature

Auto Post  Signature
Stay happy and healthy,