Allahuakbar... Allahuakbar... Allahuakbar...
Laa ilaaha illallahu wallahuakbar...
Allahuakbar wa lillahil-hamd
Suasana malam takbiran di masjid |
Takbir berkumandang dari masjid dekat rumah akung. SID, Uno, dan sepupunya yang bergantian menyuarakan takbir. Masya Allah... Alhamdulillah...
Malam takbiran menjadi momen yang ditunggu anak-anak ketika mudik. Kebetulan akung menjadi takmir masjid sehingga para cucu dapat mengumandangkan takbir melalui speaker masjid.
Awalnya Uno malu-malu, ia mau takbir di rumah saja. Namun, setelah beberapa lama ia pun mulai nyaman dengan keadaan dan berani memegang mic untuk bertakbir. Alhamdulillah.
Membuat Target Ramadan
Alhamdulillah Ramadan tahun ini saya kembali mengikuti program Ramadan Connecting Mama (kali ini menggandeng Kumpulan Emak-emak Blogger).
Program Ramadan ini mengajak para member untuk rutin setoran tilawah, tarawih, juga mengikuti kajian selama bulan suci Ramadan. Setoran laporan dikirim dalam Whatsapp Group setiap harinya.
Selain itu, diadakan juga 3x kajian dengan berbagai tema untuk para peserta yaitu tata cara mandi wajib, tahsin, dan menghafal Alquran untuk anak. Yang terakhir ini saya tidak ikut karena berbarengan dengan kelas memasak SID.
Hadirnya program ini memacu saya lebih optimal menjalankan ibadah selama Ramadan. Tahun lalu saya gagal, hanya mampu membaca Alquran 15 juz dalam sebulan. Tahun ini saya membuat tema besar Ramadan untuk makin mendekat pada Quran dengan target khatam 1x dalam sebulan.
Sebenarnya target ini sederhana. Khatam 30 juz dalam sebulan berarti sehari perlu selesai membaca 1 juz. Setiap juz itu 10 lembar maka bila setiap selesai salat wajib saya membaca 2 lembar, target tersebut dapat tercapai.
2 lembar tiap selesai salat, sounds simple but... 😅 godaan itu ada aja. Nyatanya saya tidak selalu konsisten membaca 2 lembar. Kadang kurang, kadang lebih (karena waktu luang atau mengejar target).
Akan tetapi, saya menyadari kecepatan membaca Alquran tahun ini alhamdulillah meningkat. Setiap lembarnya sekitar 5 menit.
Saya masih belajar melancarkan bacaan Quran. Efek ikut tahsin seminggu sekali dan mendorong diri untuk tilawah (walau bolong-bolong) alhamdulillah membawa dampak positif. Atas ridho Allah, di siang hari terakhir Ramadan saya khatam. Masya Allah...
Belajar tahsin di masjid |
Di sisi lain, saya sedikit mengambil pekerjaan baik menulis blog maupun media sosial. Bakal makin menantang untuk khatam Quran jika harus meliput acara, kena macet, pulang malam (sebagian besar blogger gathering diadakan sore hingga waktu berbuka), membuat konten, dsb.
Alhamdulillah Allah beri rezeki melalui jalan lain. Saya tetap dapat bekerja dari rumah. Selama sebulan lalu, saya hanya meliput 2x di luar rumah. Itupun hanya 1 acara yang waktunya menjelang buka puasa. Kebetulan lokasinya tak jauh sehingga setelah salat maghrib, saya langsung pulang dan belum ketinggalan tarawih di masjid komplek.
Oh ya, saya dan tetangga mengadakan semacam playdate di masjid untuk anak usia dini. Alhamdulillah impian program ini terwujud kembali. Terakhir tahun 2022 itupun sendiri. Sekarang saya lebih berani menggandeng rekan.
By the way, saya cerita begini bukan bermaksud pamer (yang baik datang dari Allah, yang salah datang dari saya). Ini murni jadi pengingat pribadi supaya memacu semangat membaca Alquran. Kalau selama Ramadan bisa rutin tiap hari, di bulan-bulan selainnya juga insya Allah bisa, dong!
Idul Fitri yang Berbeda
Nah, sekarang masuk bagian sedihnya 🥺. Idul Fitri merupakan hari raya kemenangan umat Islam setelah menaklukkan tantangan menahan diri di bulan Ramadan.
Dalam kebiasaan keluarga besar kami, baik suami maupun saya, ada tradisi mudik. Tahun ini kami mudik ke rumah mertua terlebih dahulu. Setelah salat ied barulah meluncur ke tanah kelahiran saya, Gresik.
Mudik ke Gresik tak lagi sama karena ini pertama kalinya kami berlebaran tanpa Ummi (ibu saya). Almarhumah berpulang pada Januari 2024 lalu.
Ngemil di pantai 😆 |
Biasanya Ummi akan bolak-balik menanyakan kapan ke Gresik, sudah sampai mana. Beliau akan sibuk sepanjang waktu di dapur menyiapkan aneka masakan kesukaan tiap anak dan cucu. Sampai-sampai saya minta stop supaya beralih main bersama cucunya.
Idul Fitri tahun ini tidak ada cipika cipiki dan mencium tangan Ummi. Kegiatan ini berganti dengan mengunjungi makam Ummi dan Ayah.
Ketika berkunjung ke rumah Ummi, melihat foto beliau, dan membicarakan kenangan Ummi dengan anak-anak rasanya seperti beliau sedang pergi sejenak. Nanti juga kembali lagi. *tapi itu tak terjadi.
"Ini rumah kita semua," perkataan kakak membuatku haru.
Mengingat kenyataan Ummi telah tiada membuat saya menarik napas sadar dan mengirim Alfatihah. Semoga almarhumah dilapangkan kuburnya, husnul khotimah, dan kami dapat berkumpul lagi di surga-Nya kelak.
Itulah catatan kecil Idul Fitri 1445 H. Ada momen bahagia, ada pula sedih dan haru. Taqabbalallahu minna wa minkum, taqabbal yaa kariim.
Bagaimana lebaranmu kali ini?
Post Comment
Post a Comment
Hai!
Terima kasih banyak ya sudah berkunjung. Semoga artikel tersebut bermanfaat.
Bagaimana komentarmu? Silakan tulis di kolom komentar, bisa pakai Name/URL. Kalau tidak punya blog, cukup tulis nama.
Ku tunggu kedatanganmu kembali.
Jika ada yang kurang jelas atau mau bekerja sama, silakan kirim e-mail ke helenamantra@live.com
Salam,
Helena