"Bu, ada yang dicoblos semua 'trus dibilang ini tidak sah, tidak untuk ditiru," ceritanya menggebu sepulang dari TPS. Pemilihan umum alias pemilu yang berlangsung pada 14 Februari 2024 tak hanya menarik perhatian orang dewasa. Anak-anak pun ramai membicarakan tentang pemilu, termasuk anakku yang kelas 2 SD.
Peduli dengan Pemilu
Semenjak deklarasi pasangan calon presiden - wakil presiden, ia kerap membicarakan tentang perhelatan lima tahunan ini. Wajar, sih, karena setiap keluar rumah kita akan menjumpai deretan spanduk, baliho, bendera, dan alat kampanye lainnya yang berisikan foto-foto orang. Hal ini tentu menarik perhatian, mereka itu siapa? mengapa wajahnya dipajang dimana-mana? apa itu pemilu? bagaimana prosesnya?
Beragam pertanyaan yang muncul dari SID membuat saya kali ini lebih concern mengikuti jalannya pemilu. Selain itu, saya juga penasaran nih karena kan presiden sudah 2 periode jadi bakal ganti presiden. Siapakah yang akan menggantikan? Apa visi, misi, dan program yang akan diusung? Bagaimana tipe orang yang disukai para pemilih?
Pemilu di Masa Kecilku
Pesta demokrasi seperti sekarang ini jauh berbeda dari masa kecil saya. Teringat dahulu saya berjalan kaki menuju TPS menemani ibu sambil bertanya, "Ibu memilih apa?"
Hanya ada tiga partai kala itu. Warnanya merah, kuning, dan hijau seperti lampu lalu lintas. Setiap kali pemilu, pemenangnya sudah bisa ditebak. Rasanya pemilu hanya sebagai formalitas.
Pertama kali saya mendapatkan hak suara dalam pemilu ketika pemilihan presiden pertama kali langsung oleh rakyat. Ya, Megawati versus SBY. Suatu pengalaman yang sangat saya tunggu-tunggu.
Belajar Apa Saja Melalui Pemilu?
Pengalaman mengikuti pemilu ini saya ceritakan ke SID. Ia melihat perbedaan jumlah partai, kalau dulu hanya 3 sekarang 18 partai nasional yang dapat dipilih untuk wilayah tempat kami. Ada partai yang logo benderanya tak asing karena sangat sering kami jumpai. Ada pula partai yang membuat kami memicingkan mata membaca namanya, "Ini partai apa, sih? Siapa pemimpinnya? Dukung capres yang mana?".
Kami juga belajar lewat printable lapbook dari Mbak Listya, sesama homeschooler yang anaknya tertarik dengan pemilu juga. Terima kasih ya, Mbak!
Itu nomor punggung sepak bola, engga ada hubungannya dengan pemilu 😁 |
Beda Dapil, Beda Orang
Lagu dapat menjadi media berkampanye. Ada sebuah jingle yang SID nyanyikan berulang-ulang, liriknya menyebut nama seorang calon legislatif (caleg). Ia mendengarkan lagu itu dari TikTok.
Rupanya caleg tersebut seorang pengamen. Kami membaca keterangan di Google bahwa ia berada di daerah pilihan (dapil) di Jawa Tengah.
"Bu, pilih yang ini aja," ujarnya memberikan saran.
"Oh, enggak bisa karena ini bukan dapil sini (Jakarta). Beda dapil, beda orang," jawab saya.
Pemilu banyak sekali memberikan istilah asing namun dari situ terbuka pintu belajar, salah satunya mengenai dapil. Ada yang tingkat provinsi, ada yang tingkat kabupaten, ada pula kecamatan.
Saat perjalanan mudik, kami melewati kota-kota dari Jakarta sampai Jawa Timur. Ia menyadari wajah orang-orang di baliho berbeda-beda. Nah, itu maksud dapil tadi, beda dapil maka beda orang yang mencalonkan diri jadi caleg.
Debat Capres Cawapres
"Bu, debat capres mulai pukul 17.30," katanya di lain waktu sepulang dari bermain.
"Tahu dari mana? Biasanya debat malam setelah isya'," ujar saya.
"Dari TV, beneran Bu tadi disebutkan mulainya 17.30," jelasnya.
SID punya kebiasaan menonton TV di dekat pos satpam karena di rumah kami tanpa TV. Pulang dari sana biasanya ia akan membawa rangkuman berita menarik, entah harga cabai atau jadwal seputar pemilu.
Kami tak pernah melewatkan debat capres dan cawapres. Agenda menonton debat masuk dalam jadwal kegiatan homeschooling kami. Awalnya saya tidak mengajaknya nonton, entah mengapa ia sendiri yang tertarik menyaksikan sampai tuntas. *emang enggak bosan yah mendengarkan orang ngomong-ngomong?
Menonton debat, apalagi ini level pemimpin negeri, menjadi tempat belajar. Ia menyaksikan bagaimana proses debat, menambah kosa kata, termasuk bagaimana cara menjawab ketika tidak paham. Setelah debat pun kami masih membicarakan, mengungkapkan pendapat masing-masing. Jadi belajar berkomunikasi, kan.
Seru ya ternyata Pemilu bisa menjadi pelajaran juga utk anak2. Bener ya mbak, jangan pernah gampang menyerah atau putus asa. Prabowo tidak pernah menyerah untuk mencoba mencalonkan diri
ReplyDeleteSyukurlah anak-anak tertarik dengan pemilu. Semoga ketika punya hak suara mereka lebih aware dan enggak golput
DeleteBerarti anak Mbak Helena seumuran dengan anak pertama ku mbak. DIA juga tertarik sama pemilu. Nanya2 mamah pilih siapa katanya🤭
ReplyDeleteUmur 8, Mbak. Seumuran yaah. Katanya dia tertarik pemilu karena ini pemilu pertama saat dia sadar. 5 tahun lalu kan masih kecil, engga ingat.
DeleteJleeeeb dalem sekalii ibuk closingannya. Aku kirain di samping nomor 7 itu tadi Pak PS 😂
ReplyDeleteSebelah Sid...
Kalau boleh diubah, ingat ibuk aja ye Sid kalau lagi nggak smangat.. jangan ingat doi😂. Anak Sd di sekolah anakku jg sama, pas ku dengar diparkiran mereka asyik ngomonin hasil QC. Keren anak esde zaman now
Ehehehe... Memetik pelajaran, ambil sisi baiknya ajah.
DeleteNah tentang quick count itu aku nanya ke dia karena dia yang suka nonton TV di pos satpam.
Haha dapat makan siang gratis ya SID, iya anak-anakku juga belum memilih tapi tertarik dan semangat berdiskusi tentang pemilu ini
ReplyDeleteKetika Pemilu tiba, bahkan jelang Pemilu, kita semua ikut merasakan keramaiannya. Dari orang dewasa dan anak-anak pun banyak yg membahasnya.
ReplyDeleteKini pemilu usai, semoga pemimpin terpilih membawa negeri kita makin makmur dan sejahtera.
Keren anak sekarang
ReplyDeleteSudah tertarik politik sejak dini
Bisa lihat langsung proses pemilu di TPS Ya mbak
Masya Allah SID, antusiasnya anak dalam pemilu tuh seru ya mak. Sama seperti Kelvin, dia bilang "bun nanti pilih si xxx ya" sementara ini caleg Jakarta, efek rumah kita tuh berbatasan antar Jaksel - Tangsel makan akan rancu anak-anak kalau lihat. Aku juga bilang "kita gak bisa pilih dia, karena kita KTPnya Tangsel dan calegnya harus cari yang Tangsel". Kemarin pas ke TPS dia juga sibuk melihat foto-foto para calegnya, kalau foto capresnya hapal dia. hahahaaa...
ReplyDeletependidikan politik sangat penting ditanamkan sejak dini, mengenalkan visi misi, perjuangan, bukan sekedar menang dan kalah, salut dengan SID yang masih SD sudah peduli hal seperti ini
ReplyDeleteSeru banget ya Pemilu tahun ini, sampai anak-anak pun ikut antusias. Anakku pun sudah dari lama sangat menantikan hari Pemilu, karena libur. Sehari sebelum hari pemilihan, dia baru tahu kalau ternyata dia nggak bisa nyoblos. Kecewa banget dong dia. Aku suruh tunggu 10 tahun lagi. Semacam penantian yang sangat panjang baginya. Hahahaa.
ReplyDeleteAiih.. Ibu SID mashaAlla~
ReplyDeleteTetap memberikan insight yang positif untuk siapapun yang menjadi pemimpin dengan masa tugas 2024-2029.
Semoga amanah dan kalau anak-anakku suka tanya "Kenapa Mama milih paslon itu?"
"Karena kalau diliat dari program 100 hari pertama, rasanya yang paling memberikan dampak baik untuk jangka panjang adalah paslon yang mama pilih, kak.."
Dimulai dari sebuah skema mengajarkan anak bahwa setiap pemimpin akan bertanggungjawab dengan apa yang dilakukannya selama masa amanah tersebut diberikan. So, ga mudah kan yaa..
Ah bener..hingar bingar (eh hingar bingar gak sih? hehe) pemilu memang menariik perhatian anak-anak juga. Anak2ku jd menghitung-hitung, berapa tahun lagi mereka bisa ikut memilih hihihi. SID keren euy, betah nonton debat. Aku aja ga tahan lho nonton debat hahaha.
ReplyDeletePemilu kali ini memang berbeda dengan pemilu sebelumnya. Semua kalangan sepertinya tertarik mengikuti setiap proses perhitungan suaranya.
ReplyDeleteTermasuk anak-anak yang tertarik dengan pemilu
anakku juga kuajak ke tps kemarin itu tapi dia masih belum ngerti sih sama pemilu ini. hihi. tapi dia tahu capresnya prabowo gibran aja nggak tahu yang lain
ReplyDeleteAslikk ngakak yg trakir...bener juga yaa prabowo yahud gigih bangett patut ditiru kegigihannya
ReplyDeleteAhahaha jadi salfok. Benar juga ya dulu partainya cuma tiga :D
ReplyDelete