Menjalankan homeschooling tak selalu mulus sesuai rencana. Ada masa di mana aktivitas harian berjalan dengan baik, anak mudah diajak belajar bersama. Ada pula masa di mana rencana yang disusun berubah total seperti saat sakit atau menjaga keluarga yang sakit.
Ketika Agenda Batal
Cerita homescholing kali ini saya membahas mengenai kondisi tidak ideal yang kami alami baru-baru ini. Dalam pekan tersebut kami sudah menuliskan sederet agenda yang cukup padat seperti berkunjung ke pameran, setoran mengaji juz 30, dan pertemuan pertama pramuka. Qadarullah semua itu harus dibatalkan karena kami mendadak mudik.
Pagi itu kami membuat janji dengan sesama keluarga homeschoolers untuk pergi ke pameran. Namun, rencana berbelok tajam. Alih-alih naik bus Transjakarta ke arah Monas, kami naik taksi menuju bandara.
Keadaan genting, umi (ibu saya) masuk ICU. Kami menyiapkan pakaian dan bekal secepatnya. Tak lupa di awal saya meminta maaf, memohon pengertian pada anak-anak bahwa agenda harus berubah. Syukurlah mereka mengerti.
Menjaga Keluarga yang Sakit
Cerita mudik kali ini diselimuti mendung. Biasanya kegiatan selama mudik diisi dengan bermain ke taman, wahana bermain, atau wisata kuliner.
Kali ini tidak bisa karena begitu sampai di Gresik, kami langsung menuju rumah sakit. Hari-hari berikutnya berlangsung kurang lebih sama: pagi ke RS, siang pulang (usahakan tidur siang), sore ke RS hingga malam, kemudian kembali ke rumah.
Selama di rumah sakit, kami berada di ruang tunggu khusus pasien ICU. Alhamdulillah kakak menyewa ruang tunggu VIP yang tertutup sehingga kami bisa menunggu dengan lebih nyaman. *walau hati tak karuan menunggu perkembangan ibu.
“Nak, ini keadaan darurat karena Umi sakit. Jadi kita akan banyak bolak-balik ke rumah sakit. Kadang mendadak harus berangkat. Mohon pengertiannya ya dan mohon doanya supaya Umi lekas sembuh.” ujar saya kepada anak-anak.
Benar saja, tengah malam kakak mengabarkan kondisi Umi menurun. Saya dan anak-anak pun segera ke RS. Malam itu, mereka pindah tidur di kasur ruang tunggu.
Belajar di mana Saja, Kapan Saja, dan Dari Mana Saja
“Lho, sekolahnya libur dong,” komentar para tamu yang ta’ziyah ketika bertemu SID.
Dalam hati saya bersyukur, alhamdulillah homeschooling, sehingga tidak perlu izin dari sekolah atau tertinggal pelajaran. Kami dapat tinggal lebih lama, dari Umi sakit hingga seminggu setelah meninggal.
Rencana pembelajaran (plus jalan-jalan) memang berubah tetapi homeschooling menyediakan fleksibilitas bahwa belajar itu tidak harus dengan membuka buku teks atau berada dalam gedung bernama sekolah.
Sebelumnya, anak-anak belajar packing, mempelajari alur naik pesawat di bandara, melihat pesawat dari jarak dekat, membaca buku petunjuk, serta mengelola rasa dag dig dug saat take-off dan landing.
Ketika di rumah sakit, sebagian besar aktivitas mereka menggunakan gawai untuk nonton atau main game. Yah, kondisinya demikian, kadang saya harus menemani ibu di ICU atau menerima tamu jadi saya mengelola ekspektasi untuk menerima keadaan.
Akan tetapi, sesekali saya ajak mereka melihat suasana rumah sakit, ruangan di sekitar ICU, juga melewati poli-poli yang ramai. Kami juga sering bermain di poli anak yang ada area permainan serta sofa lebar. Lumayan yah, Uno bermain perosotan sementara saya bisa bersantai.
SID punya spot favorit yaitu lobi rumah sakit karena di sana ada free Wi-Fi. Dengan santai dia duduk di sofa lobi, serasa rumah sendiri. Syukurlah enggak diusir satpam, LOL.
Saat di RS, kami membawa buku bacaan dan kartu permainan. Kami bermain bersama sanak saudara yang berkunjung untuk melepas ketegangan. Menunggu pasien ICU itu vibes-nya beda dari pasien rawat inap :(
Banyaknya tamu, baik keluarga maupun teman, yang berkunjung membawa pembelajaran tersendiri bagi anak-anak. Mereka berlatih adab menerima tamu, berinteraksi, berkomunikasi, sampai menemukan teman baru.
Saat Umi meninggal, kami belajar tentang mendoakan orang yang sudah wafat, memandikan jenazah, salat jenazah, serta melihat proses pemakaman secara langsung. Mengelola hati yang berduka juga menjadi proses belajar kami.
Acara tahlilan yang berlangsung tiap hari hingga hari ketujuh membuka beragam pintu belajar. SID ikut menyiapkan snack box, melipat, dan memasang bagiannya melatih motorik halus.
Ia dan adiknya menyusun kotak hingga tinggi, sepuluh kotak tiap kelompok. Kemudian ia menghitung seluruh kotak menggunakan perkalian.
SID turut mengisi kotak-kotak dengan makanan, menghitung, menata, juga mengirimnya ke mushola. Ia mengikuti jalannya tahlilan di mushola seberang rumah.
Sementara Uno menunjukkan kemajuan dalam proses komunikasi. Ia berani menjawab pertanyaan para tamu yang baru dijumpainya.
Uno juga belajar sepeda roda dua. Dalam waktu dua hari alhamdulillah ia sudah bisa mengayuh sepeda padahal sebelumnya ia hanya menggunakan balance bike. Ia belajar di sela-sela waktu sebelum ke rumah sakit.
Selain hal-hal di atas, saya meyakini anak-anak belajar mengelola emosi dari sejak kepulangan yang mendadak hingga ketika nenek kesayangan mereka meninggal.
Life is full of uncertainties. Nobody knows what will happen next.
Itulah faktanya, hidup ini penuh kejutan. Kita sebagai manusia hanya dapat berencana, melakukan peran dalam kendali kita. Apa yang terjadi pada detik berikutnya, hari berikutnya, hanya Allah Tuhan semesta alam yang tahu, yang berkehendak. Saya percaya ketetapan Sang Maha Berkehendak adalah yang terbaik.
Menjalani homeschooling tak selalu mulus. Ada kondisi yang terkadang membuat perjalanan homeschooling tidak ideal seperti gambaran kita. Sebagaimana bersepeda melewati aneka bentuk jalan - lurus, beraspal, menanjak, berbatu-batu, berlubang, dan sebagainya - kita perlu terus mengayuh supaya tidak jatuh.
Innalillaahi wainna ilaihi raaji'uun. Turut berduka cita atas kepulangan ummi tercinta ya Helena. Ya ga apa2 proses pembelajaran homeschooling kali ini di luar rencana karena ada prioritas yang memang wajib dilakoni. Ternyata si kecil bisa belajar di mana saja dan kapan saja termasuk di rumah sakit. Alhamdulillaah nyaman. Emosi anak saat neneknya wafat juga bisa dikontrol, itu bagus sekali.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Nurul. Aku sangat bersyukur anak-anak mudah diberi pengertian termasuk si kecil yang betah jaga di RS.
DeletePlus minusnya pasti ada ya mbk, tapi buat anak HS kalo mendadak ada hal2 diluar prediksi, kegiatan yang sedang berlangsung seperti tahlilan, harus ikut ke RS jadi tempat pembelajaran anak ya mbk.
ReplyDeleteTurut berduka cita atas meninggalnya ibu, semoga husnul khotimah, aamiin
Iyah Mbak alhamdulillah bisa fleksibel atur jadwal, ga buru-buru balik buat sekolah. SID sempat enggak masuk untuk klub olahraga dan ngaji, sih
DeleteMbaa, ikut berduka cita yah. InsyaAllah Umi husnul khotimah
ReplyDeleteIMHO, inilah esensi belajar yg sesungguhnya🙏 anak² jd paham bahwa THIS IS THE REAL LIFE, banyak ujian yg datang mendadaak, dan m mereka bisa berlatih persiapkan mental dgn baik
Wow, homeschooling memang petualangan yang penuh warna ya! Meski ada momen-momen tidak terduga seperti kondisi Umi yang harus dihadapi, kalian tetap bisa memanfaatkan setiap kesempatan untuk belajar. Mulai dari belajar mengelola emosi, beradaptasi dengan perubahan rencana, sampai pada aspek-aspek kehidupan sehari-hari.
ReplyDeleteTetap semangat dan tabah, Helena! Mungkin ini adalah pembelajaran berharga bahwa homeschooling tidak hanya tentang buku dan kelas, tapi juga tentang bagaimana menghadapi kejutan hidup dengan bijak.
Turut berduka cita, kak Helena.
ReplyDeleteSemoga semuanya sehat, kuat dan bisa melanjutkan keseharian dengan doa-doa terbaik untuk Umi.
Allahummaghfirlaha warhamha wa'aafihi wa'fu'anha.
SID dan Uno Belajar dengan penuh antusias meski keadaan tidak ideal.
Semoga pembelajaran HS ini menginspirasi dan menguatkan para home schooler untuk terus semangat membersamai ananda dalam mememnuhi curiosity-nya terhadap ilmu pengetahuan yang ada di sekitarnya.
Salut banget sama mbak Helena yang totalitasnya dengan homeschooling. Saat ini aku masih ngerasa kurang banget ketika menemani zinan belajar. Ngerasa udah 3 tahun kok gini aja sih, kaya nggak ada progress yang terlihat. Apalagi kalau lihat pencapaian anak2 HS lain, jauh banget sama Zinan. Mungkin saat ini aku sedang berada di posisi meliuk2nya ya. Semangat terus SID dan Uno!
ReplyDeleteinnalillahi wa innailaihi rojiun, turut berduka cita mba helena
ReplyDeleteanak saya juga homeschooling mba, betul gak selamanya sesuai harapan, gak selamanya ideal, kadang harusinhale exhale lebih dalam haha,serunya hs, semoga anak anakkita bahagaimanapun cara belajarnya, menjadi orang yang mandiri, dan bermanfaat
Peluk jauh ibuk. .
ReplyDeleteAlhamdulillah udah terlewati dgn baik ya buk. Ekspektasiiii.. aku jadi teringat Ashika bilang, "nggak sesuai ekspektasi" dan akoh langsung nyanyiii gini🤣🤣🤣 setiap hari mungkin akan ada hal yg nggak sesuai, kita cuma manusia walau begitu selalu jalankan kewajiban dgn sebaik mungkin. Ibuk Sid aku penasaran isi kotak kuenya😅 (komen macam apa inii) ini tuh pengalaman buat Sid dan Uno yg bakal selalu diingat. Uni hebat udah bisa roda 2 ya😍 bisa tetap menggowes bukk
innalillahi wa innailaihi rojiun, turut berduka cita mba Helen. Semoga beliau husnul khatimah, dimudahkan hisab dan kuburnya. Saya juga baru berduka, om yang sudah seperti orangtua meninggal. Dua mertua dan bapak saya tahun lalu, tahun ini kehilangan om. Rasanya luar biasa, kudu bersabar dalam kehilangan. Semoga kita smeua senantiasa dikuatkan dan tak lepas dari rasa syukur aamiin
ReplyDeleteMak Helena... Turut berduka cita ya, semoga almarhum husnul khotimah. Keluarga yang ditinggalkan diberikan kekuatan serta keikhlasan. Salut sama mak Helena dengan kondisi yang tidak ideal tapi masih tetap semangat untuk belajar, anak-anak juga keren banget bisa memahami ya mak.
ReplyDeleteTurut berduka cita mba. Semoga ibu Husnul khotimah.
ReplyDeleteHidup di dunia memang ada bnyk kejutan yang tidak kita pikirkan sebelumnya ya mba, termasuk juga pilihan sekolah home schooling. Dalam program Home schooling peran orang tua MMG lebih besar, ya mba.
TURUT BERDUKACITA untuk meninggalnya ibu/nenek, Mbak Helena. Dalam dukacita, tentunya terselip kelegaan krn bisa menemani Ummi di akhir hidupnya.
ReplyDeleteDan dukacita dengan segala prosesnya merupakan suatu pembelajaran tersendiri buat anak-anak. Mungkin tidak ideal jika dibandingkan dengan plan yg sudah disusun. Tp itu asiknya humskul yaa..bisa lebih fleksibel.
Teriring doa terbaik untuk almarhumah Ibunda Mbak Helena, ya. Insya Allah husnul khotimah.
ReplyDeleteTentang TS memang terkadang ada saja kendala atau rintangannya. Semoga apa pun itu, membuat anak mudah untuk belajar dan memahami tentang perasaan, sekitarnya, atau tentang kehilangan.
Innalillahi wa innailaihi rojiun. Turut berduka atas meninggalnya ibu, Mbak.
ReplyDeleteSalut deh, sama orang tua yang menerapkan homeschooling untuk pendidikan anak-anaknya. Karena orang tuanya harus aktif dan pintar memanfaatkan situasi apapun sebagai materi belajar untuk anak. Semangaat terus, Mbaak.
Innalillahi ikut berduka cita ya, Mba. Menjalankan homescholing tapi ada suatu kondisi yang tak terduga tapi masih bisa diselingi dengan belajar hal lainnya. Anak jadi banyak belajar ya, Mba, salah satunya tentang menerima kehilangan neneknya
ReplyDeleteIkut berduka cita ya mbak
ReplyDeleteSemoga almarhumah ibunda husnul khotimah
Senangnya homeschooling ya gini ya mba, anak anak bisa belajar dimana saja dan kapan saja
Sebelumnya, turut beduka cita ya, Mbak
ReplyDeleteKejadian kaya gini emang bikin sedih, tapi karena anak-anak HS, ada hikmahnya juga karena gak perlu izin dan lainnya. Mereka pun tetap bisa belajar di mana saja ya termasuk dengan melipat kotak
Ada plus minusnya ya mak Helena ketika anak belajar secara Homeschooling. Dulu sempat saya berpikir akan HS untuk anak, namun berpikir ulang secara waktu rasanya sulit saya membagi
ReplyDeleteKeren kalau bisa mendampingi anak homeschooling di rumah. Saya kok merasa sudah angkat tangan duluan 😅. Khawatir tidak konsisten ngajarinnya.
ReplyDeleteIkut berduka cita ya mbak
Selalu salut sama orang tua yang memutuskan anak-anak untuk homeschooling. Luar biasa sabarnya, luar biasa juga membagi waktunya. Dan aku lihat anak-anak yang HS ini lebih mandiri dan beragam ilmunya ya. Bahkan dalam situasi yang tidak ideal juga tetap bisa belajar
ReplyDeleteInnalillahi wainna ilaihi roji'uun. Turut berduka cita sedalam-dalamnya atas meninggalnya ibunda.
ReplyDeleteUntuk homeschoolingnya, di lingkungan saya di Lombok Timur sini, belum terlalu populer.
Sekolah-sekolah negeri masih terasa cukup. Di tengah tren memasukkan anak-anak ke pondok.
"Ketika kondisi tidak ideal menerpa, keluarga kami memutuskan untuk menjalani homeschooling demi menjaga keselamatan dan kesehatan anak-anak. Meskipun tantangan begitu besar, kami berusaha menciptakan lingkungan belajar yang positif di rumah. Ruang keluarga menjadi kelas, dan kebersamaan menjadi guru terbaik.
ReplyDeletePasti ada tantangannya ya homeschooling ini, walau di sisi lain keunggulannya pun ada juga. Yang penting sih semangat buat anak-anak dalam meraih pendidikan terbaiknya
ReplyDeleteKarena sesungguhnya setiap tempat itu adalah tempat belajar, ya. Tapi memang untuk menggali sisi pelajarannya itu terus terang nggak semua orang mampu, aku misalnya. Kadang ide ada, tapi eksekusinya yang nggak jalan. Padahal nggak harus serbasempurna juga sih ya, Mbak. Terima kasih sudah mengingatkan.
ReplyDeleteKalau ditanya blogger yang concern sama homeschooling, aku tuh pasti langsung keingetnya Ibu SID. Mereka yang memutuskan ngga menyekolahkan anaknya di sekolah umum, luar biasa sih. Karena pasti ngga mudah ngajarin banyak pelajaran ke anak. Gimana mempersiapkan mereka juga buat bersaing nanti di perguruan tinggi. Salut
ReplyDeletesungguh banyak sekali hal yang sebenarnya bisa jadi bahan pembelajaran berharga, ya, Kak. Ohya, saya juga bertugas di ruang ICU, Kak. Memang vibesnya nggak bisa disamakan dengan perawatan di ruang rawat inap. Saya turut berduka buat kepergian Umi-nya, Mba, ya.
ReplyDeletePengen tahu banget mengenai home scholling. Kalau waktu belajar di rumah ada jam2 juga? misal pagi belajar bahasa, agama trus isitirahat dan nanti dilanjut lagu gitu gak?
ReplyDeleteInnalillahi wainna ilaihi rojiun. Turut berduka kak. Home schooling ini memang menarik sih. Anak anak bisa belajar langsung dan dihadapkan dengan masalah yang ada di lapangan. Saya tertarik untuk mempelajari kurikulum home schoolingnya.
ReplyDelete