Perayaan 17 Agustus tahun ini sangat istimewa bagi kami. Pertama kalinya saya dan anak-anak mengikuti Tapak Tilas Proklamasi berupa iring-iringan pawai dari Museum Naskah Proklamasi hingga ke Tugu Proklamasi sejauh dua kilometer. Apa saja yang menarik?
Cinta dan Benci Lomba 17 Agustus
Tak banyak ingatan mengenai perayaan hari kemerdekaan Republik Indonesia (RI) saat saya kecil. Saya kurang suka lomba beradu kecepatan fisik karena termasuk kekurangan diri. Kalaupun ikut hanya satu lomba kemudian sudah bisa ditebak akhirnya. Menyakitkan.
Tahun ini, RW kami mengadakan aneka perayaan HUT RI ke-78. SID sudah menantikan perlombaan itu. Ia minta ikut lomba balap kelereng, makan kerupuk, juga pensil botol.
Semangat perlombaan di awal sempat melorot karena hasilnya tak sesuai ekspektasinya. "Have fun, Nak! Lumayan dapat kerupuk gratis!" teriak saya menyemangati dari pinggir lapangan.
Walau demikian, kekalahan bukan hal yang mudah diterima baginya. I feel you, kid! Bagaimanapun ia sudah mencoba menaklukkan keraguan, berani ikut lomba, bahkan mengikuti lomba lebih banyak dari tahun sebelumnya.
Sebenarnya SID mendapat dua hadiah karena menjawab pertanyaan MC di hari pertama dan kedua. Pertanyaannya tentang tagline HUT RI tahun ini dan nama ketua RW. Ia belajar dari tahun lalu untuk tagline dengan mencari petunjuk di spanduk di pinggir lapangan. Hihi ... ide bagus!
Tak hanya SID yang kecewa, saya pun juga. Salah satu rangkaian acara 17-an yaitu donor darah. Saya sudah percaya diri mengisi formulir dan masuk ke ruang donor. Eh, ternyata Hb kurang 0,3 dari Hb minimal. Hb rendah sempat menjadi momok ketika hamil sampai dua hari sekali harus ke rumah sakit untuk diinfus.
Baca juga: Pengalaman Melahirkan di RS Tambak
Ketemu Bung Karno di Museum Naskah Proklamasi
Siang hari biasanya menjadi waktu yang nyaman untuk tidur. Ibu butuh istirahat, ya, untuk menjaga kewarasan. Namun, Rabu, 16 Agustus 2023, saya dan anak-anak justru pergi menuju Munasprok alias Museum Naskah Proklamasi.
Hari ini ada kegiatan Tapak Tilas Proklamasi dari Gedung Djoang '45 ke Munasprok lalu lanjut ke Tugu Proklamator. Panjang ya rutenya, mulai pukul 1 siang pula. Setelah berbagai pertimbangan, kami mulai ikut tapak tilas dari Munasprok saja. Di sana kami akan bertemu peserta lain, termasuk teman homeschooling SID.
Sesampainya di Munasprok, suasana sangat ramai. TrapesseumFest sedang berlangsung di pelataran museum. Siang itu ada pertunjukan angklung dari Posyandu Lansia Sehat & Bahagia. Ibu-ibu berusia 65-80 tahun memainkan angklung mengikuti instruksi dirijen di depan.
Sembari menunggu tapak tilas dimulai, kami mencari tempat berteduh di bawah tenda. Lho, ternyata pintu museum terbuka dan menerima kunjungan. Saya pikir hari itu museum tutup karena ada acara TrapesseumFest. Ayey! Kami pun membeli tiket, tepatnya ditraktir Mbak Arvie. Tiket dewasa Rp2.000,00 sementara pelajar Rp1.000,00. *murce, kan!
Masya Allah, ini impianku sejak lama ingin berkunjung ke Museum Naskah Proklamasi. Dari tempat kami sebenarnya mudah naik bus Transjakarta turun halte Munasprok namun masih mencari teman. Alhamdulillah hari itu terwujud, kami dapat sowan ke bekas rumah Takashi Maeda yang menjadi saksi sejarah tempat merumuskan naskah proklamasi.
Anak-anak jadi mengenal mana Bung Karno, Bung Hatta, Sayuti Melik, bahkan SID hafal wajah Ahmad Soebarjo. Kebetulan kami pernah ikut walking tour ke depan rumah Ahmad Soebarjo dan mendengar cerita unik mengapa beliau tidak hadir saat pembacaan naskah proklamasi.
Baca juga: Belajar Sejarah dan Kuliner di Walking Tour Cikini
Tapak Tilas Proklamasi Jalan Kaki 2 Kilometer
Acara yang ditunggu pun tiba. Pawai kemerdekaan tapak tilas proklamasi dari Museum Naskah Proklamasi menuju Tugu Proklamator pun dimulai. Pawai ini diikuti oleh ratusan orang dari berbagai organisasi. Ada paskibraka, marching band, komunitas sepeda onthel, moge, pramuka, sementara kami ikut dari Komunitas Historia Indonesia.
Iring-iringan berjalan tertib menyusuri kawasan Menteng. SID mengagumi rumah-rumah mewah di kawasan tersebut. SID pikir itu villa karena begitu besar apalagi sebagian rumah dijaga oleh satpam bahkan TNI.
Kami juga melewati rumah duta besar Belgia dan Italia. Jalan kaki ini menjadi media belajar mengingat kembali di mana letak kedua negara tersebut di benua Eropa dan apa warna benderanya.
Sementara Uno alhamdulillah minim keluhan. Ia hanya bertanya tiga kali, "Kok lama? Kapan sampainya?". Ia santai berjalan kaki sambil menggandeng tanganku. Sesekali ia melompat bila naik ke trotoar. Bocah berusia 3,5 tahun itu nampak asik menikmati perjalanan.
Mampir ke Rumah Bung Hatta
Kami hampir sampai di stasiun Cikini ketika ada peserta pawai yang memanggil untuk masuk ke sebuah rumah. Dengan tampang kebingungan, kami masuk saja karena peserta lain juga berada di sana. Rupanya itu adalah rumah Bung Hatta.
Seorang wanita paruh baya nampak mengisi gelas-gelas dengan sirup kelapa muda. Aneka jajanan tersaji di meja di sampingnya. Ia mempersilakan para peserta pawai untuk menikmati hidangan.
Masya Allah, ternyata itu adalah Halida Hatta, anak ketiga dari Bung Hatta. Ia menyiapkan kudapan untuk para peserta yang sudah berjalan jauh.
Uno mendadak ceria menikmati es sirup kelapa muda. Ini menjadi booster baginya setelah lelah berjalan tanpa minta gendong.
Setelah istirahat yang cukup lama sampai ketinggalan rombongan pawai, kami melanjutkan berjalan menuju Tugu Proklamator.
Tugu Proklamator
Alhamdulillah jalan kaki kurang lebih dua kilometer sampai di garis finish yaitu Tugu Proklamator. Keluarga saya dan Mbak Arvie termasuk yang datang paling belakang tapi kami bersyukur anak-anak dapat menuntaskan tapak tilas ini.
Tugu Proklamator menjadi tempat dibacakan teks proklamasi 78 tahun silam. Dahulu, tempat ini berupa rumah Soekarno dengan alamat Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat. Saat ini sudah berubah nama menjadi Jalan Proklamator dan rumahnya sudah tidak ada. *zaman sekolah harus banget hafalkan alamat ini, yak!
Para peserta pawai kemerdekaan bisa selonjoran menikmati hiburan di Tugu Proklamator. Bu Meutia Hatta, anak sulung Bung Hatta, memberikan pidato untuk mengingatkan kembali agar kita belajar sejarah.
Hari semakin sore, kami beranjak pulang setelah salat asar di mushola. Jalan Proklamator sangat padat dilalui kendaraan karena memang sudah jam pulang dan jalannya tidak terlalu luas. Saya kesulitan mencari taksi hingga akhirnya memilih naik ojek menuju halte Transjakarta. Alhamdulillah.
Harapan Kami untuk Indonesia
Selamat 78 Tahun, Indonesia! Sekali merdeka, tetap merdeka!
Selama ini kami hanya menikmati pawai dari bangku penonton. Kemarin, kami menjadi bagian dari pawai kemerdekaan tersebut. Masya Allah, suatu kesempatan berharga termasuk bagi saya yang selama bangku sekolah hanya menghafalkan tokoh dan setting dari buku teks.
Lewat blog ini, kami keluarga Suhero memiliki harapan besar bagi bangsa Indonesia. Sembari menyiapkan sarapan pagi ini, kami membahas apa harapan untuk Indonesia.
Ayah berharap perbaikan transportasi publik yang menjangkau berbagai daerah sehingga transportasi pribadi berkurang, polusi berkurang, dan penghijauan makin merata.
Ibu berharap mutu pendidikan Indonesia semakin meningkat, anak-anak dapat belajar mengasah minat dan bakatnya, meninggikan gunung dan bukan meratakan lembah.
SID berharap Indonesia menang piala dunia. Aamiin ....
Uno belum paham, hihi, tapi melihatnya semangat mengikuti tapak tilas pun saya sudah bahagia.
Dirgahayu Republik Indonesia ke-78! Terus Melaju untuk Indonesia Maju!
Aku malu sama SID, ga inget wajah Soebarjo. Sayuti Melik pun ingetnya dia sebagai juru ketik naskah Proklamasi aja hehehe. Doa terbaik buat para pahlawan nasional, terimakasih sudah memperjuangkan kemerdeka ini
ReplyDeleteDi depan museum ada mural 3 orang perumus naskah proklamasi. SID lihat itu jadi hafal wajahnya. Main ke sini deh Teh, sekalian kilas balik belajar sejarah macem sekolah. Hehehe
DeleteSeru juga nih pengalaman 17-annya SID.
ReplyDeleteJadi inget, tahun 2014 pernah juga sama anak-anak ke Tugu Proklamasi dan Museumnya dengan komunitas Sahabat Museum. Sudah lama banget, baca pengalaman ini jadi pengen lagi ke sana.
Wah Makpuh pernah juga yah. Aku baru tahu event ini ada setiap tahunnya. Baru kali ini ikutan pasca pandemi dan anakku juga baru memahami proklamasi itu seperti apa. Tahun depan ingin ikut lagi.
DeleteWah seru sekali kegiatan tapak tilas proklamasi untuk mengisi hari kemerdekaan, gak berasa capenya jalan kaki kalau kegiatannya seru,bisa mengulas sejarah proklamasi di masa lampau.
ReplyDeleteIyesss karena jalan bareng serombongan jadi ga terlalu berasa capek. Diiringi marching band juga kan
DeleteWuih seru banget. Anak-anak pasti seneng ya ngelakuin kayak gini. Aku juga kalo ngajak anak ke-3 dan ke-4 kayak gini, mereka pasti kegirangan. Menjelang 17 Agustus kemaren aja, mereka banyak search di Google. Dan sepanjang harinya, mantengin tv buat lihat. Keren Mak!
ReplyDeleteSemakin bertumbuh semakin tangkas ya Sid..
ReplyDeleteSerunya jalan2 sprsial hari kemerdekaan menelusuri bangunan dan tempat2 bersejarah. Wah beruntungnya bisa sekalian mengunjungi kediaman Bung Hatta. Biasanya jarang bgt msk list napak tilas proklamasi
Itu kebetulan aja anaknya Bung Hatta menyiapkan kudapan trus kami termasuk rombongan depan jadi masih kebagian makanan. Hahaha
DeleteSeru banget sih, anak-anak pasti seneng banget, sayang anakku ngak bisa diajak jalan barengan lagi, sudah pada kuliah di luar kota dan sibuk dengan aktivitas sendiri, tapi dinikmati aja dan ibunya bisa jalan-jalan bareng tetangga.
ReplyDeleteNgebayanginnya bakal panas banget, soalnya baru mulai dari jam 1 siang kan yaa?
ReplyDeleteTapi karena kegiatannya seru, bisa napak tilas sejarah proklamasi gini, jadi gak kerasa panasnya kayanya (tetep kerasa sih, tapi kalah sama rasa excited ikutan acaranya mesti deh) hehehe
Aku suka banget bagian sejarah detik2 proklamasi. Ah sayang banget belum pernah ksitu deh. Asyik ya Sid jadi mendalami cerita proklamasi dari ibhuuk. Ugo jg lomba pertama kalinya nih mangan kerupuk haha. Lumayan gratis kerupuk hihi
ReplyDeletewaah seru dan berfaedah nih acara 17 annya SID dan teman2... ikutan pawai itu bawaannya juga jadi ikutan semangat gak siih... ternyata museumnya tetap buka ya di hari, bayarnya bisa semurce itu ya mak? aku pikir salah ketik angka kalik! nolnya menggelinding hahaha
ReplyDeleteanak-anak pasti seneng banget tuh jalan kaki bareng sambil merayakan hut kemerdekaan RI
ReplyDeleteAsik dan seru banget napak tilasnya bakalan menjadi momen yang tak terlupakan merayakan dan mengisi hari kemerdekaan.
ReplyDeleteJalan-jalan barengan dua kilometer ga berasa yaa, Sid lucu banget harapannya untuk negeri ini.
Ahh, pokonya Medekaaa!!
Dari tahun ke tahun, anak-anak, Ibu-ibu, bapak-bapak, semua berkumpul bersama untuk bersyukur dengan berbagai bentuk. Dan serunya, dari mulai perlombaan, anak-anak bisa belajar banyak hal. Kerjasama, kompetisi, perasaan menang dan kalah, kejujuran, usaha dan lain-lain.
ReplyDeleteKeren banget.
MERDEKA!
Dirgahayu Republik Indonesia.
Semoga Indonesia selalu menjadi negara yang aman dan diberkahi Allah.
Mengikuti serangkaian kegiatan untuk memperingati hari kemerdekaan RI memang seru banget ya, Mbak. Apalagi sampai ikut tapak tilas jalan kaki 2 km.
ReplyDeleteBisa berbaur dengan lainnya, menyuarakan cita-cita dan harapan untuk Indonesia.
Wah, seru juga bisa napak tilas. Aku belum pernah karena di sini juga gak ada kaya gitu. 17-an kali ini udah mulai ramai acara ini itu kaya karnaval, pawai, lomba-lomba juga. Semoga lebih bisa menghargai perjuangan pahlawan ya
ReplyDeleteWuaa seru banget ini mbak acaranya, belajar dan napak tilas proklamasi bareng anak-anak. Momennya juga pas ya, di bulan agustus. Ini Aqla juga ikutan belajar pas lihat ini, kok ada Sukarno?itu yang baju merah Sukarno kecil ya ahahaha
ReplyDeleteMasya Allah, nanati memori ini akan diingat anak-anak loh mba, jadi ini edukasi yang bagus, apalagi dia menikmatinya.
ReplyDeleteSeru banget dan anak - anak pastinya bakalan bahagia nih, ga berasa capek ya kalau napak tilas gini.
ReplyDeleteSeru banget ngisi kegiatan 17an-nya mbak. Bisa ikut pawai sekaligus memperkenalkan sejarah ke anak-anak. Dan nggak nyangka anak-anak bisa se-excited itu, semoga makin numbuhin semangat nasionalisme-nya ya.
ReplyDeleteEh, aku baru tau loh kalau rumahnya Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 itu udah nggak ada. Jadi ditandainnya sama Tugu Proklamasi ya.
Dirgahayu Indonesialu, kesempatan baik nih SID bersama ibu nya bisa langsung melihat ke museum dan merasakan hawa perjuangan proklamator. Semoga anak anak lain juga semakin mengenal sangat proklamator kita
ReplyDeleteSeru juga loh acara tapak tilasnya. Anak2 pun senang karena mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru yaaa tentang sejarah kemerdekaan.
ReplyDeleteWah, keren oengalaman ini, seru sepertinya
ReplyDelete