Hal yang perlu dipersiapkan saat memulai homeschooling |
Menyesuaikan Mindset Orang Tua Mengenai Homeschooling
Homeschooling bukan memindahkan sekolah ke rumah. Homeschooling is different than school at home.
Seringkali kita mendengar pernyataan di atas. Paham tapi dalam praktiknya
sering terpeleset, hehe …. Itulah mengapa saya letakkan di bagian paling awal dalam
memulai homeschooling.
Saat akan menyiapkan homeschooling anak SD, saya berpikir mengenai
beberapa hal seperti:
- Apa yang perlu dipelajari anak homeschooling?
- Bagaimana cara belajar homeschooling?
- Bagaimana mengukur tercapai atau tidak?
- Bagaimana dengan pelajaran sekolah seperti matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, IPS, seni, olahraga, dan sebagainya? Apakah semuanya dipelajari seperti isi buku?
- Lalu, apa bedanya antara homeschooling dengan sekolah formal kalau praktiknya begitu?
Begini deh cetakan sekolah formal yang segalanya sudah tersedia, murid
(baca: saya) tinggal melahapnya. Giliran ada kebebasan menentukan proses
belajar malah bingung sendiri.
Homeschooling memberikan fleksibilitas dalam mengatur apa yang kita pelajari.
Proses belajar akan lebih berbinar-binar bila hal yang dipelajari related
dengan minat, bakat, dan kebutuhan anak.
Sebagai manusia, proses belajar tak terhenti setelah kita lulus dari
sekolah atau perguruan tinggi. Di usia kepala 3 ini saya masih belajar, salah
satunya belajar memasak karena kebutuhan menyediakan makanan untuk keluarga
plus sedang berminat di sana.
Saya juga belajar dari pengalaman SID semasa homeschooling TK. Awalnya
saya khawatir di usia 4 tahun SID belum bisa membaca. Sudah diberi stimulasi
beragam tapi kok belum tertarik, yah. Lalu ada masanya ia menunjukkan ketertarikan
belajar membaca. Prosesnya begitu cepat hingga ia lancar membaca.
Alhamdulillah.
Baca juga: Cara Mudah Belajar Membaca untuk Anak TK
Praktik keseharian homeschooling setiap keluarga, bahkan setiap anak akan
berbeda-beda. Oleh karena itu, hal penting yang perlu disiapkan dalam memulai
homeschooling yaitu menyesuaikan mindset orang tua bahwa homeschooling bukan
memindahkan sekolah ke rumah.
Jujur, dalam kenyataannya saya masih bolak-balik mengingat hal ini kalau
muncul rasa insecure melihat perkembangan anak-anak lain. Kadang anak belum mau
belajar atau tergoda bermain dengan tetangga padahal ia ada kelas. Saya pun
bertanya-tanya anak sudah belajar apa saja? Sudah benarkah proses selama ini?
Baca juga: Membuat Dokumentasi Homeschooling
Homeschooling atau Unschooling?
homeschooling membuat kami sering belajar dan bermain bersama |
Setelah yakin tidak menempuh jalur formal untuk pendidikan anak, muncul
lagi opsi mau homeschooling atau unschooling. *eaaa … apa bedanya?
Saya pikir unschooling merupakan bagian dari homeschooling, ternyata berbeda.
Anak homeschooling masih mementingkan mendapatkan ijazah sehingga perlu
bergabung di PKBM/SKB untuk mengikuti ujian kesetaraan. Sebagian proses
pembelajarannya mengikuti kurikulum Kemdikbud RI. *saya belum paham untuk
kurikulum internasional bagaimana teknisnya.
Berbeda dengan unschooling yang tidak memiliki kurikulum baku. Anak
belajar mengikuti kebutuhan dan kemauan anak (atau keluarganya) tanpa
mementingkan ijazah. Contoh anak unschooling adalah Elan anaknya Bu Septi (founder
Ibu Profesional).
Sedikit cerita tentang Elan, setelah lulus dari TK ia tidak mau
bersekolah. Proses pembelajaran dipandu orang tuanya. Ia tidak menempuh ujian
kesetaraan. Ia membuat project demi project hingga kini memiliki banyak bisnis,
salah satunya di bidang kuliner.
Kami memutuskan untuk memilih homeschooling supaya anak mendapat ijazah
(walau belum tentu terpakai). Kalau nanti anak homeschooling mau pindah ke
sekolah formal juga bisa karena namanya terdaftar di sistem dan memiliki Nomor
Induk Siswa Nasional (NISN). Mau melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi pun
bisa.
Baca juga: Memilih Homeschooling atau Sekolah Formal
Memilih PKBM Homeschooling
SID mengikuti kelas melukis di PKBM secara daring |
Langkah selanjutnya yaitu memilih PKBM homeschooling. Eh, sebenarnya PKBM dan homeschooling itu dua jenis pendidikan yang berbeda namun keduanya diakui di Indonesia sesuai UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. PKBM merupakan pendidikan non-formal sementara homeschooling pendidikan informal.
Saya menggunakan istilah PKBM homeschooling maksudnya memudahkan tapi jadi rancu yah. *Kalau masih kurang jelas bisa japri saya aja.
PKBM alias
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat lumrah diikuti untuk orang yang mau memperoleh
ijazah dari ujian kesetaraan, misal putus sekolah atau homeschooling. Ujian
kesetaraan Paket A untuk jenjang SD, Paket B untuk jenjang SMP, dan Paket C
untuk jenjang SMA.
Oh ya, selain PKBM yang dikelola swasta ada juga SKB yang dikelola
pemerintah. SKB singkatan dari Sanggar Kegiatan Belajar yang berada di bawah
naungan Dinas Pendidikan.
Menurut data Kemdikbud RI per 7 Januari 2023 ada 10.738 PKBM dan SKB
se-Indonesia, lho! Infonya bisa diakses di sini untuk mencari SKB maupun PKBM yang
resmi terdaftar di Kemdikbud..
Sebelum memilih PKBM, saya bertanya ke teman-teman homeschooling yang
anaknya sudah masuk PKBM. Pertanyaannya seputar cara mendaftar PKBM, program,
cara belajar di PKBM, biaya, dan sebagainya.
Ternyata PKBM itu buanyaaak macamnya sama seperti sekolah swasta dengan
program unggulan ini itu. Ada yang siswa harus hadir tatap muka, ada yang via daring. Ada yang belajar dipandu guru dari PKBM, ada yang belajar mandiri dengan orang tua. Ada yang perlu mengikuti ulangan, ada yang tidak.
Puyeng? Enggak … alhamdulillah karena ada satu PKBM yang sering disebut
oleh teman-teman saya. Anak-anaknya terdaftar di PKBM tersebut dan saya melihat
proses homeschooling mereka dapat mengikuti minat bakat anak tanpa terlalu
banyak program wajib dari PKBM. Merdeka belajar, lah … padahal dulu belum
muncul kurikulum merdeka, lho!
Maka, saya dan suami sepakat untuk mendaftarkan SID di PKBM tersebut.
Gedung pusatnya di luar Jakarta, jauh dari domisili kami, namun prosesnya bisa
via online jadi sangat mudah mengurus administrasi. SID ikut serta mengisi
formulir pendaftaran supaya terasa mau masuk “sekolah”, hehe ….
Josss, panutankoooe.
ReplyDeleteSemoga semua proses dimudahkan ya mak. Aku juga sering nyontek goal yang kaya Ara gitu. Udah mengidolakan doi sejak Moo project hahaha. Keren banget deh anak2 bu Septi.
sungkan aku, hoho ... masih belajar, mbak
Deleteiyaa panutanku bu septi dan keluarga
Hebat Mbak. Aq ngalamin anak2 pandemi skolah online aja udah mau pingsan rasanya. Mereka ngeluh bosan dan yang sulung karena ada SPD jadi kalau terdistraksi malah jadi tantrum:( dia tipe yang kudu fokus sekitarnya anak2 yg sama2 belajar dan bulan di lingkungan rumah gitu alias kalau di rumah ya bermain, tidur dll
ReplyDeletekebutuhan tiap anak beda-beda ya mbak. Sebagai orang tua kita berikan yang terbaik supaya mendukung pendidikan anak :)
DeleteRencana sekolah anakku kayakny 2 tahun lagi mba, dan gak akan homeschooling kayaknya biar dia bisa bersosialisasi dengan banyak orang dan bisa ekplorasi kalo dunia ini luas loh de. Tapi apapun itu balik lagi ke keputusan orang tua dan anak ya mba
ReplyDeleteiyaa mbak, mau sekolah formal atau homeschooling, mau sekolah negeri atau swasta kembali ke keluarga masing-masing karena kondisinya beda-beda. Yang penting dapat memberikan yang terbaik bagi si anak.
DeletePastinya saat memutuskan homescholling udah keputusan berdua bareng suami ya, karena pastinya ada aja yang gak setuju.
ReplyDeleteDan tentu ciptakan suasana yang nyaman agar pas belajar gak mudah bosan juga
iyaa mbak, kami melibatkan keluarga inti sebelum memutuskan jalan ninja ini :D
DeleteAku dan Sakha pernah homeschooling satu tahun ketika TK A. Memang menyenangkan. Namun, kami sadar diri ga bisa melanjutkannya ke tahap berikutnya. Mbak Helena semangat semoga dimudahkan prosesnya..
ReplyDeleteterima kasih Mbak Ina :) Have fun dengan Sakha ... siapin bekalnya itu lho kece abis!
Deletewah keren banget, mbak. saya selalu salut nih sama orang tua yang memutuskan homeshooling buat anaknya. karena harus diakui metode ini masih belum terlalu populer dan bahkan mungkin dipandang sebelah mata. padahal nyatanya banyak ya anak yang sukses dengan homeschooling ini
ReplyDeleteYang kudu banget disiapin kayaknya mental anak dan orang tua ya. Apalagi orang tua, harus punya kesabaran ekstra luas buat menghadapi anak pas pembelajaran dan mungkin saja omongan pihak luar yang suka mengartikan homeschooling=tidak sekolah.
ReplyDeleteBaru tau kalo homeschooling bisa / enggak adanya setaraan dengan ijazah. Keren mba
ReplyDeleteAku blm kebayang anakku sekolah gimana, bisa jadi inspirasi juga ini hehe.
Masih belum kepikiran mba, soalnya masih 2 taun lagi. Yang udah kepikiran sekolahnya aja. Ada deket rumah hehe. Sekolahnya sih berbasis islami tk, sd, smp. Jadi tinggal jalan kalo sekolah disitu hehe
ReplyDeleteKarena saya belum punya anak, namun tetap mendukung apapun pilihan orangtua untuk pendidikan anak. Mau homeschooling tapi kalau dengan sistem itu membuat prestasi belajar anak lebih giat, kenapa tidak. Sukses selalu mbak
ReplyDeleteAnak kedua ku rasanya dia butuh Unschooling karena dia susah mengikuti sesuatu yang kaku. Bahkan dia suka mengintip anak SD dan bilang ke saya kalau dia ga mau sekolah di kelas. Mau sekolah di taman saja atau di tempat odong odong 🤣
ReplyDeleteYang paling kusalut saat ortu memutuskan "OKE anakku homeschooling ajah" itu = memberikan kebebasan waktu me-time untuk anak, anak dan anak lagi, dan itu buatku tak mudah!
ReplyDeleteBaca berulang dan semakin kagum dengan homeschooling ini Helena
DeleteJadi saat-saat golden periode anak ga akan terluput dari mata orangtua ya
kayaknya seru ya mbak untuk homeschooling, dan baru tau juga homeschooling bisa mulai dari TK ya mba?
ReplyDeleterini
Memilih untuk homeschooling, sekolah formal dan unschooling ini pasti perjalanan panjang banget ya.. MashaAllah~
ReplyDeleteAku yang tadinya keukeuh mau HS juga mundur begitu suami semakin sibuk. Serasa ada alhamdulillah, jadi ada opsi yang pasti dipilih.
Dan dari beberapa foto SID, aku bisa menyimpulkan anaknya mengikuti pola banget ya, kak Helen.. Kalau ada keluarnya, bisa dengan mudah diluruskan. Terlihat dari apa cobaa??
Dari beberapa foto SID yang tampak menggunakan jam tangan.
hihi, menurutku, SID sangat konsisten dan percaya diri dengan penampilannya.
Semangat, mama Helen dan teman-teman kecil pasukan mama Helen.
In syaa Allah esensi belajarnya bisa diterapkan dalam kehidupan dan menjadikan anak berkarakter hebat.
Semangat mbak semoga Allah memudahkan segalanya ya... Beberapa temanku putra-putrinya juga homeschooling mbak... Kegiatan ya malah bagus banget...
ReplyDeleteMasyaAllah jadi ada gambaran gitu homeschooling kayak apa sebelumnya belum pernah, baru jadi ibu baru nih mba Helen kudu banyak belajar diriku
ReplyDeleteSemoga bermanfaat yaa Nyi :)
DeleteWaah ternyata ada juga istilah unschooling dan itupun masih salah satu jenis metode pembelajaran anak di luar lembaga pendidikan formal dan ada bedanya jg dengan homeschooling ya. aku beneran baru tahu soal unschooling ini TFS mak
ReplyDeleteYang pertama perlu disiapkan emang kesamaan pemahaman antara anak dan orang tua, bahwa homeschooling itu bukan memindahkan sekolah ke rumah, bukan semata mengundang guru privat, atau orang tua sendiri yang mengajari anaknya.
ReplyDeleteKalau mau gabung PKBM pastikan yang resmi terdaftar di kemdikbud. Satu lagi, siapkan mental karena bisa jadi bakal dapat pertanyaan kenapa pilih HS, anak juga kalau ketemu orang baru pasti bakal di tanya "kelas berapa? sekolah dimana"
Terima kasih mbak udah mengulas soal homeschooling, yang bisa jadi gambaran buatku sebagai seorang ibu. Dan aku baru tahu kalau anak homeschooling bisa tetap pindah ke sekolah formal dan melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi ~
ReplyDeleteHS mengasah para guru (dalam hal ini Ibu) untuk kreatif dalam membentuk pembelajaran yang menarik agar anak mau mencoba banyak hal baru. Aku rasa kebebasan dalam belajar ini dulu bisa menghabiskan banyak sekali biaya, karena kayanya kudu punya apa-apa sendiri.
ReplyDeleteTapi melihat kak Helen yang begitu kreatif, bahkan bisa mengajak anak untuk bekerjasama membuat alat peraga belajarnya sendiri.
Apapun pilihan mau sekolah formal atau home schooling pasti sudah dipikirkan masak masak kelebihan dan kekurangan yang harus di siasati jadi hal yang baik.
ReplyDeleteAku juga mikirnya selama kini homeschooling itu memindahkan sekolah ke rumah 🤣 ternyata berbeda to?
ReplyDeleteBerarti anaknya Bu Septi tidak kuliah ya?
All the best ya mba untuk semua rencana baiknya. Aku yakin homeschooling tidak mudah tapi bukan berarti tidak mungkin juga yaa mbaa
ReplyDeleteKeputusan untuk HS ini tentu melalui banyak pertimbangan ya mbak Helen, melibatkan keluarga inti pastinya, dan persiapan-persiapan yang gak sedikit. Semoga sukses HS nya :)
ReplyDeleteDulu waktu anak-anakku masih kecil sempat cari tahu juga soal HS. Nanya sama yang udah pengalaman dan sukses. Tapi anakku tipe nya yang maunya keluar rumah mulu. Jadi kalau belajar tuh senengnya ramean, malah fokus dia belajarnya. Jadi harus ketemu dan kumpul dengan temannya, dan itu mesti ke sekolah. Kalau ga ke sekolah malah merajuk 😁
Kalau anak mau HS, yang harus siap-siap bukan anaknya juga, tapi kita sebagai orang tua juga. Gimana nantinya proses belajarnya dan materi yang disampaikan oleh pengajar.
ReplyDeleteKalau semuanya oke, bisa banget nih. Selaon itu, untuk melanjutkan ke jenjang lebih tinggi juga enggak ada nasalah dari HS.
Pengetahuan baru nih untukku lebih detail tentang homeschooling. Ternyata ada juga unschoolinh juga ya. Artikel yang bermanfaat
ReplyDeleteDulu aku hampir mutusin homeschooling gitu buat anak2ku tapi ternyata faktor.lingkungan rumah gak mendukung, bnyk hal akhirny memutuskan utk sekolah biasa
ReplyDeleteGood luck ya mba... Bukan soal ijazah kok skarang yg terpenting anak nyaman belajar
mbaak, semangaatt. aku masih mengagumi keputusannya untuk homeschooling, hehe. semoga prosesnya berjalan dengan baik, anak-anak happy dengan homeschoolingnya, all the best pokoknya yaaa :D
ReplyDeleteKeren ya mamak mamak yang meng-HS-kan anak-anaknya karena tidak semua mamak sanggup lahir batin
DeleteApalagi kalau anak anak mereka aktif luar biasa
Masyaallah mbak kerennya dirimu.memutuskan utk HS itu pasti banyaaak bgt perimbangannya. Krn ga cuma anaknya aja yg harus siap ortumya juga harus kuat. Salut banget aku sama ibu2 yg anaknya HS.
ReplyDeleteHave fun ya aku pastinya banyak belajar juga dr postingamu mbak
Keren banget yang unschooling, ortunya dah manteb jiwa raga hehe. Aku juga masih ingin anak2 punya ijazah barangkali nanti mau lanjut ke jenjang formal dan bisa kuliah. Tapi emang HS memberi kebebasan dalam belajar, bisa kapan aja dmn aja dan menuntut krativitas ortu dan anak yaa. Ada kalanya jenuh, tapi ada kalanya semangat menggebu, yang penting jalanin aja wkwk.
ReplyDeletembak Helena, ini kan thesisku tentang homeschooling. aku seneng banget baca artikel ini. membnatu bnaget untuk beberapa pembahasanku ttg homeschooling. terutama pengalaman orangtua
ReplyDelete