Monumen Nasional atau disingkat Monas menjadi ikon Indonesia, khususnya Jakarta. Bolak-balik melewati kawasan Monas sepertinya tugu satu ini tidak pernah sepi pengunjung. Kalau biasanya saya hanya berfoto dengan latar Monas, liburan kali ini mau masuk ke tugunya. Ada apa, ya, di dalam Monas?
berwisata keluarga ke Monumen Nasional (dok. Astri Putri) |
Monumen Nasional alias Monas
Wikipedia menyebutkan Monas merupakan tugu setinggi 132 meter yang terletak tepat di tengah Lapangan Medan Merdeka, Jakarta Pusat. Monas didirikan sebagai simbol mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari pemerintahan kolonial Kekaisaran Belanda.
Ciri khas tugu Monas yaitu di bagian atas terdapat bentuk lidah api yang berlapis emas. Lidah api melambangkan perjuangan yang menyala-nyala penuh semangat oleh rakyat Indonesia.
Ngomongin emas, sebanyak apa emas yang ada di Monas? Kok berani banget meletakkan emas di sana.
Menurut info instagram Monumen Nasional, emas di Monas seberat 72 kilogram. Jumlah emas ini dibagi di dua tempat, 50 kg di puncak Monas dan 22 kg di Hall Kemerdekaan. *kalau sebanyak itu, mau ngambil juga susah 😅
Liburan Sekolah ke Monas
Nah, sekarang ada apa di dalam Monas? Penasaran banget karena selama ini hanya cekrak ... cekrek ... di depan tugunya saja. Pernah juga saya melihat Monas dari lantai 24 Perpustakaan Nasional RI.
Kebetulan saya diajak teman untuk berkunjung ke Monas. Aseli dadakan, nih, karena sudah ngantuk menjelang tidur ia melontarkan ide untuk besok ke Monas.
Astri, teman saya, besok libur. Ia berprofesi sebagai dokter dengan jadwal kerja shift jadi tidak tentu hari liburnya pas akhir pekan. Mumpung ia libur dan sekolah anaknya juga sudah libur, yuk markicus kita ke Monas.
Kami janjian sekitar pukul 10 pagi ketemu di Monas. Kenyataannya pukul 10 lewat sih, hehe, karena Astri menghindari ganjil genap, plat nomernya enggak pas. Sementara saya dan anak-anak makan bekal dulu di halte bus sambil menanti info dari Astri.
FYI, pintu masuk Monas yang dibuka hanya IRTI Monas (cek Google Maps, ya). Tempat parkir mobil dan motor pun ada di sini. Setelah masuk, ikuti saja jalannya melewati food court Lenggang Jakarta dan toko souvenir hingga ketemu pintu gerbang Monas.
Sampai di sana barulah saya melihat antrean yang cukup padat untuk naik kereta kelinci. Kereta kelinci ini menjadi alat angkut bagi pengunjung yang mau masuk ke dalam tugu Monas, bukan untuk berkeliling kawasan Monas.
Naik kereta kelinci |
Jadi, lokasi pintu masuk Monas yang IRTI ke pintu masuk Tugu Monas itu mengitari setengah area Monas. Lumayan yah jalan kaki ke sana apalagi bawa balita di tengah terik matahari Jekarda. Dengan naik kereta kelinci bakal lebih nyaman.
Naik kereta kelinci ini gratis, kok, tapi ya itu tidak untuk ikutan keliling area luar Monas. Nanti sepulangnya dari tugu Monas, penumpang bakal diminta menunjukkan tiket masuk tugu Monas.
Saat mengantre kereta kelinci, saya bertemu Astri dan ketiga anaknya. Masya Allah ... ia membawa jalan-jalan 3 anak sendirian. Strong!
Setelah menunggu sekitar 5 menit, kereta yang kami tunggu pun datang. Buibu kudu gercep cari tempat duduk apalagi bawa anak-anak. Alhamdulillah kami semua kebagian tempat walau sampai pangku-pangkuan.
Kereta kelinci, sebenarnya bukan kereta yang berjalan di atas rel tapi familiarnya disebut begitu, meluncur ke arah pintu masuk Tugu Monas. Kami turun kemudian menuruni anak tangga ke arah loket.
Tiket Masuk Monas
Saat di loket, saya menyebutkan tiket untuk 2 dewasa dan 5 anak-anak. Petugasnya bertanya apakah saya punya kartunya atau belum. Karena belum, petugasnya langsung menyebut totalnya Rp 40.000,00.
Tiket masuk Monas berupa kartu nontunai Jakcard terbitan Bank DKI. Kalau punya, bawa ya supaya tidak perlu membeli kartu lagi. Kebetulan kami tidak punya kartunya jadi dikenakan biaya Rp 20.000,00 untuk kartu. Sementara minimal pembelian saldo Rp 20.000,00.
Oh ya, harga tiket masuk Monas dibedakan dua macam, mau sampai cawan saja atau ke puncak. Kami memilih hanya ke cawan karena info dari petugas untuk ke puncak Monas tersedia sesi pukul 14.30 WIB. Kala itu sekitar pukul 10.30 WIB, wew masih lama dong.
Tiket Masuk Tugu Monas1. Tiket Pelataran PuncakTermasuk : Museum dan Ruang KemerdekaanDewasa : Rp 15.000Anak-anak/Pelajar: Rp 4.000Mahasiswa : Rp 8.0002. Tiket MuseumTermasuk : Ruang Kemederdekaan danPelataran CawanDewasa : Rp 5.000Anak-anak/Pelajar : Rp 2.000Mahasiswa : Rp 3.000Harga kartu Jakcard :Rp 40.000 (sudah termasuk Saldo Rp 20.000)Khusus untuk rombongan min 30 orang, akan mendapatkan diskon 25%.
Saat kami pulang, tertera info di loket bahwa tiket naik ke puncak Monas hari itu sudah habis. Sold out! Tips jika mau naik ke puncak sebaiknya datang lebih awal atau sekalian bawa bekal yaa supaya enggak kelaparan menunggu antrean naik ke puncak.
Setelah itu kami berjalan melewati lorong dengan lampu kuning temaram. Di ujungnya ada petugas yang akan tap kartu Jakcard sambil menghitung jumlah pengunjung. Ternyata dari 2 dewasa dan 5 anak-anak rombongan kami ini hanya dihitung 2 dewasa dan 2 anak-anak. 3 balita lainnya belum dikenai biaya masuk (2 anak Astri dan 1 anak saya). Alhamdulillah itupun ditraktir Astri 😁.
melewati lorong bawah tanah untuk masuk ke Monas |
Ada Apa di dalam Monas?
Keluar dari lorong temaram, kami naik anak tangga hingga berhadapan langsung dengan tugu Monas. Wow, masya Allah tinggi banget ya, 132 meter gitu.
Di sekitar monumen terdapat relief yang menggambarkan sejarah Indonesia di masa kerajaan. Jujur, ya, kami enggak mampir ke sini karena udah fokus ngebet banget masuk ke Monas. 😂
Museum Sejarah Nasional
Setelah turun tangga sedikit, iyes banyak naik-turun tangga, kami pun masuk ke ruangan ber-AC. Alhamdulillah ... anak-anak yang awalnya rewel karena gerah dan lapar bisa lebih kalem di sini.
Sebelum berkeliling di ruangan ber-AC ini, kami duduk selonjoran karena memang tidak nampak bangku. Kami ngemil dulu, haha ... gini lah kalau jalan-jalan bersama bocah harus perut kenyang supaya hati tenang. Setelah itu barulah anak-anak semangat berlarian melihat ada apa di ruangan ini.
berfoto bersama ondel-ondel khas Jakarta |
Eh ternyata ini adalah Museum Sejarah Nasional. Di sini terdapat diorama perjalanan panjang Indonesia. Dimulai dari diorama pertama berupa manusia purba di zaman pra-sejarah, diorama kerajaan kuno, penjajahan oleh bangsa Eropa, kemerdekaan RI, G30SPKI, hingga orde baru.
diorama tentang Irian Barat |
Jujur lagi, ya, kami enggak keliling ke semua diorama (menurut Orami total ada 51 diorama). Kemana si anak melangkah, saya mengikuti saja. Saat itu juga sangat ramai rombongan sekolah jadi kami memilih bagian diorama yang sepi pengunjung.
Jika ada kesempatan lagi, ingin deh lebih slow melihat diorama demi diorama bersama SID. Bakal jadi proses belajar sejarah yang menyenangkan. Kami pernah berkunjung ke Museum Satria Mandala dan Lubang Buaya melihat diorama. Sangat terkenang belajar sejarah lewat cara ini.
Baca juga: Jelajah Kota Tua Jakarta
Ruang Kemerdekaan
Selanjutnya kami naik anak tangga (lagi) hingga berada di ruang terbuka. Awalnya kami bingung kok ada dua papan petunjuk. Kanan ke arah Ruang Kemerdekaan sementara kiri ke arah Cawan Monas. Ya udah coba ke kanan dulu.
Ruang Kemerdekaan berupa ruang amphiteatre dengan undakan sebagai tempat duduk pengunjung. Di situ ada pintu gerbang berlapis emas. Aseli saya enggak paham ini ruang untuk apa, haha ... karena saat di sana banyak pengunjung yang duduk-duduk sementara anak-anak main perosotan!
pintu berlapis emas dalam Ruang Kemerdekaan |
Hasil googling, di Ruang Kemerdekaan di dalam Monas kita bisa mendengarkan suara presiden Soekarno membacakan teks proklamasi. Naskah asli teks proklamasi juga tersimpan di kotak kaca dalam gerbang berlapis emas. Selain itu lambang negara Indonesia, bendera, dan peta kepulauan Indonesia (berlapis emas juga) ada di sini.
Somehow saya enggak menyadari sama sekali benda pusaka yang disebut di atas ada di ruangan ini kala itu karena perosotan 😔. Eh, di sini bukan ada mainan perosotan seperti di taman tetapi bagian atas undakan (tempat duduk pengunjung) berbentuk melengkung karena merupakan bagian bawah cawan. Inilah yang menjadi arena anak-anak main perosotan. Tinggi? Iya ... tapi memacu adrenalin.
Bahaya, sih, kalau salah posisi merosot tapi namanya bocah ya banyak banget yang meluncur bolak-balik. Tidak ada petugas juga yang berjaga di sini, so saya bertanya-tanya aman enggak nih?
Naik ke Cawan Monas
Setelah bolak-balik main perosotan sampai keringetan, anak-anak kami ajak ke cawan. Mereka enggak rela karena senang menemukan giant slide di tempat yang tak terduga.
Untuk naik ke cawan, kami berjalan ke sisi lain Ruang Kemerdekaan hingga bertemu lift. Eh, jangan naik lift. Itu lift untuk yang mau naik ke puncak Monas.
Sedikit membahas naik ke puncak Monas, antreannya panjang dan tidak berbaris rapi jadi lumayan dempet-dempetan sambil menunggu naik lift. Walau dibagi per sesi dan pasti kebagian, kudu sabar yah, jangan sampai tergencet.
Cara naik ke cawan melalui 66 anak tangga. Berhubung dari tadi sudah naik-turun jadi ya jalani saja. Bismillah anak-anak kuat sambil gendong sedikit.
akhir dari 66 anak tangga menuju ke cawan Monas |
Kami sampai di cawan Monas tepat pukul 12 siang. Silau! Angin berhembus lumayan membuat adem tetapi bagi pengunjung yang tidak menggunakan kacamata hitam, silau banget.
Dari cawan Monas, saya dapat melihat gedung-gedung di sekeliling Medan Merdeka. Enggak tahu nama gedungnya, satu-satunya yang saya hafal ya Perpusnas RI.
Baca juga: Wisata Literasi di Jakarta
Berhubung silau dan anak-anak mulai kegerahan, kami menuruni cawan Monas dan beranjak pulang. Jalan pulangnya beda dari jalan masuk. Dari Ruang Kemerdekaan bisa langsung turun tangga menuju lorong temaram bawah tanah tanpa melewati Museum Sejarah Nasional.
pemandangan dari atas cawan Monas |
Kami pun antre kembali untuk naik kereta kelinci. Syukurlah kala itu saya membawa payung karena tempat antrean hanya sebagian yang tertutup.
Saat naik kereta kelinci (tentu berebut juga 😏) petugas menanyakan tiket masuk Monumen Nasional sebagai bukti kami beneran masuk, tak hanya numpang keliling kawasan Monas. Alhamdulillah Astri masih menyimpan tiketnya. Kalaupun terselip, kami punya banyak foto di dalam Monas sebagai bukti kunjungan, hoho ....
Baca juga: Berkunjung ke Tebet Eco Park
Transportasi Umum ke Monas
mushola halte Balai Kota |
Pegel tapi bahagia sampai cawan Monas (dok. @astri_putri) |
mba helen, aku selama ini cuma numpang foto diluar doang, nggak pernah masuk karena lihat antriannya walaupun weekdays tetep full banget. thankyou bisa diajak jalan-jalan virtual begini
ReplyDeletehihi ... iyah monas ga pernah sepi walau weekdays tetap banyak rombongan anak sekolah ke sana.
DeleteDiorama itu kalau mau dibahas semua di blog bakal banyak tulisan dibuat ya hihi tapi memang kalau jalan sama anak, amannya kita ngikutin saja anaknya ke mana :)
ReplyDeletediorama udah jadi buku sejarah mbaaak karena bahas ratusan eh apa ribuan tahun dari zaman purba, hehe
DeletePembayarannya hanya bisa pakai Jakcard, ya? Gak bisa pakai e-money lain?
ReplyDeleteSaya punya Jakcard. Tapi, cuma punya 1 kartu. Bisa dipake sekeluarga kan ya kalau mau naik ke Monas?
cara bayarnya the one and only pakai JakCard, mbak. 1 kartu bisa dipakai rame-rame kok selama saldonya cukup.
Deletetrus ga bisa booking online jadi emang hanya on the spot walau datangnya rombongan.
Menariikk bgt dalamnya monas ternyataaaa
ReplyDeleteAkkk mupeng bgt k sini, ajak anak dan ponakan.
Hepi dan edukatif jg
Udah sering ke Monas, tapi belum pernah masuk ke dalam. Anakku yang udah, sama rombongan sekolah.
ReplyDeleteAku baca cerita Helena, banyak naik turun tangga, dan beberapa kali soal kegerahan. Mungkin karena lorong dan ga ada sirkulasi udara, banyak orang juga, jadinya panas ya.
kepanasannya karena tempatnya outdoor dan kami datang pas tengah hari, hehe
Deletesilau banget, trus aku lupa bawakan sunglasses buat anak-anak dan mereka ga mau pakai topi.
Beberapa kali ke Monas tapi cuma foto di depan aja trus malah jajan dan belanja2 gak jelas di depan pintu masuk haha
ReplyDeleteLain kali pengen coba masuk juga deh, harga tiket lumayan terjangkau yaah
eh di Lenggang Jakarta, food court depan Monas itu bisa wisata kuliner sambil beli oleh-oleh sih, hehe
DeleteHehehe... namanya anak-anak ya, nemu aja ada permainan. Main perosotan di dalam cawannya monas, tapi tetap dalam pengawasan kan pastinya ya mbak.
ReplyDeleteIya ih, kalau ke monas tuh paling orang-orang berfoto dengan latar belakang tugu monas aja, ternyata kalau masuk banyak yang bisa dipelajari ya dari sejarah bangsa kita ini
beneerr, kalau mau kebagian tiket untuk ke puncak, mesti dateng dari pagii bangett. aku waktu itu sampai sana jam 8 aja udah ruammee. dan antriannya udah mengularr di cawannya, ahaha.
ReplyDeletetapi berhubung emang udah niat sampai puncak, ya jadinya piknik sambil ikut antrian yang panjang deh, ihihi. btw, dulu itu lumayan rapi lho antriannya, jadi gak berdesakan, hmm. kenapa sekarang malah gak antri dan berdesakan ya, hmm
Monas baru buka jam 8 antrean udah panjang ya, jadi kudu datang jam berapa nih? heheh ... next time coba lagi supaya bisa naik ke puncak.
Deletejadi ingat dulu pas ke monas sama keluarga suami bingung banget di mana masuknya. ternyata lewat terowongan gitu masuknya. hihi. sayang banget eh dulu nggak sempat ditulis dan diabadikan momen jalan-jalan ke monas ini
ReplyDeletetambah kereeen isinya ya mba.. aku ke sini udah lamaaa banget, waktu jaman masih sekolah dan ikut study tour dari sekolah di Lampung hehehe. Next time musti mampir ke sini lagi deeh aku dan anak - anak
ReplyDeleteBaru aja kemarin ajak anakku main ke Monas, karena ini untuk pertama kali dia main ke sana dan ternyata dia senang sekali. Walau kemarin ramai tapi tetap terkendali sih, amanlah kemarin kalau bawa anak-anak.
ReplyDeletewah naik sampai ke puncak atau mana nih?
DeleteSaya baru sekali ke Monas, haha itupun malam - malam dan belum pernah masuk ke dalam. Ah jadi ingin ke Monas bawa anak nih dan usahain bisa masuk ke dalam. Seru banget yah
ReplyDeleteMalam ke Monas juga bagusss Teh Tian. Kelihatan megah gitu. Dulu suka foto dari Gambir sambil nunggu kereta dengan background Monas.
DeleteTiga tahun lalu bawa bocah ke Monas tapi nggak sampai naik soalnya ramai banget hehe itu sebelum pandemi kalau nggak salah seru juga ya lihat pemandangan Jakarta dari cawan Monas
ReplyDeleteWah aku belum pernah nih masuk Monas soalnya kyk selalu ngantre yaaa haha. Ternyata di dalamnya kyk yg aku liat di Tugu Pahlawan ada diorama, ada museum juga. Ini masuk wishlist moga2 nanti kalau pas ada kesempatan bisa mengajak anak2 naik ke Monas dan liat2 apa yang ada di dalamnya :D
ReplyDeleteTiketnya jg termasuk murce utk ukuran melihat peninggalan sejarah yaaa.
eh iya benar, duluuu banget pernah masuk tugu pahlawan ada diorama museum juga. Pan kapan mau ah ke sana lagi sama anak-anak.
Deleteya ampun, akutuh terakhir ke Monas pas SMA dan itu udah kayak belasan tahun yang lalu, ah jadi pengen ke Monas juga ajak anakku
ReplyDeleteAku belum pernah naik ke cawannya Monas, paling cuma di pelataran luar nya aja, itu pun udah tahun berapa ya, masih sekolah dulu. Sekarang harus bayar dengan kartu JakCard ya? Apakah nggak ada pilihan metode pembayaran selain JakCard, mba?
ReplyDeletesaat ini hanya pakai JakCard, mbak. Belinya bisa di loket dengan tunai atau non-tunai tapi tetap kartunya ya JakCard.
Deleteoh ya JakCard juga dipakai untuk beli tiket Ragunan dan museum di Kota Tua.
Jadi kayanya lebih asyik di dalam monasnya daripada pas naik ke atas ya. Meski begitu, ku bakal tetap naik sih karena penasaran, hehehe
ReplyDeleteSeru banget ya pergi ke Monas Karena aku belum pernah sih ke Monas. Selama ke Jakarta belum pernah mampir.
ReplyDeleteUdah dong ke puncaknya monas dan lihat kota jakarta dari ketinggiannya...klau kesana memang mending jangan pas liburan anak2 or weekend karena antrinya ampun full bnget..
ReplyDeleteExplore museum satria mandala mba..deket kan
weyyy Mbak Utie udah sampai puncak Monas nih. Pegang emasnya ga mba? hehe
Deletemuseum satria mandala udah pernah tapi belum ku tulis. *PR nih.
Harga tiketnya terjangkau ya
ReplyDeleteEnggak bakalan bingung kalau harus bawa rombongan krucil ke Monas
Murah meriah dan aman untuk budget liburan tipis tipis 😅
iyaa mbak, murce mursida kaaan wisata ke Monas.
Deletemalah yang dihitung hanya anak 5 tahun ke atas.
Aku masuk Monas jaman SMP cuma sampai cawan karena mau ke puncaknya ruamee banget antri. Kayaknya gak berubah skrg
ReplyDeleteOh udah dibuka lagi ya mba.........Saya ke monas sama anak2 saya rasanya udah 10 tahun yang lalu.......penasaran juga pingin balik lagi lihat perubahannya
ReplyDeleteWah kami liburan kemarin juga ke Monas mbak, untungnya masih dapat tiket ke puncak, tapi sayangnya sampai puncak malah hujan jadi buru-buru turun lagi deh wkwkwk
ReplyDeleteBeluuuuym aku mba 🤣🤣. Udah belasan tahun di Jakarta, tp ya baru depannya doang 😅.
ReplyDeleteBbrp tahun lalu, temen kuliahku di Penang datang ke Jakarta dan dia minta diajakin ke Monas 😄. Sayangnya pas kami datang udah tutup. Itulah aku ga cari tahu ttg jam buka tutupnya.
Setidaknya foto di depan Monas jadinya. Kalo seandainya temenku ga ngajakin kesana, mungkin sampe skr aku blm liat juga dr Deket 🤣