Ibu butuh me-time, iya. Kepikiran enggak kalau suami juga butuh me-time? Maka saya menawarkan me-time untuk suami. Jawaban beliau membuat saya kaget.
Mengajukan Me-Time ke Suami
Ide ini berawal dari beberapa bulan lalu saya merasa suntuk banget dengan rutinitas di rumah. Bawaannya mudah emosi saat mengasuh anak. Ya namanya anak kan enggak selalu manis dan nurut. Sayanya yang kurang sabar aja.
Saat anak-anak sudah tidur, saya mengajukan waktu untuk me-time ke suami. Saya minta izin untuk nonton sekitar 3 jam. Kata orang-orang, nonton atau jalan-jalan ke mall bisa untuk refreshing. Ya supaya enggak bosan dengan pekerjaan yang itu-itu aja.
ACC?
Belum, sampai sekarang 😂. Setelah itu suami dan anak-anak malah bergantian sakit. Terkuburlah impian nonton di bioskop sendirian.
Saya kecewa? Sedikit, sih, tapi kalau dipikir-pikir sebenarnya saya enggak butuh-butuh banget nonton film. Udah ada Disney+ di HP kalau mau me-time for a while di rumah. Itupun jarang banget saya buka.
Me-time saya bukan nonton atau jalan ke mall. Itu tadi kepikiran karena lihat sekitar aja padahal saya sendiri lebih suka beraktivitas di luar ruangan. *Owh, apakah ku kena FOMO?
Hadiah untuk Suami
Entah dapat tautan dari mana, saya membaca status Facebook Teh Yuria. Garis besarnya kira-kira sebagai berikut: enggak hanya ibu-ibu yang butuh me-time. Bapak-bapak juga, lho. Bapak tiap hari bekerja, dapat gaji untuk keluarga. Sesekali bapak ingin menggunakan gaji untuk dirinya sendiri.
Teh Yuria memberi ide bagaimana kalau menawarkan bapak untuk menikmati gajinya sendiri. Misal gaji bulan ini silakan bapak pakai untuk keperluan bapak.
Iya, ya, lelaki pun perlu menjaga kesehatan mental. They're only human after all.
Tring! 💫
Saya pun membahas hal tersebut dengan suami. Selama ini gaji suami untuk kebutuhan rumah tangga. Penghasilan saya dari ngeblog alhamdulillah bisa untuk simpanan atau keperluan saya pribadi. Enggak banyak namun kalau untuk "menghidupi" keluarga selama sebulan supaya bapak bisa menikmati gajinya sendiri, insya Allah bisa lah.
Saya pikir suami bakal senang mendengarnya namun ia menolak tawaran tersebut. Kalau ibu rumah tangga setiap hari bergelut dengan urusan domestik, para bapak setiap hari harus memikirkan mencari nafkah untuk keluarga. Pusing juga, lho, kalau penghasilan belum stabil.
Nah, terus?
Rupanya suami lebih memilih untuk family time. Pergi ke suatu tempat, traveling bareng keluarga tanpa memikirkan pekerjaan udah cukup baginya. *Ah ini bahasa cinta-nya.
Oke ... saya pun menyusun rencana liburan dan mengajak keluarga untuk berlibur santai ke pantai disponsori Helenamantra. Inilah hadiah untuk suami. Syaratnya, enggak boleh bawa laptop. Berat! Selama liburan, ia tetap sesekali mengecek pekerjaan tapi yang ringan aja karena kebetulan ada proyek.
Alhamdulillah bisa refreshing sekeluarga. Saya juga senang ketemu air asin, puas berenang di laut. Nonton bioskop? Udahlah pan-kapan aja.
Baca juga: Liburan ke Pulau Tidung Tanpa Travel
Bentuk kebahagiaan setiap orang berbeda-beda. Yang kita lihat di sekitar atau di media sosial, belum tentu bahagia buat kita. Saat berniat memberikan hadiah untuk suami, saya malah mendapat kebahagiaan juga. Alhamdulillah. 😊
euleuh euleuhhhh, soswit banget sih sponsornya! Aku coba ya ke suami, ntar hasilnya aku tulis di blog. Ngga sabar ama reaksinya!
ReplyDelete