“Mbak, gimana rasanya jadi Ibu Rumah Tangga (IRT)? Enak ga? Aku mau resign tapi masih ragu. Apa bisa aku jadi IRT? Apa betah? Nanti ngapain aja di rumah? Jujur, aku takut jadi ibu rumah tangga.”
Sama. Di awal aku juga sempat ragu. Enggak hanya jadi IRT, aku bahkan ragu apa bisa jadi ibu. Ngurus anak itu hal baru buatku yang selama ini ngurus kerjaan di kantor.
Trus, gimana Mbak sampai sekarang sepertinya menikmati menjadi ibu rumah tangga?
Sebenarnya masih terus berproses untuk “love what I do” karena apapun pilihan kita selalu ada tantangannya. Bukan bakal enak terus, ya kan! Coba pikirkan apa yang membuatmu takut menjadi ibu rumah tangga?
Ijazahnya Enggak Dipakai
“Buat apa sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya jadi ibu rumah tangga? Sayang banget ijazahnya enggak dipakai."
Kalimat tersebut sering dijumpai dari keluarga terdekat sampai orang sok kenal. Pedih ya padahal menerapkan ilmu itu tak terbatas harus di kantor (gedung). Ilmu juga bermanfaat untuk keluarga maupun lingkungan sekitar guna memecahkan masalah.
Terkadang tak selalu dibayar. Ilmu yang bermanfaat insya Allah jadi amal jariyah.
Kira-kira berapa gaji baby sitter yang bergelar sarjana? master? dst. Gimana kalau kamu yang lulus S1 merawat anakmu sendiri? Keren banget kan pengasuh anak berpendidikan tinggi.
Mungkin sekarang ijazah belum dipakai untuk melamar pekerjaan. Kelak jika mau kembali ke dunia kerja, insya Allah bisa, tentunya tetap bertanggung jawab pada keluarga.
Tidak Jago/Suka Beberes Rumah
Dari kecil jarang dibiasakan mengerjakan tugas domestik seperti beberes rumah, menyapu, mengepel, cuci baju, dan sebagainya. Sudah ada embak (ART) yang menanganinya. Begitu berumah tangga jadi gagap, deh.
Iya, semua butuh proses. Tak ada kata terlambat untuk belajar. Kamu bisa pilih pekerjaan rumah tangga mana yang kamu suka dan bisa, berbagi tugas dengan anggota keluarga lain, atau mendelegasikan sebagian ke penyedia jasa bersih-bersih.
Tidak Bisa Masak
“Perempuan kok tidak bisa masak!”
Jleb! Nyatanya ada perempuan yang kurang terampil memasak. Sama seperti poin yang tidak jago beberes rumah, mungkin sejak kecil kurang dilatih atau diberi kesempatan memasak.
Memasak bisa dipelajari. Walau tak harus jago seperti chef pada lomba memasak di TV, tetapi ibu dapat menjadi manajer gizi keluarga.
Tidak Telaten Urus Anak
Haduh, aku tuh mudah marah ke anak. Enggak telaten mengurus anak. Apa ku sekolahin aja?
Amanah anak dari Allah itu sebagai media orang tua belajar. Percaya deh, saat kita mendapat karunia berupa anak sebenarnya kita pun sudah diberi kemampuan menjalankan peran sebagai orang tua.
Ibarat HP, sudah ada tools, aplikasi, dan sebagainya untuk difungsikan dengan optimal. Kita perlu mengulik, mempelajarinya supaya dapat menjalankannya dengan baik.
Orang tua, terutama ibu, adalah madrasah pertama dan utama bagi anak. Mereka belajar dengan meneladani kita. Wew, kita punya penggemar berat bernama anak! Anak sholeh juga insya Allah jadi amal jariyah.
Baca juga: Cari Tahu Parenting Style-mu
Tidak Ada Kerjaan
“Lho sekarang jadi ibu rumah tangga. Enak dong enggak ngapa-ngapain.”
Duh, omongan nyelekit lagi dari luar sana. Mau baper? Coba pikirkan apa benar begitu? Apa menjadi ibu rumah tangga artinya tidak ada kerjaan? Santai kipas-kipas, makan, tidur doang? Wew, sultan kali? *eh sultan gimana ya?
Daripada baper, mendingan makan lemper. *Yak, makan terus~
Bosan di Rumah
Aku sudah biasa beraktivitas di luar rumah. Kalau di rumah terus apa enggak bosan? Ketemunya itu-itu saja?
Sebagian besar pekerjaan IRT memang di dalam rumah. Kalau bosan, mari beristirahat mencari suasana baru. Obrolin dengan suami mengenai hal ini.
Mengerjakan rutinitas mudah membuat rasa bosan muncul. Cari cara lain mengerjakan aktivitas sehari-hari supaya terasa fresh, misal: menyapu sambil dengerin musik, mencuci piring sambil merem, atau lakukan kegiatan produktif di luar.
Tidak Produktif
Masa’ kerjaan IRT gini-gini aja. Cuma urusan sumur, kasur, dapur. Kayak enggak produktif, gitu.
IRT juga bisa berdaya, lho. Mengurus pekerjaan rumah tangga, suami, dan anak-anak itu bagian dari produktivitas.
Mau produktif hingga ke luar circle keluarga juga bisa dong. Di lingkungan RW ada kegiatan PKK, Posyandu, Bank Sampah, dan sebagainya. Mau aktif di kegiatan online juga banyak pilihan. Bergabung di kegiatan komunitas atau yayasan, bisa.
Tidak Punya Penghasilan Sendiri
Setiap bulan dapat nafkah dari suami tapi kayak gimana gitu enggak pegang duit sendiri. Beda dengan saat bekerja kan dapat gaji. Jadi ibu rumah tangga tidak punya penghasilan sendiri.
Rasanya ada yang kurang, ya? Kurang percaya diri kalau tidak pegang uang sendiri.
Syukurlah kita hidup di era digital. Mau bekerja via online dari rumah pun bisa. Jualan lewat online shop atau jadi freelancer kesempatannya sangat terbuka.
Bicarakan dengan pasangan supaya tidak salah paham dan tidak mengganggu prioritas utama.
Baca juga: Mengatur Keuangan Usaha dan Rumah Tangga
Bagaimana? Mau ibu bekerja atau ibu rumah tangga, jika diniatkan untuk ibadah insyaAllah akan menjadi berkah. Apa ketakutanmu menjadi ibu rumah tangga?
Spesial untuk:
#TaTiTaTu
#RBMIPJakarta
Surat Cinta Untuk Wanita
Aku bisa masak, nyuci, nyetrika pun setelah jadi Ibu Rumah tangga, justru jd banyak belajar walaupun kadang memang sedikit2 membosankan ya...
ReplyDeleteTapi ini sbg penguat
ibu bekerja di kantor atau ibu rumah tangga, jika diniatkan untuk ibadah insyaAllah akan menjadi berkah
Bagiku jadi ibu rumahtangga itu gampang - gampang aja. Yang menantang itu part mengurus bocil. Nganterin mereka jadi manusia seutuhnya gitu lha mam...hihi
ReplyDeleteStigma masyarakat secara umum lha yg kadang suka bikin down
ReplyDeleteAku sering denger teman2ku yg dah berkeluarga mendapatkan pertanyaan soal ijazah dan pendidikan
Padahal jadi ibu rumah tangga pun mulia
Dan sejauh yg aku kenal, mba Helena itu orang tua yg the best
Cara mendidik anak2pun begitu kreatif
Wah jadi ibu rumah tangga itu luar biasa, luar biasa lelahnya juga. Biasanya baru benar-benar selesai bekerja pas sudah tidur.
ReplyDeleteAku salut sama ibu yang memilih fokus menjadi IRT, apalagi jika tidak ada bantuan ART. Duh luar biasa. Semangat kak Helena. Salam hangat @depus
Aku dari kecil sama orru udah biasa dibagi tugas , aku spesialis ngepel ha ha ha, pas nikah learning by doing aja pekerjaan ibu rumah tangga itu. Kalau ditanya ketakutannya apa, simple banget kak, aku takut amanah yang luar biasa ini tidak dapat aku jalankan dengan baik. Misal hal yg kecil aja...protes ke anak tapi yg aku protes belum bisa aku terapkan dengan baik
ReplyDeleteKonsekuensi ketika memilih jadi ibu rumah tangga full time memang bakal mengalami banyak komentar-komentar seperti itu. Bagi saya yang ibu rumah tangga full time kerasa sekali wkwkwk..oleh karena itu, saya selalu banyakin komunikasi dan penguatan bersama suami. Karena rumah tangga kan yang menjalani berdua bukan orang lain. Bisa berabe kalau mental ibu kena. Oleh karena itu, meski memiliki title ibu rumah tangga full time, kemauan belajar harus tetep saya asah
ReplyDeleteHai mom,Puji Tuhan aku siap banget ketika melepaskan karirku disebuah perusahaan selama belasan tahun dan menjadi ibu RT sejati.Karena ini memang yang aku rindukan menjadi IRT pekerjaan rumah sudah siap menanti yang selama ini tidak pernah aku kerjakan. Masak,beberes rumah,urus tanaman, seru saja dan waktu tidak terasa ya
ReplyDeleteJadi ibu rumahtangga yang semula bekerja lalu bekerja di rumah saja terkadang galau ya.Apalagi biasa megang uang.Tapi kalau diniatin untuk cari kesibukan pasti bisa mom.Semangat mom Helena
ReplyDeleteSetuju. Tergantung kita memandangnya dari mana dan mau menelanm semua kata orang2 yang toxic di luar sana. Semangat para IRT.
ReplyDeleteaku sih masih belum sepakat soal dikotomi ibu rumah tangga dan ibu bekerja. Yg bekerja di luar juga ibu rumah tangga dengan double job malah. sama sekali gak jd bebas dengan pekerjaan rumah tangga kan. gitu juga ibu rumah tangga, itu semua kerjaan lho yang dihandle di rumah. bahkan yg IRT banyak jg yg ttp berpenghasilan.Again apapun kondisi dan pilihan yg dipilih semua IBu, inysaAllah sama baiknya, sama tantangannya, dna tentu saja sepakat banget niat ibadah krn Allah aja biar jadi benar apapun pilihan kita
ReplyDeleteAlhamdulillah kalau dijalani dengan ikhlas dan benar tuh diniatkan untuk ibadah, InsyaAllah jadi lebih ringan dan gak perlu takut lagi, ada Allah yang akan membantu kita.
ReplyDeletesaya bersyukur sekali kembali jadi Ibu rumah tangga full di masa pandemi ini setelah bekerja kembali kurleb 4 tahun, bisa mengurus anak-anak dan membersamai mereka sambil bisa kerja freelance juga, meski gak ada gaji tetap tapi InsyaAllah hati bahagia menjalaninya :D
*kadang sih emang rindu payday, rindu sibuk-sibuk ria hihihih
Ada poinyang menjadi salah satu pikiran yang masih terlintas saat menjalani peran ibu rumah tangga sekarang. Tapi bismillah aja, percaya sama ketetapan Allah sambil upgrade diri dan curhat sama suami, asalkan ridho
ReplyDeleteMakasih pengingatnya yaa Mbak
Pemikiran yang sama denganku. Ngapain sekolah tinggi-tinggi kalau anak malah diurus sama ART yang SD aja nggak tamat? :)) Itu 20 tahun lalu, btw :)
ReplyDeleteYa ampuuun ... IRT segitu "hinanya" yhaaaa
ReplyDeletebuatku, karena role modelku adalah my mom, yang full time mom tapi super keren karena taman rumah cantik - rumah selalu bersih rapi nyaman - suka anter jemput aku sambil setir mobil sendiri (terus disambung jajan or shopping kalo abis terima gaji alm bapak) - masih bisa punya waktu me time dengan jalan-jalan ama teman-temannya - masih ina inu....
sepertinya anggapan IRT = hina itu monmaap karena memang ada keterbatasan yang tak perlu diungkapkan, karena setiap rumah tangga berbeda. Aku sendiri memilih "karier" di rumah saja karena kegiatan IRT ku cukup aman dan nyaman untuk dijalani
hiks sedih ya mba kalo menjadi ibu rumah tangga itu dinilai sebelah mata tapi ya memang realitanya seperti itu di masyarakat banyak yang mencibir, katanya bergantung sama suami doang, padahal jaman now banyak IRT yang berdaya dan berkarya dari rumah
DeleteMenjadi Ibu bekerja di ranah domestik memang rentan terhadap kufur nikmat yaa..
ReplyDeleteTapi kalau diresapi setiap hari melihat anak dan suami sehat, semu berjalan sesuai dengan semestinya, lancar segala urusan, mashaAllah~
"Nikmat manalagi yang kau dustakan." ini benar adanya...
Rejeki (dalam bentuk nominal) biar Allah saja yang tetapkan.
sayapun pas resign dari kantor sejak hamil butuh waktu untuk memutuskan resign mba, pas jadi IRT butuh waktu juga beradaptasi, full irt, working mom atau irt sambil menghasilkan, apapun keputusannya, semuanya istimewa dengan caranya ya mba:)
ReplyDeleteKadang justru pandangan orang aja sih yang bikin gak nyaman ibu rumah tangga. 0adahal menjadi IRT juga mulia.
ReplyDeletefyuuuuuuuuuuh, asli lelah sih mendengar mom shaming semua itu yang mudah sekali dilontarkan ya, apalagi diucapkan oleh sesama perempuan dan seorang ibu pula, meng-sedih rasanya, kenapa ya manusia itu senang sekali menilai dan mengkritik orang lain pdhl diri dan hidupnya aja dulu deh diurusin
ReplyDeleteKetakutanku sampai sekarang yah tetep di masalah mengurus dan mendidik anak, kayaknya jauh banget dari bener apalagi sempurna. Tapi ya tetep dijalani aja, dan belajar dari anak juga supaya bisa jadi ibu yg baik buat mereka.
ReplyDelete