Jurnal syukur yang mulai saya tulis pada 2021 membawa banyak perubahan terutama setengah tahun terakhir. Efeknya luar biasa positif untuk memulai hari maupun menutup hari dengan penuh syukur. Apa saja yang ditulis dalam jurnal syukur? Bagaimana bentuk jurnal syukur? Bagaimana jika hari itu terjadi hal buruk? Yuk mari kita berkenalan dengan si Jurnal Syukur untuk Kaya Syukur 2022.
Menulis keberhasilan kecil setiap hari dapat berdampak besar |
Menjaga Kewarasan Selama Pandemi
Alhamdulillah kita memasuki tahun baru, 2022! Mengintip dua tahun ke belakang yang diliputi pandemi akibat serangan zombie corona yang sempat membuat saya oleng di awal rasanya luar biasa bertahan hingga saat ini.
Tetap waras! Yes, supaya imunitas tubuh terjaga, kan. Pandemi mengingatkan saya untuk menjaga kesehatan fisik maupun psikis. Sama pentingnya.
Berbagai hal saya coba untuk menjaga kewarasan pikiran. Mengerjakan hobi, berdamai dengan keadaan di rumah, menjadikan "My House is My Playground", mengikuti kelas seputar manajemen emosi, juga menulis jurnal syukur.
Nah, yang terakhir inilah konsisten saya lakukan hingga kini. Alhamdulillah ternyata bisa ya selama sekitar 6 bulan rutin menulis hal-hal yang disyukuri. *tepuk tangan buat diri
Manfaat Menulis Jurnal Syukur
Seperti yang saya singgung di Apresiasi dan Resolusi, saya mengenal jurnal syukur dari kelas Jurnal Homeschooling oleh Rumah Inspirasi. Dari sekian template jurnal, yang paling sering saya pakai yaitu to-do list harian dan jurnal syukur. Dalam jurnal syukur saya menulis keberhasilan kecil setiap harinya.
Manfaat menulis jurnal syukur yang saya dapatkan yaitu:
- Lebih banyak bersyukur setiap hari
- Saat ada hal yang tidak sesuai ekspektasi jadi lebih kalem menanggapi
- Bersyukur atas hal-hal sederhana, yang sering terlewat untuk disyukuri
- Apresiasi langkah kecil diri dan anak-anak (berani mencoba, kemajuan kecil)
- Membangun rutinitas pagi dengan menulis jurnal/membaca jurnal sebelum memakai HP
- Memulai hari dengan semangat dan pikiran positif
- Menutup hari dengan pikiran positif
- Mengajak anak-anak menyebutkan hal yang disyukuri hari itu sebelum tidur
Mulai Menulis Jurnal Syukur
Format Jurnal Syukur
Sebenarnya tidak ada format menulis jurnal syukur. Selama ini saya menulis jurnal syukur dalam bentuk satu baris saja karena menggunakan template Rumah Inspirasi. Bila ingin menuliskan lebih detail lagi, saya tulis di lembar terpisah menjadi sebuah cerita seperti menulis diari.
Misalnya: 6 Januari: main bola dengan Uno, membaca buku dengan SID, masak sop
Kemudian (tergantung keinginan dan kesempatan) di lembar lain saya menulis detail kegiatan anak di hari itu serta hal yang saya syukuri dengan lebih komplit.
Untuk membangun kebiasaan awal dapat dicoba dengan menulis dalam satu baris saja. Singkat, padat, semenit selesai.
Isi Jurnal Syukur
Jurnal syukur dapat berisi beragam hal, apapun itu yang bisa kita syukuri. Tak perlu menunggu "menang kuis" atau "gajian". Momen bermain dengan anak, ngobrol dengan pasangan, atau berani masak menu baru pun bisa masuk ke jurnal syukur.
Rezeki yang setiap hari terjadi namun seringkali luput saya syukuri pun bisa jadi isi jurnal syukur seperti bisa bernafas dengan bebas, melihat indahnya langit, jemuran kering, dan ... apalagi hayo?
Menulislah dengan bebas. Jurnal syukur bukan untuk dikumpulkan ke guru seperti tugas sekolah. Ya kalau mau diberi hiasan juga monggo, post di medsos ya silakan. Buat saya yang tulisannya B aja dan enggak betah menghias bullet journal ya hanya menulis dengan tinta hitam. Esensinya pada proses menulis, mengeluarkan bentuk rasa syukur dalam tulisan.
Lalu, bagaimana jika hari itu terjadi hal yang tidak mengenakkan? Tidak semua hari berlalu biasa saja atau menyenangkan, kan?
Yes, 24 jam itu tak selalu happy syalala. Jika dalam sehari sekitar 8 jam tidur berarti sisa 16 jam beraktivitas. Nah dalam 16 jam ini ada berbagai emosi diri seperti senang, sedih, bingung, kecewa, khawatir, terkejut, bersemangat, dan banyak lagi.
Kadang mengawali hari dengan bahagia, menjelang tidur ada kejadian tidak mengenakkan lalu rasanya hari itu terasa membosankan, menyedihkan, kalau bisa di-skip deh. Eh padahal tadi pagi kita bahagia, lho. Maka tulislah hal-hal yang membuat bersyukur di hari itu. Renungkan ngapain aja ya seharian ini bahkan menulis "masih hidup" pun sah-sah saja.
Salah satu hari berkesan yang saya alami yaitu ketika pergi bertiga dengan anak-anak ke Perpusnas. Perjalanan ke sana yang biasanya macet di Senen hari itu lancar. Naik lift di Perpusnas tanpa antre (ini ajaib deh karena sistem lift di sana bikin grrr belajar sabar). Di sana kami bertemu teman-teman, membaca buku, ngobrol bareng. Siangnya makan siang dengan menu lezat, anak-anak lahap makan sampai bekal habis, dan dapat lift tanpa antre lagi. Masya Allah luar biasa saya sampai heran kok tumben hari ini begitu smooth.
Tantangan datang ketika kami hendak pulang. Mau pesan taksi kok susah banget. Harganya naik hampir dua kali lipat. Ternyata jalan depan Perpusnas ditutup, ada demo!
Ayah SID membantu memesankan taksi. Eh mobilnya enggak bisa masuk area situ karena macet parah. Astaghfirullah, gimana cara kami pulang? Jalan kaki ke arah Thamrin lalu mencari taksi di sana? Membawa dua anak dan buku pinjaman Perpus yang tebal? *mikir lagi
Singkat cerita kami bisa sampai rumah setelah dijemput Ayah SID sore hari menjelang Perpusnas tutup. Alhamdulillah sampai rumah, enggak jadi menginap di perpustakaan.
Dari kejadian di atas saat panik terjebak demo, saya mencoba menenangkan diri mengingat hal-hal baik yang terjadi hari itu. Alhamdulillah bisa main ke perpustakaan, jalanan lancar saat kami berangkat, cepat mendapat lift, anak-anak makan lahap, anak-anak tenang ketika tahu belum bisa pulang, SID banyak membaca dan membaca, serta ayah bisa menjemput kami.
See, actually there are so much to be grateful for even that day doesn't go well.
Siap menulis jurnal syukur? Apa hal yang kamu syukuri hari ini?
Aku perlu deh kayaknya mulai punya jurnal syukur ini mba. Jadi setidaknya bisa lebih belajar utk menghargai kebahagiaan sekecil apapun itu.
ReplyDeleteTerkadang yaaa hal2 yg kita anggab remeh, ga kita anggab sebagai kebahagiaan saking keseringan dirasain. Padahal, kalo hal2 itu diambil balik Ama Tuhan, kita juga yang semaput ..
Menulis setiap berkat yg dirasain, buatku juga bisa belajar utk ikhlas. Kayak aku, dari akhir tahun lalu sedang ada masalah Ama saham ku di Inggris yang tetiba balancenya hilang. Ampe skr blm ketemu solusi Ama perusahaan providernya, masih tiktokan Mulu balas email 🤣. Awalnya aku beraaaaat banget utk ikhlasin atau Nerima mba. GBP1200 ga terlalu gede, tapi berat aja kalo aku nyerah utk perjuangin nominal segitu.
Cuma makin kesini, sambil inget2 berkat2 yang lainnya, dibarengin melihat orang-orang yang lebih membutuhkan di sekitarku, kok ya jadi lebih gampang mengikhlaskan. Sekarang rasanya udah pasrah aja. Kalo memang itu rezekiku, pasti kembali. Tapi kalo ga, berharap aja Tuhan kasih berkat yang lebih besar lagi sebagai ganti 😄. Sesimple itu aja lah mikirnya.
thanks for sharing Mbak Fan.
Deletedengan menuliskan gini jadi lebih berasa mensyukuri hal-hal itu, mau gede ataupun kecil
semoga balance-nya balik yah, itu nominal besar buatku
Jurnal syukur menjadikan hidup kita jadi lebih berkah dan bersahabat dengan pahitnya kenyataan hidup
ReplyDeleteAku mau ketawa baca menjaga kewarasan saat pandemi, ha ha ha ya pun pandemi nguras fisik & mental nggak pernah ada yang kebetulan ya. Jurnal mahal ini kak,kadang kita sibuk dengan berbagai pertanyaan ya ,kenapa mengapa sampai lupa nikmat yang ada di depan mata. Alhamdulillah kak masih diberi sehat sampai hari ini, cukup juga buat lainnya. Alhamdulillah
ReplyDeletenah nah ini harta karun, Mbak Gita.
Deletekalau sumpek, coba baca jurnal syukur dijamin senyum-senyum sendiri.
Wow...keren ini good idea banget buat jurnal Syukur.Ini hal yang belum pernah aku lakukan.Memang perlu ya untuk membuat kita semakin bisa mengucapkan syukur atas kebaikanNya
ReplyDeleteide yang bagus nih..saya belum pernah membuat jurnal syukur, sekali-kali mau coba tips yang diberikan kak helena ini
ReplyDeleteKadang kita lupa ya dengan hal-hal kecil yang ternyata membuat mudah hidup kita. Itulah gunanya bersyukur dan terus bersyukur. Reminder buat diri sendiri juga ini.
ReplyDeleteUdah sering kepikiran bikin jurnal syukur. Apalagi pernah lihat konten yang menulisnya di lembaran kertas trus digulung dan disimpan di toples. Dibuka setahun kemudian. Seru dan unik banget. Tapi, saya masih sebatas niat praktekinnya hehehe.
ReplyDeleteMeskipun begitu, saya berusaha semakin banyak bersyukur sejak pandemi. Memang iya berasa banget hempasannya. Tapi, dipikir lagi sampai saat ini masih bisa kumpul dengan suami dan anak-anak dalam keadaan sehat dan bahagia, harusnya jadi sesuatu yang harus terus saya syukuri
Jurnal syukurku tahun ini berisi hal2 kecil yang terkadang dilupa, seperti nikmatnya nyeruput coklat hangat saat hujan. Jadi lebih melihat warna hidup dengan rutin mensyukuri hal2 kecil
ReplyDeleteNah bener ya kak, banyak hal-hal yang kita anggap biasa tapi sebenarnya adalah anugerah. Aku sempat bikin gratitude journal ky gini, kadang mesti mikir dulu apa syukur ku untuk hari ini.. hahaha.. padahal banyak banget nikmat yang Allah sudah berikan, sering kita malah lupa :')
ReplyDeleteInspiratif banget, memang perlu di masa pandemi ini tetap waras ya. Menulis memang terapi yang pas.
ReplyDeletepernah ikutan ngebahas kalau writing is one of mental theraphy, dan ternyata menulis jurnal syukur emang dampak jangka panjangnya terasa ya mba, jadi lebih sehat pikiran, emosi, hati dan lebih bersyukur lebih bahagia
ReplyDeletebener juga ya.. rasa syukur yang ditulis lebih memberikan efek positif ketimbang dipikirin aja... kalo ditulis kan bisa dibaca baca lagi sampe kapanpun.. kalo cuman di pikiran doang ya bisa hilang... nice tips mbak
ReplyDeleteMenarik kak. Aku dulu juga pernah bikin, entah kapan mulai berhenti. Kayaknya perlu kumulai lagi tahun inu karena memang banyak manfaatnya. Salam hangat kak Helena. @depus
ReplyDeletewah jurnal syukur ini memang bagus banget yaaa, bikin kita jadi inget untuk terus bersyukur yaa mba, harus coba dipraktekkin deh ini mah
ReplyDeleteSaya juga memulakan menulis jurnal kesyukuran semasa covid. Alhamdulillah, dapat belajar sesuatu semenjak itu. Rasa seperti cuba kawal minda untuk fikir baik-baik serta prasangak baik pada Allah
ReplyDelete