SID bergaya saat isolasi di Wisma Atlet |
Gejala Covid-19 pada Keluarga Kami
1 Ramadan 1442H, namanya awal puasa
semangat dong menjalankan puasa termasuk SID yang tahun ini ikut belajar
berpuasa. Siang harinya ia demam lalu tidur siang. Tumben, lho, SID tidur
siang. “Ah mungkin karena tadi belajar puasa sampai siang,” begitu pikir saya.
Sore harinya SID terbangun dengan
kondisi sudah membaik. Giliran Ayah SID yang demam. Hari itu Ayah keliling
mengurus pekerjaan dari Cempaka Putih hingga ke Glodok. Pikiran kami pun sama,
mungkin capek.
Namun, demam Ayah SID naik turun
ditambah lagi ia merasa pusing. Anehnya, setiap minum air rasanya manis. Selama
seminggu kondisi ini tak kunjung membaik bahkan muncul gejala batuk pilek. Ayah
nampak lemas, hanya rebahan.
Ia sempat berangkat kerja.
Siangnya pulang langsung tiduran lagi. Lemas banget bahkan menggendong Uno pun
tak sanggup. Ayah kenapa? Kalaupun sakit biasanya tak selama ini.
Ayah pun periksa ke Puskesmas,
bahkan dua kali. Di sana diarahkan untuk tes darah karena dikira tifus. Akan tetapi,
hasilnya negatif. Hanya sel darah putih Ayah yang di bawah normal, itu tandanya
tubuh sedang melawan virus.
Berhubung masih penasaran apa
sakitnya, Ayah inisiatif tes RT-PCR ke RS. Esok paginya hasil tes keluar. Benar
saja, Ayah terkonfirmasi positif Covid-19. Jreng … jreng … petualangan dimulai.
Saat Ayah positif, saya baru
menyadari bahwa hidung saya tidak dapat mencium bau apapun alias anosmia.
Pantas saja saya tidak tahu kalau Uno BAB di popok. Balsem dan minyak telon
yang biasa saya pakaikan ke Uno pun tidak tercium sama sekali.
Selain anosmia, tubuh saya mulai
oleng. Batuk, pilek, dan kepala mudah pusing jika beraktivitas terlalu berat,
kebanyakan bicara (enggak boleh cerewet, Bu), atau kelamaan melihat layar.
Sementara anak-anak mengalami
gejala batuk, pilek, dan demam namun tidak sampai separah Ayah. Mereka tetap
ceria, aktif, dan lahap makan. Alhamdulillah.
Hampir tiap malam Uno batuk
hingga muntah. Hal ini wajar sebagai bentuk tubuh mengeluarkan dahak. Siapkan
saja wadah di samping kasur untuk berjaga-jaga.
Baca juga: Ide Kegiatan Liburan di Rumah
Isolasi Mandiri di Rumah
Semenjak tahu Ayah positif, Ayah
tidur terpisah. Jika keluar kamar untuk ke kamar mandi, Ayah pakai masker. Sebenarnya
sudah telat juga, sih, karena sebelumnya kan kami banyak kontak dengan Ayah. Ga
tega, lah, melihat Ayah sakit tapi harus dipisahkan seperti ini.
Kami pun isolasi mandiri di rumah
dengan kondisi seadanya. Padahal niat belanja ke pasar sejak seminggu lalu tapi
karena Ayah sakit jadi tertunda. Syukurlah bisa belanja online kebutuhan sehari-hari dan diantar sampai depan pintu.
Saat itu stok masker medis tidak
ada jadi saya minta tolong tetangga untuk membelikan. Alhamdulillah para
tetangga baik banget, bantu beli ini-itu, mengirim makanan tiap hari. Kami
memang berjarak dari dunia luar untuk jaga kesehatan tetapi dukungan warga
sekitar sangat membantu kami saat menjalankan isolasi. Terima kasih banyak, ya!
Kiriman makanan dari tetangga ada aja yang ketuk pintu setiap hari. Alhamdulillah. |
Tes PCR, Pengalaman Pertama Anak-anak di-swab
Ayah melapor ke petugas Puskesmas
bahwa dirinya positif melalui Whatsapp. Petugas pun mendata keluarga dan pihak
yang kontak erat untuk tes PCR.
Esoknya, saya dan anak-anak tes PCR di lapangan seberang Puskesmas. Di sana berdiri tenda dengan kursi-kursi berjarak. Petugas di depan laptop memanggil nomor antrean kemudian menyocokkan data orang yang akan dites dengan daftar di laptopnya. Di sini yang akan tes hanya untuk ibu hamil dan orang yang kontak erat dengan pengidap covid-19.
Ini pengalaman pertama saya dan
anak-anak bakal di-swab. Mendengar cerita teman-teman yang sudah mengalaminya,
katanya sih enggak enak. Huhu … namun ku harus tegar di depan SID dan Uno.
pengalaman SID swab PCR di Puskesmas |
Giliran kami pun tiba. Saya yang
pertama di-swab. RT-PCR berbeda dengan swab antigen. Jika antigen hanya
mengambil sample dari 1 lubang hidung, RT-PCR dari 2 lubang hidung dan
orofaring alias tenggorokan juga kena swab. Rasanya dingin dan dalaaaam ketika
swab di hidung.
Selanjutnya Uno di-swab sambil
saya gendong. Ia menangis, menutup mulutnya rapat-rapat. Namun petugasnya
berhasil juga swab tenggorokan dan satu hidung.
SID ada di samping saya sambil
main HP. Tiba gilirannya, ia duduk sendiri di kursi. Ekspresinya kaget ketika
swab di tenggorokan. Selanjutnya ia menangis ketika swab di hidung. Ah sungguh
hati saya terpoteque melihat kedua jagoan saya menangis harus menjalani tes
ini. Kalian kuat dan berani, Nak!
FYI, swab di Puskesmas biayanya gratis tetapi tidak bisa kita minta swab jika tidak ada gejala atau kontak erat dengan pasien. Untuk biaya PCR di rumah sakit bervariasi. Ayah SID pernah tes PCR di RS Kartika Pulomas, Jakarta Timur dengan biaya sekitar 500-600ribu rupiah.
Masa-masa Kelabu
Di hari yang sama, Ayah minta ke
Puskesmas untuk pindah isolasi di Wisma Atlet karena kondisi di rumah tidak
kondusif. Prosesnya akan saya ceritakan di artikel terpisah, ya.
Sementara itu, saya dan anak-anak
kembali isoman alias isolasi mandiri di rumah sambil menanti hasil tes PCR.
Tidak keluar rumah, segalanya beli dan bayar online. Sempat sih buang sampah sekali
aja, itupun menunggu keadaan di luar sepi.
Baca juga: Lotion Anti Nyamuk untuk Bayi dan Anak
Saat itu kondisi saya semakin
oleng. Batuk, pilek, mau memasak sudah enggak kuat, plus mengurus dua bocil
yang harus tinggal di dalam rumah saja. Dua hari menanti hasil tes PCR dalam
kondisi seperti itu membuat saya terbangun tengah malam kemudian susah tidur.
Hidung mampet, kepala pusing, Ya Allah kuatkan saya ….
Syukur alhamdulillah saya aktif
chat dengan dokter keluarga alias kakak. Ia menyarankan untuk beli obat dan
vitamin. Selama setahun terakhir anak-anak jarang banget sakit sehingga stok
obat banyak yang kedaluwarsa. Beberapa suplemen yang direkomendasikan,
yaitu:
- Nasal spray untuk anak dan dewasa.
- Vitamin D3 (Prove-D, NOW, dsb)
- Vitamin C dan Zinc (Imunped, dsb)
- Suplemen probiotik (Lacto-B untuk anak dan Rillus untuk dewasa)
Sebaiknya konsultasi ke dokter ya
sebelum mengonsumsi obat dan vitamin di atas karena kondisi tiap orang
berbeda-beda. Hati-hati juga akan informasi obat covid yang beredar, cek hoax atau fakta.
Oh ya, sering cek kadar oksigen dalam darah pakai Oximeter juga. Untuk yang isolasi mandiri sebaiknya memiliki Oximeter.
Saturasi oksigen dikatakan normal apabila nilai saturasi oksigen (%SpO2) berada di angka 95% atau lebih. Sementara itu, seseorang dikatakan mengalami kekurangan oksigen atau hipoksemia jika nilai saturasi oksigennya turun hingga kurang dari 92%. Kondisi ini perlu segera mendapatkan penanganan dari dokter. (2)
Dua hari pasca tes PCR, Ayah
mengabari bahwa kami semua positif covid-19. Gercep, Ayah mengurus administrasi
untuk isolasi saya dan anak-anak ke Wisma Atlet sementara saya packing barang-barang
yang akan dibawa ke sana.
Saat azan asar, kami mendapat
kabar agar segera ke Puskesmas karena ambulan sudah menanti untuk membawa kami
menyusul Ayah ke Wisma Atlet. Liburan pun dimulai ….
Pengalaman Isolasi di Wisma Atlet Kemayoran dapat dibaca di sini.
dalam perjalanan naik ambulans ke Wisma Atlet |
Referensi:
(1) https://kawalcovid19.id/content/1183/rapid-test-atau-swab-test-apa-bedanya-mana-yang-lebih-baik
(2) https://www.alodokter.com/pentingnya-oximeter-bagi-pasien-isolasi-mandiri-covid-19
Akhir tahun 2020 lalu, keluargaku dilanda badai covid-19. Awal Desember 2020, Ayahku sakit dan gejalanya seperti covid. Aku memutuskan agar anak dan istriku sepenuhnya tidak singgah ke rumah orang tuaku sampai ada kejelasan penyakit ayah. Hingga akhirnya kami memberanikan diri untuk melakukan SWAB PCR test untuk ayah. Hasilnya positif. Aku dan ibu diwajibkan melakukan PCR SWAB test karena kami serumah dan kontak erat dengan ayah. Hasilnya aku negatif, ibuku positif.
ReplyDeleteTerima kasih telah berbagi pengalaman, Kak. Kadang itu takut mau tes swab padahal dengan tahu penyakitnya maka lebih cepat ditangani dengan tepat dan enggak menular kemana-mana.
DeleteSemoga sekarang keluarga sudah sehat ya.
Aku ikut deg-degan bacanya..Sampai ke Wisma Atlet juga ternyata, kupikir semua isoman di rumah.
ReplyDeleteSemoga kini sudah sehat semua ya Mbak helena. Kebayang saat dua bocil di swab...Alhamdulillah segera tertangani ya.
terima kasih sudah membagikan pengalamannya
Semangat!!
Heuuu bikin puyeng deh bagian swab anak-anak. Selain itu alhamdulillah sakitnya bentar aja
DeleteSehat sehaaatt sehaaaattt kita semua yaaa
ReplyDeletememang pandemi ini bikin panik dan nggak nyaman.
semoga segera kelar dah si coronces ini.
Dan semogaaa semuanya sehat paripurna
Aamiin Ya Allah
DeleteHiks..Liburannya di Wisma Atlet..
ReplyDeleteMemang rada parno dengan anosmia ini ya Mak, aku pun suka grecep kalo sudah mulai kurang nyaman badannya, cepet diajak istirahat. Pengalaman sekeluarga yang tentunya bakalan terkenang apalagi sama krucil, kasian Uno yang masih kecil di PCR, hhuuuu. Semoga kembali sehat2 semuanyaa.
Alhamdulillah, jangan sampai mengalaminya. Semoga kita semua diberikan kesehatan dan selalu dalam perlindunganNya
Iya mbak. Uno baru masuk ruang swab Aja udah nangis. Kek dia kerasa something bad will happen.
Deletemba.. pengalaman yang sungguh luar biasa dan pastinya kita berharap tidak akan berulang ya. Sehat - sehat selalu mba... dan semoga kita bisa terhindar dari COVID-19
ReplyDeleteAamiin. Sehat-sehat mbak Indah
DeleteUnforgetable moment. Duh ini aku juga lg tepar. Ketularan flu dari paksu, apalagi yg sering keluar rumah tuh dia. Jadi kl udah sakit begini jd pada deg²an.
ReplyDeleteJadi parnoan ga sih? Semoga flu biasa aja yah. Istirahat deh begitu ada gejala.
DeleteSemoga kini sudah sehat semua ya mbak. Memang, kalau dirasa di rumah sudah tidak memungkinkan lagi untuk isolasi, pilihannya ke tempat yang direkomendasikan puskemas. Kedua adik ipar saya juga positif covid-19, tapi masih bisa isolasi mandiri di rumah masing2. Alhamdulillah keluarganya masing2 ga ikut positif. Semoga setelah ini ga ada yang sakit lagi. Aamiin.
ReplyDeleteKalau di tempatku emang kurang kondusif isolasi di rumah. Mepet tetangga, jadi ga enakan juga. Alhamdulillah bisa ke Wisma Atlet.
DeleteKirain pak suami aja yang ke wisma atlet, ternyata akhirnya semuanya "piknik" ke sana.
ReplyDeleteSebuah pengalaman yang nggak bakal terlupakan ya mbak.
Semoha sehat selalu buat mbak sekeluarga
Iya jadinya kami nyusul 2 hari kemudian, mbak.
DeleteSyukur ya mbak Helena sekarang sudah negatif virusnya semua. pengalaman yang berbeda pastinya ya mbak.
ReplyDeleteSID hebat loh walau nangis tapi berani di Swab
Iyaa walau nangis heboh alhamdulillah pokoknya udah selesai dengan swab itulah
Deletesekarang keadaannya gimana mbak? emang ga enak banget covid itu. apalagi anak-anak, pasti ga nyaman banget waktu diswab.
ReplyDeleteaku pernah kena juga, yg paling bikin ga nyaman itu waktu anosmia, mana lama, hampir 2 mingguan. hidup berasa hampa ga bisa menghidu dan mengecap
Oh mbak anosmia sampe 2 mingguan yah. Aku seminggu aja, cuma hidung yang ga nyaman kayak ada debu. Alhamdulillah lidah tetep enak dipakai makan
DeleteSaya ikut merasakan sedih ketika membaca SID dan adiknya di-SWAB. Perasaan ibu tuh sama, ya. Kalau anak sakit tuh sedih banget. Bahkan untuk anak-anak saya yang udah pada gede gini juga tetap aja saya baper.
ReplyDeleteAlhamdulillah sekarang udah pada sehat. Semoga sesudah ini terus sehat. Aamiin Allahumma aamiin
Iyaa tetep lah ga tega lihat anak sakit :( di-swab itu kan ga nyaman.
DeleteAlhamdulillah sekarang udah sehat, ga perlu berhadapan dg ruangan swab lagi
Semoga badai Cocid ini cepat berlalu ya mbak, karena memang ini tuh jadi bikin parno. Apalagi untuk aku yang kadang sesekali ada kerjaan di luar rumah. Jadi emang gak boleh abai juga nih dengan protokol kesehatan.
ReplyDeletePengalaman yang mencekam sekaligus berhikmah, Mak. kasihan ya anak2 sakit. Tapi ada juga hikmahnya saat semuanya sakit. Semoga setelah ini, semuanya sehat ya, Mbak.
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah sembuh dan punya tetangga pada baik-baik ya, Mak. Aku pernah swab tapi cuma satu idung aja. Lumayan sakit, tepatnya ga nyaman. Ini apalagi ya, dua lubang idung plus tenggorokan. Huhuhu jangankan anak-anak, yang dewasa aja banyak yang berurai air mata sesudahnya. Semoga sehat selalu, Mak dan pandemi ini buruan kelar
ReplyDeleteIkut deg-degan baca pengalaman sekeluarga Mbak Helena positif covid ini. Sejak pandemi, kalau dijalan (berangkat kerja) bersimpangan dengan ambulance dengan suara sirine, saya kebawa deg-degan juga, kepikiran kalau ambulance yang sedang melintas membawa orang yang positif covid.
ReplyDeleteBtw, Alhamdulillah saat ini sudah negatif covid semua ya Mbak. Semoga sehat selalu seterusnya aamiin
Semoga mulai saat ini selalu dalam keadaaan sehat ya mak. Alhamdulillah saya dan anak-anak sampai hari ini belum terpapar dan semoga saja tidak terjadi. Beberapa minggu lalu sempet juga kita sakit, tak kirain juga covid dan Alhamdulillah ternyata bukan hanya flu biasa. Semoga sehat selalu ya mak dan keluarga
ReplyDeleteKemarin sempat makdeg rasanya waktu lihat storynya kak Helen.
ReplyDeleteKarena selama ini masih aktif menulis dan sosial media. Alhamdulillah, kak Helen dan keluarga sudah sehat kembali.
Semoga Allah lindungi kak Helen dan keluarga selalu.
Ini karena mama selalu sabar, jadi riweuh sama anak-anak tetap berasa nikmat.
MashaAllah~
ya Allah mbak, baru tahu aku klo mbak Helen sekeluarga habis sembuh dari covid
ReplyDeleteAlhamdulillah ya mbak, semua bisa terlewati dengan baik.
Semoga selalu sehat sekeluarga ya mbak
Semoga tidak mengalami kembali ya mba. Semoga sehat selalu. Kasian Uno pasti rasanya ga nyaman ya hiks.. Kok sedih gini jadinya.. Big hug
ReplyDeleteYa Allah untungnya gak sangat panik Dan bisa diatasi ya mba.. duuhh sama bangt Aku dirumah mertua Ada 5 orang yg terkena covid
ReplyDeleteDan posisinya Ada anak2 ku disana🤦 sedikit khawatir tapi alhamdulillah bisa dilalui dgn isoman
Semoga selalu sehat2 ya mba....bighugs🤗
Alhamdulillah ya semua sudah terlewati. Sekarang udah pada sehat kembali. Semangaaat. Sehat-sehat selalu ya kita semua. Pandemi masih membayangi kita semua. Selalu taat prokes 5M :)
ReplyDeleteSEhat sehat selalu mak
ReplyDeletekebayang sekeluarga kemaren dirimu :"(
pelukkkkk
semoga selalu negartif ya mak stay safe <3
Ya Allah..sekeluarga..
ReplyDeleteBenar-benar pengalaman yang gak terlupakan pastinya ya mbak. Harapannya yaa, ya udah sih sekali itu aja. Gak ada lah orang yang mau dapat penyakit lebih dari sekali. Sehat-sehat yaa semua. Semangat!
Ya ampun ga kebayang kamu sakit, masih ngurusin uno sama sid.. huhuhu. Kamu kuat sekali ibu sid.. alhamdulillah dah berlalu semuanya yaa.. huhuhu
ReplyDeleteMasyaallah mbak alhamdulillah sudah terlewati ya. Aku ga kebayang karena ada anak2 yang juga ikutan kena. Alhamdulillah gejala ga pe berat ya mba.
ReplyDelete