Isolasi di RSDC Wisma Atlet Kemayoran |
Baca juga: Pengalaman Sekeluarga Positif Covid-19
Cara Isolasi di Wisma Atlet
Pukul 8 pagi Ayah menelepon kami
yang sedang isolasi di rumah. Ayah mengabarkan hasil tes PCR saya dan anak-anak
sudah ada. Kami sekeluarga positif covid-19.
Ayah segera mengurus kelengkapan
administrasi, berkoordinasi dengan Bu RT dan juga petugas puskesmas via
Whatsapp supaya saya dan anak-anak dapat segera menyusul isolasi ke Wisma Atlet
Kemayoran.
Dokumen yang perlu dipersiapkan
kemudian dikirim ke petugas puskesmas melalui Whatsapp yaitu:
- Hasil tes positif Covid-19
- Foto KTP
- Foto KK
- Surat keterangan domisili dari RT dan RW dengan keterangan keperluan “Isoman ke Wisma Atlet karena tidak ada ruangan isolasi”.
- Asuransi BPJS (jika ada)
Sementara itu, saya dan SID mempersiapkan pakaian dan barang-barang yang perlu dibawa. Kami tidak tahu akan berapa lama isolasi di sana hingga dinyatakan negatif. Mau bawa banyak barang, bingung juga karena nanti saya akan menggendong Uno sementara SID memakai tas ranselnya. Maka, kami membawa baju 5-6 stel, buku bacaan, dan mainan yang cukup dalam satu koper besar. Ada beberapa barang titipan Ayah yang juga kami bawa. Tak lupa SID membawa sepatu roda untuk hiburan olahraga di sana.
Tips Barang yang Perlu Dibawa Saat Isolasi di Wisma Atlet:
1. Pakaian 4-6 stel dengan bahan mudah kering.
2. Obat nyamuk atau losion anti nyamuk.
3. Hanger
4. Sendok, garpu, cangkir, gula, dan teh (barangkali mau membuat minuman sendiri. Di sana ada dispenser)
5. Peralatan mandi (disediakan handuk)
6. Deterjen dan sabun cuci piring. (Mencuci bisa di wastafel)
7. Gunting kuku
8. Kain pel (bisa dari handuk kecil bekas)
9. Gawai dan charger-nya.
10. Peralatan untuk hiburan dan olahraga: buku, mainan, raket, bola, dsb
Barang-barang sudah siap. Urusan
administrasi sudah didaftarkan puskesmas ke Wisma Atlet. Ba’da asar, saya
bersama anak-anak menuju puskesmas. Dari sana barulah kami naik AGD alias Ambulans
Gawat Darurat DKI Jakarta untuk menuju Wisma Atlet Kemayoran.
Ini pertama kalinya SID dan Uno
naik ambulans. Saya dulu sudah pernah saat berangkat sekolah. Bus yang biasanya
rusak jadi kami diangkut naik ambulans. Hehe …
“Pak, pelan-pelan, ya!” pesan
saya ke supir ambulans sebelum naik. Eh ada gitu ambulans pelan?
Syukurlah AGD yang mengangkut
kami santuy banget. Selama berkendara, supir memutar lagu-lagu yang
menenangkan. Anak-anak pun jadi tenang, kirain bakal diajak balapan di jalanan.
Menjelang azan Maghrib kami
melewati area Kemayoran yang padat kendaraan. Ambulans berbelok masuk melalui
pos 6 hingga berhenti di lobby Tower 6 Wisma Atlet Kemayoran yang kini
difungsikan menjadi Rumah Sakit Darurat Penanganan Covid-19 (RSDC).
Ayah SID sudah duduk di depan
lobby menanti kami. Wew, pas banget! Kata supirnya, “Sudah chemistry!”.
Pihak puskesmas yang mengantarkan
kami menyerahkan berkas ke petugas RSDC lalu segera pergi. Kamipun menunggu
dipanggil untuk check-in di RS.
Proses check-in memakan waktu dua
jam. Lamanya tergantung antrean saat itu. Syukur alhamdulillah, menurut Ayah,
malam itu sepi pasien baru. Waktu Ayah dulu sampai 4 jam menanti, mana pas azan
Maghrib enggak bawa makanan.
satu-satunya wastafel portable yang saya temui di Wisma Atlet |
Ngapain aja prosesnya? Pertama,
saya dipanggil untuk verifikasi berkas dan pemasangan gelang pasien. Kedua,
pasien dites tekanan darah, saturasi oksigen, dan ditanya keluhan gejala yang
dirasakan oleh dokter di meja sebelah registrasi. Ketiga, pasien diambil darahnya
juga EKG (untuk usia 18+). Ada juga yang foto thorax ketika baru datang tetapi
saya rontgen keesokan harinya.
Setelah itu, kami diantar ke
tower 7, tempat kami akan menjalani isolasi beberapa hari ke depan. Kami
mendapat kamar di lantai 25, berbeda dengan Ayah yang kamarnya di lantai 24.
Sepertinya pasien yang baru masuk hari itu berada di lantai yang sama.
Alhamdulillah, lega rasanya bisa
bertemu lagi dengan Ayah SID setelah terpisah dua malam sejak ia berangkat
isolasi duluan. Walau badan capek (dan baru terasa lapar) berangkat dari rumah
sekitar pukul 4 sore sementara pukul 8 malam baru masuk kamar.
Malam itu, di lantai 25 yang
tinggi … tinggi sekali saya dapat tidur nyenyak setelah dua malam
berturut-turut susah tidur kepikiran banyak hal plus hidung buntu.
Alhamdulillah ….
Pengalaman Isolasi 14 Hari di Wisma Atlet Bersama Anak-anak, Ngapain Aja?
RSDC Rumah Sakit yang Unik
Apa bayanganmu akan RS? Ruangan
bernuansa hijau dan putih, pasien terbaring di atas kasur, selang infus, sunyi
sepi?
Wisma Atlet alias RSDC itu rumah
sakit yang unik karena hawanya bukan seperti di rumah sakit pada umumnya. Sejak
pertama datang check-in, saya melihat orang-orang berpakaian santai seperti
sedang di rumah berlalu-lalang melewati lobi. Lewat dengan tangan menggenggam
HP, kembali dengan tentengan makanan di tangan yang lain. Ooh … rupanya mereka
pesan makanan lewat ojek online (ojol).
Kamar-kamarnya pun berbentuk unit
apartemen dengan 2 bedroom, kamar mandi, dapur, juga ruang tamu. Satu unit
berisi dua pasien, satu kamar satu orang.
Berhubung kami sekeluarga bertiga
(saya dengan dua anak) maka satu unit kami tempati. Ayah juga bergabung dengan
kami di lantai 25. Sesekali saja ke lantai 24 untuk mencuci baju.
Baca juga: Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, Sudah Siap?
Kalau biasanya dokter dan perawat
visit pasien ke masing-masing kamar, di sini pasien yang pergi ke ruang
poliklinik di masing-masing lantainya. Itu karena pasien di Wisma Atlet
kebanyakan dalam kondisi tanpa gejala ataupun gejala ringan-sedang.
Semua pasien tiap lantai tergabung
dalam satu Whatsapp Group. Info untuk pasien akan dibagikan di sana, seperti
waktunya mengambil makanan, obat, tes-tes, info kegiatan di RSDC yang dapat
diikuti pasien (pengajian, ibadah untuk umat Kristiani, sesi konseling dengan
psikolog, dan sebagainya.)
SID paling suka bagian mengambil
makanan. Setiap ada pesan masuk dari WAG Wisma Atlet lantai 25, ia semangat
membacanya. Jika sudah ada info dari perawat bahwa makanan sudah siap, ia
meluncur ke depan ruang poli untuk mengambil box makanan dan air mineral.
Makanannya enak-enak!
makan sahur dan snack hari pertama di Wisma Atlet |
Kegiatan Selama di Wisma Atlet
Pasien-pasien Wisma Atlet bebas
berkegiatan di luar kamar. Mau ngapain aja boleh selama tidak melanggar
peraturan dan tidak keluar area Wisma Atlet. Selama dua minggu di sana,
biasanya kami:
1. Berpuasa
Berhubung sedang bulan Ramadan
maka saya dan Ayah SID berpuasa. Alhamdulillah puasa di sini terasa ringan
karena aktivitas terbatas dan enggak perlu menyiapkan makanan. Hehe … Saya
sempat bolong di hari-hari awal karena badan masih oleng namun selanjutnya bisa
lancar berpuasa. *banyak utang, Bu!
Untuk pasien yang berpuasa akan
mendapat sahur, snack, buka, dan juga takjil. Super kenyang dan tentunya gizi
seimbang.
2. Berjemur
Setiap pagi sekitar pukul 9-10
kami berjemur untuk mendapatkan vitamin D dari sumber terbaik yaitu sinar
matahari. Banyak ruang terbuka di sini. Mau berjemur di lapangan atau jogging
track bisa. Kami biasanya ke jogging track di lantai 16 yang lebih sepi.
Anak-anak leluasa berlarian di sana tanpa khawatir tersesat atau menabrak
orang.
Baby Uno berjemur di lapangan |
3. Olahraga
Selesai berjemur, SID minta
bermain bola. Ada lapangan berbentuk lingkaran di tengah Wisma Atlet yang biasa
digunakan sebagai tempat bermain bola.
Entah itu bola siapa, yang jelas
pasien-pasien di sana setiap hari menggunakannya. Lumayan lah main bola sambil
lanjut berjemur.
Selain bola sepak, ada juga yang
suka bermain voli di samping Tower 6. Enggak cuma pasien, lho. Petugas ber-APD
pun ikutan main.
4. Eksplorasi tower dan ruang
terbuka di sekitar Wisma Atlet
Gedung-gedung di Wisma Atlet
menjulang, membuat kami penasaran bagaimana pemandangan dari atas sana?
Biasanya kami ke lantai 12 dan 16 karena ada jogging track. Lantai 25 juga ada
ruangan terbuka. Ngeri tapi seru melihat pemandangan Jakarta dari atas gedung
yang tinggi sekali ini.
5. Buka puasa di jogging track
Berhubung enggak bisa ngabuburit
jalan-jalan bebas, kami mencoba suasana baru dengan buka puasa di jogging track
lantai 12. Sekeluarga saja membawa takjil dan camilan hasil jajan online. Hehe
…. Melihat senja menyelimuti Jakarta, ah sungguh syahdu.
6. Salat isya’ dan tarawih
berjamaah di Tower 6
Di Wisma Atlet tidak ada masjid
atau mushola tetapi ada praying room di lantai 12 masing-masing tower. Ayah SID
mendapat info kalau salat Jumat maupun tarawih diadakan di lantai 12 tower 6.
Maka, kami pun mencoba ke sana.
Eh beneran ada walau jamaah hanya
sekitar 5-10 orang tetapi alhamdulillah bisa salat berjamaah. Sebagai imam ya
sukarela pasien yang bersedia.
Praying room tower 6 |
7. Nonton orang main voli, sepak
bola, juga senam
Isolasi dengan kegiatan terbatas
tetapi pikiran harus tetap bahagia? Salah satu caranya dengan berolahraga. Di
sini berbagai kegiatan olahraga diinisiasi para pasien seperti voli, sepak
bola, juga senam di pagi dan sore hari. Pemain maupun instruktur senam dari
para pasien.
Ada pula pasien yang membawa
raket untuk bermain badminton. Kalau SID membawa sepatu roda tetapi hanya
dipakai sekali. Ia lebih suka main bola.
pasien dan petugas berbaur olahraga bersama |
8. Mendengarkan live music alias
karaoke di tangga Tower 7
Setelah senam pagi dan sore,
biasanya para pasien karaoke-an. Non-pasien juga ikut, ya tetap dengan APD.
Pernah juga ada pertujunjukan dance dan saweran di sini. Udah berasa nonton
konser, deh.
9. Belanja online
Berhubung tidak bisa pergi
keluar, aktivitas belanja sangat mengandalkan online shop. Di Wisma Atlet tidak
ada kantin atau minimarket (kebayang pramusajinya pakai APD, gerah!). Maka,
selama isolasi saya belanja menggunakan KedaiMart dan e-commerce lain.
Paket dikirim ke Wisma Atlet,
pilih pos terdekat dengan tower kita. Saya tinggal di tower 7 maka setiap
mengambil paket di pos 7. Kurir akan menghubungi via telepon lalu saya meluncur
ke pintu gerbang pos 7 untuk mengambil paket. Order makanan via online juga
begini caranya.
10. Household chore
Selama isolasi, pekerjaan rumah
tangga tak lepas kami lakukan. Berhubung feels like home, kami tetap mencuci
baju sendiri di wastafel kemudian menjemurnya di balkon. Alhamdulillah unit
kami ada peninggalan jemuran plastik dari pasien sebelumnya jadi bisa jemur
baju di situ. Kalau tidak ada, bisa membuat jemuran dari tali rafia bekas
pengikat kotak makanan.
Sapu dan pel juga dari warisan pasien lain. Setiap hari bisa membersihkan unit apalagi setelah makan supaya enggak jadi serbuan para semut.
Swab di Hari ke-9 Isolasi
Seminggu berada di Wisma Atlet
syukur alhamdulillah keluhan kami berangsur ringan. Sisa batuk pilek sedikit,
lah. Hingga akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba, swab PCR di hari
kesembilan isolasi.
Paginya, chat perawat di grup
Whatsapp menginstruksikan kami untuk berkumpul di depan ruang perawat. Lalu,
kami bersama ke ruang swab di lantai 1.
Jujur, ini swab yang mendebarkan
karena penasaran banget apakah rebahan santuy selama 9 hari berhasil
mengalahkan si virus? Anak-anak bakal di-swab lagi. Pengalaman pertama dulu
tidak nyaman, bagaimana dengan sekarang? FYI, Ayah SID yang isolasi duluan,
sudah swab 2 hari sebelumnya dan masih positif.
Uno saya gendong dalam baby carrier
sementara SID dipangku Ayah. Prosesnya berjalan cepat walau tetap anak-anak menangis.
Namun, setelah itu kami sudah berjemur seperti biasa.
Tips lebih nyaman di-swab pada hidung: tarik napas dalam-dalam. Jangan hembuskan sebelum si cotton bud keluar dari hidung.
Esok paginya, hasil swab keluar.
Rupanya kami masih harus staycation di Wisma Atlet selama 3 hari ke depan
sebelum swab lagi. Yak, hasil kami bertiga positif.
Hal ini membuat saya down. Udah
semangat pulang, eh … kudu swab. Tapi, mengingat isolasi bersama keluarga,
anak-anak tetap ceria dan semakin sehat, maka nikmat manakah dari Tuhanmu yang
hendak kau dustakan?
Pemandangan Kemayoran di malam hari |
Menanti Hasil Swab Ketiga
Alhamdulillah di swab yang
ketiga, Ayah SID dinyatakan negatif. Beliau pulang dengan hati gembira. Sampai
rumah langsung beberes, disinfektan serumah, hihi ….
Tinggallah saya, SID, dan Uno yang
masih menanti jadwal swab berikutnya. Enggak ada tips khusus dalam berikhtiar. Banyak makan, rajin konsumsi obat, istirahat, berjemur, dan berbahagia. Simpan dulu kerjaan dan media sosial yang
isinya macem-macem untuk sementara. Bismillah sehat!
*Fast forward ke sehari setelah
swab ….
Banyak minum saat sahur membuat
saya sering terbangun untuk buang air kecil. Setelah itu, saya lanjut tidur di
kamar lain, bukan kembali ke samping anak-anak.
Eh kok tumben Uno bangun lebih
awal, turun kasur sendiri, lalu mendatangi saya di kamar sebelah. Waktu itu
masih sekitar pukul 6.30 pagi.
Saya sapa anak bayi aktif itu
lalu menyalakan jaringan Wi-Fi di HP. Sudah kebiasaan jika tidur, saya matikan
jaringan internet. Ternyata di WAG nama-nama kami dipanggil ke ruang poliklinik.
Wow, sepagi ini?
Bergegas saya gendong Uno ke sana.
Di dalam ruang poli tampak seorang dokter dengan dua perawat. Saat masuk, Tekanan
darah serta saturasi oksigen saya dicek. Tes regular setiap pagi dan sore.
Kemudian dokter menjelaskan bahwa hasil swab kami bertiga NEGATIF.
“Alhamdulillah, jadi lebaran!”
ujar saya sebagai wujud rasa syukur.
Dokter memberi wejangan langkah
selanjutnya, pemulihan yang perlu dilakukan di rumah, dan tetap menjalankan
protokol kesehatan.
Biaya Isolasi di Wisma Atlet
Sambil menunggu kelengkapan
administrasi berupa hasil tes dan surat yang menyatakan kami selesai isolasi,
saya mulai menata barang-barang untuk dibawa pulang.
14 hari isolasi di Wisma Atlet
menjadi pengalaman berharga bagi saya. Masa awal merawat anggota keluarga yang
bergantian sakit, tes PCR, isolasi dengan para tetangga baru (Bu Rusmi, Nelly, Doris, Hikmah, Ihsan, dkk terima kasih saling mendoakan), hingga tiba di titik ini. Alhamdulillah, this too
has passed.
Setelah ini tetap lanjutkan
kebiasaan baik protokol kesehatan. Pakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak,
menghindari kerumunan, tak sesulit itu kok. Saya bayangkan betapa riweuhnya para
petugas (non-pasien) di Wisma Atlet. Semuanya berpakaian APD lengkap. Sarung
tangan dobel, masker dobel diberi plester di bagian atas, kacamata ataupun face
shield sebagai perlindungan ekstra. Salut pada mereka yang tetap menjalankan
tugas dengan baik!
Baca juga Cek Berita Hoax atau Fakta
Ba’da Maghrib, kami berpamitan
pada para perawat di lantai 25. Rupanya hari itu tower 7 lantai 25 dikosongkan.
Pasien yang belum pulang, dipindah ke lantai bawah. Jadilah kami menjadi penghuni terakhir di
lantai 25.
Kak Denny(?), perawat asal Palembang
membantu mengangkat koper besar kami ke depan lift. Sampai lantai 1,
alhamdulillah ada petugas lain yang membawakan barang-barang kami hingga ke pos
7. Masya Allah, terima kasih banyak ya kakak-kakak!
Eh, tunggu, bayar berapa isolasi
di Wisma Atlet? Sekeluarga, 4 orang, selama 14 hari, lho!
Alhamdulillah
(lagi …) gratis! Tidak ada pungutan apapun.
Terima kasih sebesar-besarnya
untuk Tim Cobra. Isolasi di sini serasa liburan di hotel (tapi harus minum
obat). Makanannya enak-enak! Kami doyan bahkan SID naik sekilo selama isolasi.
Wow, selama ini BB-nya susah naik, bahkan di awal sakit sempat turun.
Selamat bertugas, para nakes! |
Selamat tinggal RSDC Wisma Atlet
Kemayoran!
Aku sedih baru tau setelah mbak sembuh, agak lama vakum medsos ketika Ramadan. Semoga sehat selalu sekeluarga ya Mbak.
ReplyDeleteMaaf lahir bathin.
Mbak Riska, ga apa mbaa ... waktu di RS aku enggak update medsos kecuali kerjaan. hahah ... maunya dibuat pikiran yang happy aja. Kalau share yang sakit-sakit gitu malah khawatir buat down. Makasih banyak yaa Mbak.
DeleteMaaf lahir batin juga. Semoga Mbak Riska dan keluarga sehat-sehat.
Alhamdulillaah, akhirnya yaa ...
ReplyDeleteBersyukur berada di wisma atlet, banyak banget kegiatan dan pengalaman di sana ya Mak, ga sengeri bayangan ketika berada di wisma atlet.
Semoga kedepannya sehat buat dirimu dan keluarga dan kita semuaa.
Selalu ada hikmah di balik peristiwa yang kurang menyenangkan, makasih loh sharingnya.
Alhamdulillah ... Iya ga seseram yang ku duga. Mungkin karena pasiennya gejala ringan bahkan tanpa gejala.
DeleteSyukurlah mba akhirnya hasilnya negatif. Membaca cerita selama isolasi di wisma atlet ternyata cukup seru dan menyenangkan. Apalagi kalo liat non pasien yang berolahraga pakai APD. Tidak seseram yang dibayangkan..
ReplyDeleteAlhamdulillah kondisi kami di Sana semakin membaik. Ada juga pasien yang gawat sehingga dirujuk ke RS lain.
DeleteRamadhan.kita sama mbak...separuhnya habis buat isoman. Kalo aku alhamdhulilah di rumah aja cuma jd boseeen bgt kan karena berdua aja sama anakku yg kecil. Jd ya sebisa mungkin menghibur diri aja. Alhamdhulilah ya Allah kita semua dikasih sehat bisa kumpul lagi sama keluarga. Sehat2 terus ya kalian
ReplyDeleteLho Mbak Muna isoman sama anak. Aku awalnya juga di rumah trus bosen, hehe. Alhamdulillah bisa dirujuk ke wisma atlet
Deletewah gak bayar ya alias gratis, alhamdulillah karena ada yang mesti bayar saat dirawat di sana mungkin yang membutuhkan alat-alat ya
ReplyDeleteAlhamdulillah Mbak Aie. Saudara yang covid dirawat di RS lain pun bebas biaya.
DeleteIsolasi jadi kaya staycation karena sama keluarga. Alhamdulillah udah sembuh ya, Mbak. Meski kelihatan gembira, tetap namanya sakit ya ada rasa sedihnya. Semoga pandemi segera berlalu dan tetap jaga protokol kesehatan
ReplyDeleteHeheh iyaa sakit tetep ada ga enaknya. Awal di sana mudah capek, mbak. Baru muter 1 Kali udah pusing
DeletePengalaman yang berharga tentunya ya Mbak, bisa menambah wawasan buat saya juga. Semoga selalu diberkahi kesehatan bagi Mbak sekeluarga.
ReplyDeleteAamiin
DeleteTerima kasih ya Mbak Mia.
mbak yang jadi pertanyaan saya saat menerima ojol itu ya kita sendiri? gak dititip kayak di hotel/rs?
ReplyDeleteberarti ketemu langsung abangnya gitu ya? itu boleh ya mbak?
soalnya baca poin di atas malah jd penasaran
Iya mbak, biasa aja kayak kita terima paket di rumah. Sepertinya awal-awal dulu paket disimpan di tempat tertentu trus pasien ambil tapi sekarang ya kang ojol telpon nungguin kita ketemuan di gerbang.
Deletepengalaman yang luar biasa berharga ya mama SId, alhamdulillah selama isolasi anak anak kelihatan sehat dan ceria yaa, beneran kayak piknik atau staycation aja yaa. moga sehat selamanya yaa dan ga ada penyakit susulan setelahnya. aamiinn
ReplyDeleteMasyaAllah mbaaa, anak-anak itu kayak ga Ada capeknya. Awal memang masih batuk pilek tapi alhamdulillah tetep aktif!
DeleteAlhamdulillah sudah sehat semuanya ya Mak, semoga selalu dalam keadaan sehat aamiin, sekarang melonjak lagi nih kasus Covid after Lebaran huhu kangen ortu pengen mudik
ReplyDeleteHuhu ... Iya, ini dapat kabar di Wisma Atlet banyak pasien baru
DeleteAlhamdulillah sekarang sudah sehat semuanya ya mba. Di Wisma atlet ternyata banyak juga kegiatan yang dilakukan ya mba.
ReplyDeleteAlhamdulillah supaya imunitas meningkat dan cepet negatif
DeleteAlhamdulillah semuanya terlewati dengan baik ya mbak
ReplyDeleteAlhamdulillah sekarang semuanya sudah sehat
semoga selalu sehat ya mbak lead kesayanganku
Aamiin
DeleteTerima kasih ya Mbak Dian
Syukur Alhamdullilah Mak, sekarang sudah sehat dan dimudahkan saat isolasi, semoga pandemi ini cepat berlalu dan semua orang bisa beraktivitas tanpa merasa khawatir lagi tertular virus. Terima kasih sudah sharing, jadi tahu step-step jika harus isoman.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Mutia
DeleteKak Helenaaaa...
ReplyDeleteAku ikuti semua instruksi kak Helena pas baca blogpost ini walau gak sedang SWAB. Rasanya kudu nangis. Ya Allah...
Semoga Allah sehatkan selalu untuk kak Helena sekeluarga.
Rasanya beneran bersyukur sekali...sudah sehat kembali dan bisa berkumpul bersama lagi di rumah.
**walau katanya Wisma Atletnya enak yaa...tapi kan, tapi kan...
Hehehe tapi paling enak ya di rumah, bisa bebas jalan-jalan juga
DeleteTerima kasih ya Mbak Len.
Mak Sid menikmati sekali yah aku keknya ga betahan orangnya makanya pilih isoman di rumah heheehe karena emang sekeluarga positif lain cerita sama aku..dokter yang ngawasiku juga minta aku isolasi di rumkit akunya yang ga mau..sehat2 semuanya ya Mak Sid
ReplyDeleteWaktu itu Teh Herva isoman di rumah ya. Kalau di tempatku ga boleh, Teh. Harus out berhubung tempat kami kecil dan mepet tetangga.
DeleteIni namanya staycation beneran hehe :P :D
ReplyDeleteAlhamdulillah ya di sana masih bisa melakukan banyak aktivitas dan alhamdulillah gak ada gejala yang berarti. ANak2 pun kooperatif.
Yuk yuk jaga kesehatan biar next time staycation-nya di hotel mewah beneran utk olahraga :D
Nah itu mendingan staycation di hotel mevvah beneran daripada rumah sakit
DeleteAlhamdulillah mba udah kembali sehat...klo dilihat dari foto2nya ga terlalu penuh ya mba, jd nyaman. Semoga pandemi segera berakhir
ReplyDeleteWaktu aku masuk alhamdulillah sedikit aja barengannya. Kalau Sekarang kabarnya melonjak lagi
Deleteturut bersedih buat mbak. salut banget buat perjuangannya sebagai ibu yang keluarganya kena Covid. Semoga berbuah pahala yang besar dari Allah swt. Aamiin
ReplyDeleteAamiin. Terima kasih yaa Molzania
DeleteAlhamdulillah sudah sehat semua ya mak
ReplyDeleteSenang deh saat tau pelayanannya disana baik dan menyenangkan
Pun biaya gratis membantu banget untuk pasien ya.
Semoga sehat selalu ya mak
Iya Mbak Ria. Alhamdulillah jadi bahagia kan dengan pelayanan yang OK dan bebas biaya. Hihi...
Deletesehat sehat makkkk hayo semangatttt jangan kena lagi jauh-jauh covid
ReplyDeletesemoga selalu dilindungi ya mak
stay safe kalian
Aamiin
DeleteSehat-sehat juga Mbak Echa dan keluarga
Kalo denger covid ...meerasa terkungkung..ga bisa kemana2, gak bebas..aja..gitu.
ReplyDeleteSemoga kita sehat selalu dn pandemi cepat berlalu..
Sehat selalu mak..
Iyaa bener, apalagi saat isoman. Heuhueuu
DeleteAlhamdulillah sudah terlewati ya mba fase berat ini. Harus dijalani dengan ikhlas, Insya Allah menginspirasi yang baca loh. Ga enak ternyata ya harus isolasi tuh, semoga aja yang di luar sana, yang masih abai, enggak main-main lagi dengan si virus satu ini. Siapapun bisa terjangkit jika ada yang lalai menerapkan prokes.
ReplyDeleteYes, mbak. Siapapun bisa kena dan efeknya beda-beda. Lanjut protokol kesehatan ya
DeleteSehat yo, Mamak Sid. Aku kaget juga pas baca postinganmu ttg isolasi. Ya Allah, beneran Covid ini gak pandang bulu. Siapa aja bisa kena. Bersyukur ada fasilitas dari pemerintah. Gak kebayang kalau harus keluar biaya sendiri sampai sekian hari. Mudah-mudahan virus ini semakin melemah.
ReplyDeleteIyaa Mbak Ais. Alhamdulillah ada RS seperti wisma atlet gini. Trus kalau punya BPJS, di beberapa RS juga bakal di-cover.
DeleteAlhamdulillah sudah pulang dan negatif semua ya Mbak. Saya mengikuti beberapa kali pengalamannya saat dibagikan di IG apa facebook ya. Lupa.
ReplyDeleteIyaa ada di IGS-ku, mbak Lina.
DeleteTerima kasih yaa
Pengalaman yang gugah semangat untuk sehat. Terima kasih telah berbagi ceritanya, kak Helena dan keluarga.
ReplyDeletePenting banget soalnya karena aku dan keluarga bakal isolasi di sana juga kayanya. Kebetulan ada 2 keponakan juga yang masih kecil dan ini tinggal tunggu instruksi dari Puskesmas untuk berangkat ke sana.
Lhoo mas sedang kena covid?
DeleteBismillah lancar isolasinya yaa. Lekas sembuh!
Alhamdulillah sdh sehat kembali ya mom dan berkumpul dgn keluarga tercinta, ternyata pengalamannya sangat luar biasa melalui itu semuanya
ReplyDeleteIya mbak. Alhamdulillah
DeleteMba Helenaa... pasti perasaannya sempet campur aduk yaa.. tapi Alhamdulillah sekarang udah sehat kembali.. untungnya bisa pesan makanan secara online juga ya disana jadi serba dimudahkan meski dalam kondisi isolasi..
ReplyDeleteAku baru tau dirimu sempet positif sekeluarga. Kebayang riweuhnya gimana ituuu :((
ReplyDeleteAlhamdulillah skrg sudah sehat semua ya.
Makasih banyak sharingnya ya.
Masyaallah mbak ini pengalaman berharga sekali dan terima kasih sudah sharing, saya jadi tahu kondisi di wisma atlet yg ternyata tidak seseram yang saya bayangkan. Semoga sehat selalu mbak sekeluarga
ReplyDelete