Dunia blogging semakin menarik dipelajari lebih dalam. Saya berharap bisa naik level, menulis lebih berbobot, dan lebih bermanfaat untuk bekal amal jariyah. Namun, apakah semua topik ditulis atau spesifik ke satu niche? Bagaimana menjadi content creator yang unggul agar tak lekas menuju senjakala? Berikut catatan dari BloggerDay 2021.
kiat menjadi content creator |
Demi Konten, Demi Viral
Awal mengenal profesi bloger, saya menerima pekerjaan menulis berbagai topik. Palugada alias apa lu mau, gua ada. Seiring berjalannya waktu, saya merasa menulis topik yang jauh dari keseharian saya terasa berat, contohnya topik tentang gaming atau politik. Saya pun memilih untuk lebih banyak fokus pada tulisan seputar dunia pengasuhan anak dan kesehatan keluarga.
Namun, terkadang ada godaan antara upah menarik, kebutuhan keluarga, dan keinginan untuk menata blog lebih baik lagi. Diambil enggak, ya, saat ada tawaran pekerjaan menggiurkan tetapi topiknya melenceng dari yang saya kuasai?
Ah, sebenarnya godaan saya belum sebesar penulis dan pegiat literasi Maman Suherman. Pria yang akrab dipanggil Kang Maman ini pernah ditawari pekerjaan bernilai puluhan juta untuk menulis hal yang berbeda dari sebenarnya. Integritasnya diuji.
Dalam BloggerDay 2021 lalu, Kang Maman berbagi pengalaman dan kiat untuk menjadi content creator yang tak hanya eksis tetapi punya identitas, punya ciri khas. Hal tersebut membutuhkan proses, bukan 1-2 hari meroket.
Quote yang menggelitik tapi benar juga |
Sesi BloggerHangout yang bertajuk “Senjakala Content Creator” ini mengingatkan kami sebagai content creator bisa saja dalam posisi senjakala bila melakukan segalanya demi konten, demi viral hingga melanggar batas.
Batas bukan menjadi hambatan. Justru batas membuat kita kreatif dalam membuat konten yang sesuai nilai-nilai dan norma yang berlaku.
Skills untuk Content Creator
Sebagai content creator kita perlu belajar mengenai:
1. Literasi kepenulisan, numerasi, digital, finansial, sains, budaya, dan kekeluargaan. Tulislah berdasarkan data dan fakta.
2. Kemampuan komunikasi yang baik.
3. Kolaborasi dan berjejaring. Sekarang ini eranya berkolaborasi, bekerja sama agar semakin maju menghasilkan karya bersama yang bermanfaat.
4. Critical thinking. Kita perlu kritis akan sesuatu. Baca, telaah, pikirkan. Contohnya saat ada tawaran pekerjaan, teliti lebih dahulu, jangan asal terima saja.
Selama nge-blog, saya memiliki aturan tidak menerima pekerjaan dari produk tertentu salah satunya rokok. Pernah satu kali ada tawaran pekerjaan yang masuk untuk mengangkat suatu campaign mengenai kreativitas anak muda. Saya kepo, dong, brand-nya apa kok tidak disebut di awal.
Setelah menjelajah di situs campaign tersebut saya curiga mengapa tertera syarat peserta harus berusia 18+. Ternyata itu brand rokok. Laman mengenai produknya rapi tersembunyi karena memang rokok tidak boleh beriklan secara terang-terangan. Waduh, langsung saya tolak.
SWOT Analysis dalam Media Sosial
Media sosial tak lepas dari dunia bloger. Artikel pada blog semakin diperkuat dengan diunggah ke media sosial juga. Sebut saja Facebook, Twitter, Instagram, dan yang terkini ada Tik Tok maupun Club House.
Shafiq Pontoh, pegiat media sosial, melemparkan pertanyaan sebelum mengelola media sosial kita mau ngomong dengan siapa? Mengenal audiens penting supaya konten yang kita hasilkan relevan dengan audiens.
Ada yang berlomba-lomba mendapatkan jumlah followers yang tinggi. Kondisi ini salah kaprah, lho, karena jumlah followers tidak sama dengan jumlah orang yang membaca. Pahami algoritma di tiap media sosial, pahami pula setiap perubahannya.
Iya juga, sih, Instagram sekarang ini makin kejam. Setiap Instagram feed hanya tampil di kurang dari 1% jumlah followers. Itupun belum tentu semuanya memberi love.
Kalau ditelaah, media sosial (contohnya Instagram) maunya kita aktif menggunakannya. Sering pos, sering berinteraksi dengan followers dan following, aktif menggunakan berbagai fiturnya terutama fitur live dan video. “Enak aja cuma cari duit di sini tapi jarang pakai,” begitu mungkin kata si medsos. Hehe ….
Mas Shafiq menyarankan untuk menjadi expertise di satu bidang supaya jika ada yang mencari hal tersebut ingatnya langsung ke kita. Beliau memberikan contoh temannya yang senang berolahraga di sekitar BSD dan menjalani gaya hidup sehat. Branding hidup sehat sudah menempel pada temannya tersebut sehingga ketika ia berjualan jus dengan kandungan buah murni lebih mudah memasarkannya. Cara memasarkannya pun spesifik di daerah BSD saja lewat Whatsapp. Omzetnya mencapai puluhan juta rupiah, lho!
Dewasa ini, konten yang banyak dicari yaitu video, hal-hal lucu, dan how-to. Mas Shafiq menggarisbawahi konten “How-to”. Untuk membuat konten tutorial butuh orang yang ahli di bidang tersebut. Itulah mengapa penting untuk menguasai suatu bidang serta konsisten membuat konten mengenai hal tersebut.
Dalam mengelola media sosial, perlu dilakukan analisis 5W+1H serta SWOT analysis. Mulailah bertanya “Why should I do this?” temukan alasan terkuat yang memotivasi untuk menjalani hal tersebut.
Kemudian, tanyakan “Who” siapa yang akan mengerjakannya? Saya sendiri? Tim? Lakukan SWOT analysis atau Strength, Weakness, Opportunity, dan Thread. Pertanyaan yang relevan dengan Strength dan Opportunity antara lain: siapa target audiensnya? Siapa yang influence kuat di sana? Di mana ia berada, apakah YouTube, Twitter, Line, Instagram, Whatsapp Group? Tak harus kuat di semua media sosial. Selanjutnya tanyakan apa bentuk konten yang dibuat, di mana, kapan, serta bagaimana membuatnya.
Seorang content creator perlu mengetahui kekuatan dirinya. Dari kekuatan tersebut, mana yang skill dan mana yang knowledge. Sebagai penutup, Mas Shafiq berpesan untuk mengombinasikan skill maupun knowledge yang kuat banget sehingga effortless dalam bekerja dan bahagia melakukannya.
BloggerHangout yang dipandu Helen Simarmata di atas membuat saya refleksi diri tentang bagaimana selama ini menulis blog dan mengelola media sosial. Ada dorongan semangat untuk membuat konten yang lebih bermanfaat bagi diri dan pembaca terutama untuk topik seputar pengasuhan anak, topik yang memang saya minati.
Terima kasih panitia BloggerDay 2021 |
BloggerDay 2021 dalam rangka perayaan 6 tahun Komunitas Bloggercrony Indonesia kali ini sangat berkesan. Kalau yang lain bilang daging banget, buat saya pilihan materi BloggerDay “Isi Piringku” banget alias komplit bergizi seimbang. Dalam sehari kami diajak virtual tour bersama keluarga, belajar menaklukkan tantangan Belajar dari Rumah, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan seputar content creator, have fun bareng lewat kuis Kahoot bak cerdas cermat, dan juga berbagi dalam BloggerCare.
Terima kasih banyak, ya, Bloggercrony dan juga BloggerPreneur yang mendukung acara ini. Senang sekali dapat menjadi bagian dari BloggerDay 2021 yang saling menguatkan untuk menjadi keluarga jempolan. Sampai jumpa di BloggerDay 2022. Aamiin!
Sebagai pemula saya mohon maaf dulu ne mba. Saya baru tau ada komunitas bloggercrony indonesia. Dan baru tau juga ternyata Kang Maman itu seorang inpspirator conten creator. Dasar saya blogger pemula penuh dosa, haha. Btw tulisan ini sangat inspiratif. Saya setuju setiap literasi mesti mengandung arti manfaat bagi pembacanya. Moga satu saat nanti saya bisa bikin tulisan yg inspiratif juga. Makasi sharingnya mba🙏
ReplyDeleteEh kok penuh dosa, justru bisa kenalan dan gabung dengan Bloggercrony. Sesama blogger bisa saling berkolaborasi melalui komunitas, makin setroooong!
DeleteTerima kasih ya apresiasinya.
Wah seru ya Blogger Day tahun ini meski virtual. Aku juga ikutan nih... pengennya bisa offline.. Tapi selebrasi online aja udah banyak banget ilmu dan hadiahnya yak..
ReplyDeleteIya Mbak Diane, kita ketemuannya online dulu yaaa
DeleteMantap mba... Makasih sudah berbagi. Keren banget materi yg diberikan dalam webinarnya.
ReplyDeleteterima kasih
Deletesemoga bermanfaat, ya
Terima kasih sharingnya mba... Semifa kita semua bisa mengelola keg ngeblog ini dg baik dan tak segera ssmoai di senjakalanya..
ReplyDeleteaamiin, semoga bermanfaat ya mbak tulisan kita di blog ini.
DeleteSeru juga ya acara bloggerday 2021, penuh dengan ilmu yang bermanfaat banget. Apalagi bahasannya tepat banget nih tentang content creator.
ReplyDeleteIyaaa mbak ikut apa ga?
DeleteMemang uang itu menggoda banget ya, Len untuk menulis sesuatu yang tidak sesuai hati kita. Contoh saya menolak segala tulisan berbau finatech, bank dan asuransi. Tapi justru tawaran dari produk-produk tersebut itu yang godaannya besar banget. Seolah disisi kiri ada saya yang berjubah hitam berkata.. duitnya deeee duitnyaaa lo kan lagi butuh.. dudududu.. Dan untuk menjadi seorang diposisi Kang Maman, saya masih dalam tahap merangkak kali yaa..
ReplyDeleteSama, Mbak Ade, aku juga enggak nulis tentang bank, asuransi, kredit, fintech macem pinjol gitu. Eh sekarang malah sedang populer ya, hihi ... tapi ku percaya rezeki Allah itu ada terussss
DeleteBergizi sekali ilmunya walaupun senjakala content creator diadakan dimasa pandemi sekarang ini
ReplyDeleteManteeppp mba, Terimakasih sudah berbagi dalam sharing nya ini,banyak sekali manfaatnya dalam webniarny 🤗
ReplyDeleteLuar biasa ya emang itu materi content Creator. Mengajarkan Kita dari Hal Hal yang dianggap akh biasa aja tapi dampaknya luar biasa.
ReplyDeleteJadi konten kreator emang perlu belajar, ga boleh ngasal, makanya bedanya bisa diliat dari isi kontennya
ReplyDeleteSeru sekali acaranya ya Mbak...senangnya bisa ikutan..aku nyimak dari pengalaman Mbak aja deh...tetap semangat ngeblog ya...
ReplyDeleteKak Helena, terimakasih sudah meresumekan acara Blogger Day dari Blogger Crony yang seru banget.
ReplyDeleteAcaranya meriah dan pas hari H nya aku juga seneng niih...banyak live tweet dan IG story yang dengan detil menceritakan kebahagiaan berbagi ilmu. Barakallahu fiik, kak Helena.
Idealnya seiring waktu kwalitas konten yang dihasilkan harusnya lebih baik ya mba. Makanya kita harus selalu mengasah skill.
ReplyDeleteKemarin udah seneng banget kepilih ikutan acara bloggerday BCC, tapi sayang malamnya harus mengundurkan diri...huhhu
Wah panjang juga catatannya.
ReplyDeleteMenurut saya sih ngeblog itu dibebaskan aja, kalaupun mau niche kasih ruang juga untuk satu atau dua kategori yang sifatnya random di luar nichenya, menurutku masih gak papa.
Ada pro-consnya memang, tapi kalo blognya gak dibawa untuk kehidupan profesional sih, gak perlu yang niche banget. (^^)
emang ya branding dengan khas diri kita sendiri itulah yang membuat kita dikenal orang dan mampu menjadi content creator yang handal.
ReplyDelete