Cara menjaga kesehatan ibu selama pagebluk a la Helenamantra |
Akhir-akhir ini kepala saya seperti ditarik pakai stretch rope. Satu ke kiri dan satu ke kanan. Rasanya pikiran menjadi waspada sepanjang waktu, tidak ada santai-santainya. Tiap kali anak-anak berbuat sedikit hal yang tidak saya harapkan, ROOAAR … saya menjadi Ibunosaurus.
Hal ini tidak benar. Ada yang
salah dari dalam diri saya. Menjadi watchdog yang waspada terus-menerus membuat
saya lelah dan bereaksi berlebihan.
Apa penyebabnya?
Saya menyadari kondisi 8 bulan
terakhir ini tidaklah mudah. Pagebluk membuat segalanya berbeda. Keluarga kecil
kami yang biasanya sering bepergian, belajar sambil jalan-jalan, menjadi lebih
sering di rumah. 4 bulan pertama, sejak Maret 2020, bisa dibilang hampir 24 jam
kami beraktivitas dari dalam rumah.
Bila sebelumnya SID bebas bermain
di taman dari pagi sampai sore, bahkan membawa bekal makan siang, sekarang
berbeda. Taman diberi tali pembatas sebagai tanda dilarang masuk ke sana.
Masker pun menjadi barang yang
harus dipakai. Saya pernah terburu-buru keluar tanpa memakai masker. Duh,
rasanya insecure. Ketika berpapasan dengan orang yang tanpa masker pun timbul
rasa curiga.
Baca juga: Ketika Zombie Corona Menyerang Bumi
Bosan.
Curiga.
Khawatir.
Ah, itulah yang saya rasakan
selama pagebluk Covid-19 ini.
Tanpa saya sadari, perlahan
pikiran-pikiran negatif tersebut membangun tekanan pada pikiran yang membuat saya
sekarang ini menjadi lebih reaktif menghadapi sesuatu. Senggol bacok, istilah
dalam bahasa Jawa yang berarti kena senggol sedikit langsung marah
habis-habisan.
Baca curhatan Ibu Nggak Boleh Capek
Meningkatkan Imunitas Tubuh
Ketika ada kabar seorang warga
yang se-RW meninggal karena Covid-19, saya (mencoba) bersikap biasa. Namun,
badan kok terasa hangat, hidung seperti mau flu, hmm … padahal saya enggak
kenal siapa warga tersebut. Tinggalnya pun jauh dari saya. Pikiran-pikiran negatif
itulah yang berpengaruh membuat seakan-akan fisik saya bermasalah. Psikosomatis!
Virus ini dan virus-virus lainnya
perlu dilawan dengan menjaga imunitas tubuh. Menjaga kesehatan fisik seperti
3M, makan makanan yang bergizi, istirahat cukup, dan sebagainya baik dilakukan.
Akan tetapi, kesehatan mental pun
berpengaruh untuk menjaga daya tahan tubuh. Seperti kata pepatah, hati yang
gembira adalah obat. Maka, meningkatkan imunitas tubuh termasuk pula menjaga
pikiran agar tetap sehat bin waras.
Cara Menjaga Kesehatan Mental Ibu Selama Pagebluk
Sebagai seorang ibu beranak dua
yang sedang lucu-lucunya (baik ibu maupun anak), pikiran saya harus tetap
waras. Ibu bahagia merawat keluarga yang bahagia pula. Oleh karena itu saya
melakukan beberapa cara untuk menjaga kesehatan mental selama pagebluk sebagai
berikut:
1. Mengurangi membaca berita
mengenai Covid-19
Bukannya saya tak peduli angka pasien
yang semakin naik, saya jarang sekali membaca berita tentang Covid-19. Ini demi
menjaga pikiran supaya tidak paranoid. Kalau ada yang membahas hal tersebut,
saya segera lewati.
2. Menerima keadaan
Di bulan-bulan awal saya menunggu
kapan pagebluk ini berakhir. Akan tetapi, hal itu sungguh melelahkan untuk
berharap pada hal yang di luar kendali saya. Maka, saya memilih untuk menerima
keadaan seperti ini. Penyakit tersebut memang ada, kebiasaan memakai masker dan
menjaga kebersihan perlu dilakukan, serta saya belum bisa bebas bepergian
seperti dahulu.
3. Beradaptasi
Awal pakai masker, rasanya
pengap. Akan tetapi, saya merasa nyaman setelah beradaptasi. Motif masker yang
unik jadi buat koleksi, hehe. Selain itu, enak juga sih enggak perlu memikirkan
mekap karena sebagian besar wajah tertutup masker.
Kebiasaan mencuci tangan juga bermanfaat
untuk menjaga kebersihan. Wastafel semakin mudah dijumpai beserta sabunnya. Dulu
kan ada wastafel tapi sabunnya habis. Sekarang, keadaan di lingkungan tempat
tinggal menjadi lebih bersih.
Saya memang belum bisa pergi ke
berbagai tempat dengan mudah apalagi PSBB sehingga banyak tempat umum ditutup. Namun,
saya dapat mengoptimalkan aktivitas di rumah bersama keluarga.
4. Menulis jurnal syukur
Menulis menjadi kegiatan untuk
melepaskan penat. Di sini, saya menjaga kesehatan mental dengan menulis hal-hal
yang saya syukuri tiap hari.
Di balik berbagai dampak negatif
pagebluk yang saya lihat, dengar, dan rasakan, ada banyak sekali hal-hal yang
patut saya syukuri. Misalnya: nikmat sehat, berkumpul bersama keluarga,
melewati bulan Ramadhan dengan sederhana, sering salat berjamaah di rumah, balapan
menghafal Juz Amma bersama SID, dan membuka bisnis baru bersama Ayah SID.
5. Mencoba kegiatan baru
Rasa bosan memunculkan
kreativitas. Untuk mengusir kebosanan, saya mencoba berbagai kegiatan baru
seperti nonton drakor sampai mengurus tanaman. Eh tapi bukan monstera seperti yang sedang hype, ini
hanya rumput dalam pot kecil dari bingkisan ulang tahun. Itupun mati karena
lupa disiram. *LOL
Saya juga mengikuti cooking class,
tentu saja via online, untuk membuat kue. Terasa rumit di awal harus menyiapkan
banyak bahan tetapi hasilnya enak! Alhamdulillah.
Baca juga: Langganan Viu Demi Nonton Drakor
6. Berbenah rumah/Decluttering
Dulu, saya sering keluar rumah
sehingga urusan kerapian rumah menjadi prioritas ke sekian. Namun, masa
pagebluk ini saya memiliki lebih banyak waktu di dalam rumah. Mumpung enggak kemana-mana,
saya berbenah termasuk melakukan decluttering.
Banyak juga barang-barang yang
tidak terpakai bahkan saya lupa sudah memilikinya. Saya decluttering selama seminggu.
Setiap hari sekardus besar barang-barang keluar dari rumah. Ada yang re-home,
recycle, ataupun langsung menuju tempat sampah.
Selain itu, saya membuat daftar tugas domestik harian sampai bulanan untuk di-ceklis setiap selesai dikerjakan. Daftar ini memudahkan mengelola tugas di rumah dan menjadi bentuk apresiasi diri, “Ini lho, saya sudah mengerjakan sebanyak ini.”.
Sontek Daftar Pekerjaan Rumah Tangga di sini
7. 20 menit untuk diri sendiri
Cara mengawali hari dapat mempengaruhi
suasana hati hari itu. Maka dari itu, saya meluangkan waktu 20 menit di pagi
hari untuk diri sendiri. 20 menit yang berharga dan tanpa interupsi saya
gunakan untuk menulis, membaca, atau sekadar membuka jendela dan menghirup
segarnya udara pagi.
Jika anak-anak sudah terbangun,
saya minta izin Ayah SID yang menjaga mereka. Barulah saya melaksanakan kegiatan
untuk diri selama 20 menit.
8. Jalan-jalan dengan Protokol Kesehatan
Sebelum PSBB tahap kedua ini,
fasilitas umum dibuka seperti biasa. Saya dan keluarga sempat mengunjungi
museum untuk liburan tipis-tipis. Museumnya sepi bahkan kami menjadi pengunjung
pertama. Ya, lumayan buat hiburan setelah lama tidak bisa travelschooling.
Hei, tunggu, kok malah
jalan-jalan bukan di rumah aja?
Ini salah satu cara saya menjaga
kesehatan mental. Jalan-jalan yang kami lakukan pun tetap menjaga protokol
kesehatan dengan memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, dan seterusnya.
Kami pastikan keluarga yang ikut bepergian dalam keadaan sehat.
Tips ini bukan berarti mengajak
kalian untuk jalan-jalan, lho, ya. Siapa juga yang ngajak liburan :p
9. Bernapas
Banyak hal di luar kendali saya. Tak
semua hal berjalan ideal. Ketika tekanan di kepala terasa membuncah, saya
mendapat saran dari Putu P.D. Andani M.Psi, Psikolog, untuk mengambil napas
dalam-dalam. “Put your oxygen mask first!” ujar beliau dalam sesi Kulwap Popmama Parenting Academy bertajuk “Tips dan Trik Keluarga Sehat Mental di Masa Penuh Tantangan 4.0”
Mbak Putu Andani memberikan kiat
mengurangi stress dalam tiga tahapan, yaitu:
- Kenali hal yang paling sering memicu emosi, seperti anak menangis, suami lembur, anak menumpahkan makanan, mainan yang berantakan, mengantuk, lapar, dsb.
- Kenali cara paling cepat redakan emosi, seperti bernapas, menghitung mundur, minum, atau berbicara dengan diri sendiri.
- Self-compassion dengan mengenali dan menyayangi diri sendiri. Apa yang membuat diriku bahagia?
10. Bersenang-senang
Setelah saya melakukan poin 9,
pikiran dan perasaan saya lebih tenang. Selanjutnya, saya lebih santai menghadapi
anak-anak.
Contohnya, SID minta dipakaikan
celana sampai menangis. Ia sudah berusia 5 tahun. Ia bisa memakai pakaian
sendiri namun ada kalanya ia ingin dimanja. Kondisi saya lelah, ingin tidur. Akan
tetapi, tangisan ini akan berlarut-larut dan mengganggu tidur saya. Maka, saya
mengambil celananya dan berkata, “Hai guys! Kali ini aku mau kasih tutorial
memakai celana panjang sambil rebahan.” Selanjutnya saya memperagakan memakaikan
celana ke SID yang terlentang di atas kasur bak sedang beraksi di depan kamera.
Hihi … dibuat senang aja!
Trus, bagaimana setelah melakukan
cara di atas, Len?
Kadang saya masih marah, rasanya
masih ditarik kanan-kiri, masih seperti watchdog, tapi … lebih tenang. Saya lebih
santai menghadapi si pagebluk yang tidak tahu kapan berlalu. Saya punya teknik
untuk berfokus pada lingkaran kendali dengan 10 cara menjaga kesehatan mental
ibu di atas. Saya memilih untuk bahagia.
Kalau kamu, bagaimana caramu sehat
mental selama pagebluk?
#Writober2020
#RBMIPJakarta
#Pagebluk
Betulll banget nih pagebluk bikin stres paraahhh
ReplyDeleteAku kadang juga jalan2 sih, sebulan dua kali gitu lahhh
Sehat2 yaa
Ah iya ya mbak, kesehatan mental selama pandemi juga patut dijaga ya
ReplyDeleteKeren nih mba ide untuk membuat jurnal syukur. Aku jadi penasaran pengen nyoba buat juga deh.
ReplyDelete20 menit unruk dir Tria patut dicoba. Aku ngga pernah kepikiean ini wkwk
ReplyDeleteAku sudah gak pernah ngikutin berita Covid-19 dan emang kalau perlu aja sih bukanya, karena bisa bikin drop juga. Selain itu kalau pas lagi belanja jadi curigaan sama orang kalau ada yang tiba-tiba mendekat.
ReplyDeletepagebluk bikin aku ngakak eh pas baca wah iya bener banget.. semua merasakan hal yang sama karena pandemi ini.. aku aja bikin mental tetap waras dengan jalan2 yang dekat rumah sama suami naik motor.. udah seneng gitu aja.. kami udah rencanain jalan2 walau entah pandemi ini masih ada atau engga akhir thn 2020 fiuuh
ReplyDeleteAKu udah masuk tahap mencoba kegiatan baru. Krn hiburan drama2 gak mempan lagi menghilangkan kejenuhan akhirnya sekarang kegiatannya nyari verita2 atau tayangan horor wkwkw. Itu hibuaranku sekarang biar waras :P
ReplyDeleteAku juga perlu trik sendiri supaya tetap waras selama dirumah. Menjalani beberapa aktifitas yang selama ini ngga pernah dilakukan. Tetap jalan-jalan dengan protokol kesehatan, dan olahraga.
ReplyDeletebener banget mba, beberap akali dapet info di WA pengurus RW disni, ada beberap awarga yang positif dan rasanya kaya sakit juga gitu, bangun tidur kepala berat, badan panas, bahkan tenggorokan ikut sakit.
ReplyDeleteSelain decluttering, nulis jurnal bersyukur penting banget sih mbak, aku suka ngelakuin itu. Apalagi sekarang aku lagi hilang motivasi buat WFH. Kayaknya butuh cuti sejenak buat nggak ngelakuin apa-apa.
ReplyDeleteEh iya aku pun pernah merasa seperti mau flu saat berpikiran mengenai korona, apalagi setelah pulang dari perjalanan, seperti merasa ada ga sih virus yang ngikut. Pikiran itu pengaruh banget ya, aduh mending pikir positif aja deh biar sehat.
ReplyDeletePenting banget buat seorang ibu menjaga kesehatan mentalnya ya.. Karena ibu yang bahagia bikin semua keluarga bahagia
ReplyDeleteAduduh... sama banget ini. Wkwkw. ehh aku juga lagi bahas kesehatan mental ibu. Secaraaa selama masa PJJ entah kenapa kepala mamak suka migren ya. Padahal ya dulu anak kegiatan dirumah ya biasa aja gitu. KAlau sekarang kok beda. wkwkw. Pada akhirnya memang harus menerima keadaan ya plus bersyukur tiada henti. Semangaattt
ReplyDeleteMasya Allah, semngat yaa para ibu :* Ibu waras anakpun ikut waras, jd kuncinya ada diibu hihii
ReplyDeleteHuaaa Mbak, pelukan yukkk.
ReplyDeleteSaya nih yang masih sulit banget kontrol emosi apalagi kalau anak-anak udah rusuh huhuhuh, rasanya bukan hanya senggol bacok aja deh.
Jurnal syukur itu penting juga ya biar kita jadi lebih bisa kontrol diri, lebih baik bersyukur dengan keadaan, masih bisa kumpul dengan anak-anak, masih bisa di rumah tanpa kepanasan dll daripada ngeluh dan jadi marah-marah ya. Hikss.
Semoga pagebluk ini segera berakhir lah.
huhu ... virtual hug!
DeleteIya mbak, tiap hari tuh kayak mau perang rasanya padahal kebahagiaan itu kita yang pilih.
Waaah saya juga pernah tuh hampir kena psikomatis. Flu, agak demam (belum demam sepenuhnya),udah langsung mikir aja kesana. Ya wajar sih, kita lagi di masa pandemi. Tapi kalau memelihara pikiran begitu terus, bisa bahaya. Akhirnya saya bawa sneeng aja (gimana tuh XD).
ReplyDeleteAnak saya sih masih bayi 3 bulan, jadi aktifitasnya belum terlalu terdampak. Tapi saya punya adik masih SD kelas 3, ibu saya wuiiih jadi bingung gimana mengatasi kebosanannya. Apalagi kedua orangtua bekerja. Jadi serba ekstra semuanya mah sekarang.
Smeoga sehat dan bahagia selalu kak :D
Iya jadi berasa kek mau flu dan demam yaa, begitulah pikiran mempengaruhi fisik.
DeleteOh kalau bayi 3 bulan masih enak di rumah aja. Yang SD ini kudu PJJ.
Stay safe!
Hahahaha bener!
ReplyDeleteBiar gak tambah worry, kurangi baca berita mengenai covid nya. Alihkan dengan aktivitas lainnyang gak ngebosenin. Gardening, baking, atau cooking. Eh, atau bersepeda. Kan lagi musim tuh
makasih sharingnya
ReplyDelete