Instagram Live, YouTube Live, Webinar via Zoom, Kulwhapp, Online Workshop, Virtual Tour ... apalagi, ya? Setelah berdamai dengan kebiasaan baru selama pagebluk, saya menjadi familiar dengan berbagai istilah di atas. Internet memudahkan proses pembelajaran melalui daring sehingga berbagai kegiatan yang dahulu sebatas tatap muka, kini berlangsung melalui dunia maya.
dok. Unsplash |
Selama di rumah saja, saya mengikuti banyak virtual class maupun menonton berbagai acara via online. Ada peragaan busana sampai konser musisi kenamaan yang kalau dibuat off-air jelas saya tidak bisa hadir. Anak dititip di mana?
Namun, karena semuanya via daring, saya dapat mengikutinya dari rumah. Buka laptop atau pakai smartphone lalu mengandalkan jaringan Wi-Fi yang biaya perbulannya di bawah 200ribu rupiah. Enggak mikir kuota lagi.
Memilih Kelas Daring Sesuai Kebutuhan
Saking banyaknya kelas daring, saya menyebutnya demikian, sampai bingung mau ikut yang mana. Pertimbangan bukan lagi jarak, memilih transportasi paling efektif, atau persiapan membawa anak ikut serta tetapi berganti pada kelancaran jaringan internet, waktu acara (tidak bersamaan), dan kebutuhan.
Nah, pertimbangan yang saya sebut terakhir namun paling penting. Kebutuhan. Mudahnya mendaftar, banyak yang gratis pula, dan mudahnya akses mengikuti kelas daring membuat saya euforia. Di bulan-bulan awal saya daftar kelas sana-sini. Hasilnya, lelah hayati. *LOL.
Belum lagi kebiasaan saya untuk mencatat dan menuliskan hasil dari kelas tersebut ke dalam blog seperti menjadi beban. Catatan berakhir di draft, entah kapan tayang.
Baca juga: Popmama Parenting Academy 2020
Oleh karena itu, saya memasang kacamata kuda menghadapi terpaan badai kelas daring yang begitu menggoda. Daripada terlalu banyak informasi, lebih baik memilih yang memang saya butuhkan dalam waktu dekat. Fokus. Lurus ke hal-hal yang saya butuhkan.
Adakah kacamata kuda cute begini? (pic. Marek Piwnicki on Unsplash) |
One bite at a time. Belajar butuh bertahap, mencerna, maju lagi. Daripada ikut kulwhapp tapi materi belum terbaca sampai grupnya bubar atau daftar webinar tapi tidak ikutan (OMG ... betapa parahnya saya!) lebih baik saya berkata, "Menarik tapi tidak tertarik."
Catat dan Simpan
Untuk mengikat makna, enggak hanya mendengarkan atau membaca materi sambil lalu, saya mulai mencatat hal-hal penting yang saya dapatkan dari kelas online yang saya ikuti. Tidak semua materi saya catat ulang, hanya yang signifikan seperti hal baru atau yang berhubungan dengan saya.
Selain itu, materi presentasi saya kumpulkan ke dalam penyimpanan virtual seperti google drive agar mudah diakses sewaktu-waktu bila diperlukan. Kalau hanya disimpan di HP, biasanya begitu grupnya bubar, materinya juga bubar.
Satu lagi cara agar semakin nempel dan berkah yaitu menuliskannya di blog. Yang ini butuh waktu dan usaha lebih tetapi akan mudah saya baca maupun diakses orang lain sehingga membawa lebih banyak manfaat. Aamiin.
Praktekkan
Nah ini yang paling penting yaitu mempraktekkan ilmu yang telah saya dapat dari berbagai kelas yang saya ikuti. Ilmu hanyalah ilmu hingga diamalkan. Hidup saya tidak akan berubah jika hanya menimba ilmu tanpa mengamalkannya. So, waktunya praktek untuk hidup yang lebih baik!
Bagaimana caramu menghadapi banyaknya kelas daring?
#Writober
#RBMIPJakarta
#Badai
(diperbarui 6 Februari 2021)
Bener banget tuh Mbak, belajar semuanya sekaligus malah membebani.
ReplyDeleteTapi kalo belajar secara bertahap, lebih mudah buat dipahami.
Wahh aku tertohok, Mbak, haha. Lagi banyak ikutan ini itu yang akhirnya memang keteteran sendiri.
ReplyDelete