Alasan Sunat Bayi
“Haduh … masih bayi kok tega udah
disunat? Enggak menunggu SD aja?”
Pertanyaan tersebut kerap saya
jumpai. Memang ya, tidak tega melihat bayi sudah diutak-atik. Belum lagi nanti
rewel menangis terus sedangkan kita tidak paham sakitnya di mana.
Akan tetapi, kami memilih untuk
melakukan sunat bayi pada anak-anak. Sekilas saya pernah dengar sunat pada bayi
lebih cepat sembuh. Toh tidak ada usia minimal khitan. Ada yang belum seminggu
sudah khitan karena alat kelaminnya bermasalah. Akan tetapi, saya pribadi
berpendapat sebaiknya khitan sebelum usia 6 bulan, mumpung belum aktif guling
sana-sini.
Khitan bayi juga mencegah fimosis
dan Infeksi Saluran Kencing (ISK) yang rawan terjadi pada bayi. Pengalaman teman
yang anaknya kena ISK, tiap bulan periksa ke rumah sakit karena sering demam. Setelah
dikhitan, kondisi si anak pun membaik.
Kalau dari sisi ke-tega-an, sunat
dilakukan oleh tenaga medis profesional sehingga tekniknya sudah teruji. Bukan
asal potong, heheh. Apalagi metode khitan semakin canggih, minim sakit. So,
lebih cepat sunat ya lebih baik.
Satu lagi alasan kami memilih khitan saat masih bayi karena tidak perlu membujuk si anak. Kalau anaknya sudah usia sekolah, kadang parno dengar cerita teman-temannya bahwa khitan itu sakit. Alhasil, butuh effort untuk meyakinkan si anak ketika akan sunat.
Metode Sunat Bayi
Mendengar cerita dunia
per-sunat-an zaman dahulu membuat ngeri. Beda dengan sekarang, selesai sunat
sudah bisa langsung main. Teknologinya semakin canggih.
Metode sunat beragam, detailnya
bisa konsultasi ke tenaga medis. Ini metode khitan yang ada antara lain:
- Sunat Konvensional: setelahnya memakai perban.
- Sunat Laser: memakai alat seperti solder.
- Sunat Klamp: memakai tabung klamp yang harus dilepas beberapa hari kemudian.
- Sunat Stapler: memakai alat berbentuk mirip stapler.
- Sunat Lem: minim jahitan dan menggunakan lem khusus untuk menutup luka.
Pengalaman Sunat Anak di Sunat123 Jakarta Pusat
Belum genap sebulan usia baby
Uno, saya sudah mencari informasi mengenai tempat khitan bayi di Jakarta. Berhubung
ini pengalaman pertama, saat anak pertama dulu kami masih tinggal di Gresik,
maka saya bertanya ke tetangga dan juga googling untuk mencari harga terhemat.
*teteup ….
Biaya sunat di Jakarta beragam,
tergantung tempat dan metode yang digunakan. Saya pernah membaca banner di RSIA
Tambak Jakarta untuk sunat anak biayanya sekitar 1,5 juta rupiah bonus
mobil-mobilan. Kalau di RS Columbia Asia, Jakarta Timur biaya sunat 2,5juta
rupiah. Selain rumah sakit, khitan juga dapat dilakukan di klinik seperti rumah
sunat.
Info dari salah satu rumah sunat
yaitu Sunat123, biaya sunat untuk bayi dan anak di bawah 12 tahun non pubertas
(per September 2020), yaitu:
- Konvensional Rp1.150.000,-
- Laser/ E. Cauter Rp 1.050.000,-
- Klamp Rp 1.400.000,-
- Lem Rp 2.100.000,-
- Stapler Rp 3.100.000,-
Waktu Uno sunat, Desember 2019,
biaya sunat laser Rp 950.000,-. Udah naik cepek.
Hmm … lumayan juga, ya, biaya
sunat di Jakarta, rata-rata di atas sejuta. Zamannya SID sunat, tahun 2015, di
Gresik cuma 300ribu rupiah.
Khitan Bayi di Sunat123 Jakarta Pusat
Akhirnya, kami memutuskan khitan
di Sunat123 karena dekat dari rumah dan biayanya terjangkau. Saya melakukan reservasi
via Whatsapp 082219123123. Adminnya cepat merespon dan waktunya fleksibel mau khitan
pukul berapa.
Berkaca dari pengalaman khitan
bayi SID yang rewel setelah biusnya habis, saya pilih waktu khitan sore saja. Kalaupun
rewel ya malam hari, semalam saja begadang.
Sore itu, Desember 2019, kami menuju Sunat 123 di Jl. Percetakan Negara, Jakarta Pusat. Yang khitan bayi imut, yang mengantarkan segambreng termasuk mas SID.
Pertama masuk ke ruang klinik,
kami disambut dua petugas di meja resepsionis. Hal yang mencuri perhatian yaitu
di belakang petugas berjejer banyak mainan, sebagian besar berupa mobil-mobilan
beraneka ukuran. Rupanya selesai sunat, anak dapat memilih mainan tersebut. Ukuran
mobil yang didapat tergantung metode sunatnya. Mobil besar berarti biayanya besar,
heheh.
Kami menunggu antrean di lobi
klinik sambil membaca buku. Lobi ini dihiasi buku-buku cerita anak dan juga berbagai
mainan. Bermain di sini dapat mengurangi ketegangan anak sebelum proses khitan.
Hmm … tapi kalau terdengar jeritan pasien sebelumnya bakal parno, tidak?
Setelah tiba giliran Uno, kami
semua masuk ruang dokter. Ruangannya dihiasi stiker anak. Di atas meja dokter terdapat
booklet dengan kata-kata penghibur dan penyemangat untuk anak-anak yang berani
disunat. Uno langsung diletakkan di kasur pasien dan diberi tindakan.
Butuh waktu sekitar 15-20 menit
untuk menyelesaikan proses khitan bayi. Uno disunat menggunakan metode laser,
alatnya seperti solder di pelajaran elektronika.
Saya dan SID penasaran ingin
melihat proses khitan walau setengah hati takut. Ya, kadang lihat, kadang
menjauh. Heheh … Uno bagaimana? Awalnya saja sebelum disuntik bius dia menangis
setelah itu ya woles.
Baca juga: Cara Mudah Belajar Membaca untuk Anak TK
Selesai proses sunat, kami sholat maghrib di lantai 2 klinik sambil menunggu reaksi Uno paska sunat. Saya kurang paham, apa mungkin biusnya mulai berkurang tetapi Uno agak rewel, minta minum.
Sebelum pulang, Uno mendapat
hadiah mobil mainan tetapi diwakilkan SID yang paling heboh memilih. Hehe …
enak, kan, jadi mas bisa dapat hadiah. Uno juga mendapat sertifikat sudah
khitan.
Perawatan Setelah Sunat pada Bayi
Selain mainan dan sertifikat, kami dibekali parasetamol, kain kasa, obat merah, dan semprotan cairan. Parasetamol untuk mengurangi nyeri saya berikan sesekali pada Uno. Duh, lupa detailnya. Sesuai anjuran dokter, lah. *monmaap kelamaan enggak ditulis.
Bekas jahitan dibersihkan 2-3
kali sehari dengan kain kasa yang diberi obat merah. Kasa ditepuk-tepuk lembut
saja pada luka. Setelah itu disemprot cairan bening yang kata dokternya untuk
memperindah hasilnya.
Nah, sungguh ku tak mengerti ini
cairan bening terdiri dari apa. Wes pokoke ku semprot saja. Uno juga enggak menangis.
Hahaha ….
Oh ya, Uno memang rewel semalaman
setelah pulang dari klinik. Karena khawatir pakai popok sekali pakai akan
melukai jahitannya, saya pakaikan popok kain. Nah, popok kain ini kan wes-ewes
sekali pipis bocor kemana-mana, maka malam itu daster saya udah bolak-balik
kena ompol. Dalam semalam habis 5 popok kain.
Paginya, saya udah teler akibat
tidur-bangun-tidur. Ayah Uno pun ikut begadang gantian menggendong. Akhirnya kami
putuskan untuk memakaikan pospak saja. Bentuk pospak yang gembung justru tidak
menempel ke alat kelamin.
Alhamdulillah pagi itu matahari
bersinar cerah. Anak bayi enggak mandi, hanya dilap air hangat. Ia pakai pospak
dan nampak santai. Ketika lukanya dibersihkan pun dia biasa saja.
Baca juga: Beli Perlengkapan Bayi di Babyshop Jakarta
Perawatan setelah sunat sebenarnya
mudah tetapi saya ngeri-ngeri sedap, khawatir lukanya perih. Apalagi melihat
lukanya yang masih merah, hiii …. Selama seminggu saya bersihkan luka seperti
di atas sampai nampak kering dan sisa benang rontok.
Yay, alhamdulillah tunai sudah
mengkhitankan anak laki. Prosesnya cepat, perawatannya mudah, dan cukup semalam
saja begadang. Hehehe ….
sekarang tren khitan saat bayi mulai marak ya mbak
ReplyDeletekemarin keponakanku juga masih 4 bulan
teknologi juga mendukung banget
ingat zmaan dulu takut banget kalau mau dikhitan huhu
iya makin banyak yang memilih sunat bayi, ya, bahkan ada yang baru 2 hari juga sudah sunat.
Deletekebayang ya, gak teganya. dan sekaarng banayk metode ayng bisa mnegurangi efek dramatisnya dibanding jaman dulu
ReplyDeleteSudh sunat Le cah ganteng. Semoga jadi anak sholeh ya. Gpp bener juga masih kecil belum banyak gerak dan g usah pakai ngebujuk. Anakku Gavino makin besar makin ngerti kalau mau disuntik dulu dll jadi udh takut duluan haha. Lumayan juga bayarnya ya. Alhamdulilah lego g punya tanggungan jadinya
ReplyDeleteDi kampung saya, kebanyakan justru menyunat anak masih pada bayi lho. Ada banyak yg akikah, sekaligus sunatan. Jadi hemat kata mereka, hahaha. Hajatan nya sekali saja mungkin...
ReplyDeleteLagian katanya kalau sunatan masih kecil, cepat sembuh dan ga ribet
Sunat bayi biasanya karena memang ada beberapa keluhan dan permasalahan yaa, kek ponakanku juga masih bayi juga di sunat. Baby Uno keren nih, mungkinkah dia ingat rasanya sakit di sunat kah Maaak? Trus kita yang merawatnya suka masih ngilu kalo mbayangin yaaa hahaaa
ReplyDeleteHelena, Uno ini adiknya yang tempo hari dibawa ke Acara Blogger di Grand Wisata (kalau gak salah tempatnya). Kalo bunda dulu anak pertama laki-laki ikutin omongan ortu katanya lebih baik sunatnya udah kelas 5 SD jadi nanti pertumbuhannya cepet. Bener sih tingginya sampe 178 sentimeter tapi sembuhmua seminggu... Kalo yang perempuan emang waktu masih baby sunatnya.
ReplyDeleteHebaaatt nih, masih bayi udah khitan
ReplyDeleteSemoga tumbuh jadi anak sholih, baik hati, berbakti kpd kedua ortu yaa
Dewi baca ikut dredeg sebagai orang tua... Alhamdulilah berjalan lancar ya, memang kalau mendengar sunat pada bayi, masih byk yg menganggap tidak biasa ya mbak, tp insyaAllah jika memang utk keperluan medis dan terhindar dari isk jadi penting juga untuk dilaksakan ya mbak...
ReplyDeletewaa aku baru tau biaya khitan hihih, ternyata lumayan yaaa, kebetulan ada temenku juga yang anaknya mau khitan, mau aku share juga aah ehhehe
ReplyDeleteAku juga anakku pas bayi disunat Mba. Emang pro kontra sih masalah satu ini. Kalo aku ngikut kebiasaan dari mama aja. Semoga aja anak-anak kita tumbuh sehat, pintar, dan sholeh/sholehah yaa. Amiin :)
ReplyDeleteSepertinya lebih baik anak cowok disunat sewaktu bayi ya mbak. Anak saya yang penakut bikin emaknya senewen saat sunat di kelas 5 SD...rewelnya minta ampun karena lihat jarum. Padahal sunatnya pake laser, dan saya harus nungguin dikamarnya berhari2 karena takut ini itu...kalau sunat masih bayi gini si anak juga belum kenal jarum suntik, atau laser...andai rewel mungkin rewelnya tak seperti anak-anak yang sudah sekolah....tapi sunat jaman sekarang tidak mengerikan seperti jaman dulu ya....
ReplyDeleteWah, selamaat dek Uno udah disunat yaah
ReplyDeleteMemang mbak, ketika pengaruh bius abis kayaknya langsung terasa perihnya karena Fathir juga langsung rungsing hehe
Tapi yah cuma sekitar sehari dua hari aja ribetnya yaaaah
Ah meski ngeri ngeri sedap tapi sekarang malah udah nyantai ya. Ternyata pilihan sunat pada bayi menjadi keputusan yang terbaik. Kelak gak usah ngerayu anak sunat ketika usia sekolah. Apalagi ada sertifikatnya pula misal digodain temennya bisa ditunjukkan tuh kalo udah sunat
ReplyDeleteDulu anakku disunat pas TK, karena keinginannya sendiri. Pernah memang disarankan sunat pas bayi, tapi aku takut hihii apalagi kan waktu itu dia lahir di Jepang. tapi ternyata di jepang juga ada klinik untuk sunat lho. Apalagi skrg banyak muslim kan di sana.
ReplyDeleteSunat semasa bayi memang lebih praktis, anaknya masih kecil belum banyak bergerak jadi proses penyembuhannya pun relatif lebih cepat...
ReplyDeleteSeperti tetanggaku, kak Helen. Padahal non-muslim dan RS nya juga RS beragama, tapi dokternya sangat paham kebaikan dari khitan. Jadi tetanggaku memutuskan untuk mengkhitankan anak sejak bayi juga.. Katanya seneng, anaknya jadi gak rewel, terutama saat membersihkan bagian kemaluan, bisa langsung bersiih...gitu.
ReplyDeleteSelamat yaa, sholih..
Semoga sehat dan tumbuh cerdas.
Alhamdulillah yaa khitannya berlangsung lancar. Tapi kubengong di bagian ini Mbak
ReplyDeletedisemprot cairan bening yang kata dokternya untuk memperindah hasilnya.
Eh, memang ada gitu hasil yang indah dan tidak indah? ;D
Oh ternyata ga apa-apa ya mba khitan saat bayi. Malah baru tau nih. Iya juga sih, anak kan ga bakalan nolak, rewel juga cuma sebentar. Bayi belum mengerti takut kan dikomporin temannya hehee..
ReplyDeleteWow.. ternyata biaya sunat itu mahal juga ya.
ReplyDeletePantesan kalau ada event sunatan massal, yang daftar selalu banyak! hehe.
Saya kayaknya ga bakal nulis soal ini karena di rumah ga ada yang sunat selain bapaknya dan lagian itu sudah dilakukan sama mertua dulu hehe
ReplyDeleteSeru juga ya punya anak cowom
anakku juga sunat saat masih kecil..jadi malah lebih manageable dan cepat sembuh juga ya mbaaa
ReplyDeletewah baby uno udah sunat, MasyaAllah kereeen. aku kira pakai diapers bikin nambah sakit karena ngebayangin itunya nempel atau kepentok pospaknya. ternyata malah nggak gitu yaa
ReplyDeleteTegang pastinya ya Mba jadi orang tua yang anaknya mau sunat, mbaknya suami juga besok sabtu mau nyunatin anaknya tapi anaknya yang udah minta hahaha seru ya sekarng metodenya udah banyak pula
ReplyDeletewah kalau begini gak usah ujuk2 anak untuk sunat ya, bayi gitu
ReplyDelete