Mengasuh Anak Balita di Era Digital
“Game baru lagi? Eh, kok kamu
jago sih mainnya? Diajarin siapa?”
Itulah kalimat yang sering saya
lontarkan ke anak. Adududuh … gemes deh sama SID. Enggak bisa lihat HP nganggur
sedikit langsung dia pakai. Nonton video, lah. Unduh gim, lah. Yang saya heran,
enggak ada yang mengajari dia tapi nyatanya dia jago main game. Malahan saya
diajari caranya supaya menang.
Emang ya anak balita sekarang tuh
melek digital. Istilahnya anak-anak itu generasi digital, generasi yang lahir
setelah adopsi teknologi digital. Dengan segala positif dan negatifnya dunia
digital, gimana ya cara mengasuh anak balita di era digital?
Tidak Boleh Main HP, Mungkinkah?
Terkadang saya berpikir untuk stay
away from any gadgets, sehari aja. Bisa? Duh, godaan buat nengokin ada chat
seru apa sih di grup? Apa yang sedang viral di media sosial? Hihi … kelakukan
saya sendiri aja seperti ini eh mau melarang anak menggunakan HP sama sekali.
Mmm … saya sih sadar diri belum bisa se-ideal itu. Salut dengan orang-orang
yang anaknya enggak tertarik dengan gawai.
“Anak-anak generasi masa kini merupakan generasi digital native, yaitu mereka yang sudah mengenal media elektronik dan digital sejak lahir.” – Ikatan Dokter Anak Indonesia
Saya mengizinkan screen time
untuk SID dengan batasan waktu. Misalnya, setiap main HP diberi countdown timer
5 – 10 menit dan menjelang tidur tidak menggunakan HP. Hal ini berlaku pula
pada saya. Di atas pukul 8 malam, HP sudah saya simpan supaya bisa fokus
mempersiapkan anak tidur. Kalau sebelum tidur kena paparan layar malah biasanya
susah merem.
Oh ya, saya pun belajar manajemen
gawai dengan hanya menggunakan gawai pada saat-saat tertentu. Jujur ya, ini
masih tahap menguji konsistensi akan godaan gawai. Ketika waktunya bermain
dengan anak ya mindfully terlibat aktif di sana. Jika ada panggilan
masuk, berarti hal mendesak, barulah saya izin menggunakan telepon.
Baca juga: Mengatasi Kecanduan Gadget pada Anak Balita
Bangun Pondasi dari Pendidikan Agama
Pendidikan agama atau pendidikan
spiritual dalam Fitrah Based Education menjadi topik penting yang dikenalkan pada
anak usia 0-7 tahun. Di rentang usia ini anak mulai dikenalkan pada Allah SWT
dan menikmati segala kebesaraNya. Membangun kebiasaan beribadah pun lebih mudah
dilakukan sejak dini, tentunya dengan cara menyenangkan.
Ketika pondasi agama terbangun
kuat sejak dini, mengasuh anak akan lebih mudah. Orang tua belum tentu bisa
selalu mendampingi selama 24 jam. Ya kalau balita masih mau ditemani orang tua.
Semakin beranjak dewasa anak bakal risih jika orang tua memantaunya
terus-menerus, kan.
Pondasi pendidikan agama yang
baik juga menjadi garis batas anak dalam berinteraksi menggunakan teknologi
maupun di dunia digital. Serem deh melihat begitu mudahnya segala hal dibagikan
di internet yang mudah diakses semua kalangan. Bahkan ketika saya sudah
membatasi pilihan gim untuk anak usia 3+ nyatanya iklan yang muncul berisi
kekerasan atau nyerempet pornografi.
Baca juga: Menjadi Orang Tua Panutan Anak
Bedakan Antara Fakta dan Fantasi
Metode belajar anak usia dini
adalah metode konkrit dimana mereka percaya dengan apa yang mereka lihat
sebagai suatu yang benar dan wajar. Maka, jangan heran bila ada anak yang
bercita-cita menjadi tokoh kartun bus Tayo. Saya pernah mendengar seorang anak
menyebutkan cita-citanya menjadi Tayo. Lucu bagi orang dewasa namun dari sisi
anak itu adalah hal wajar.
Oleh karena itu, anak perlu
diberi pengertian mengenai mana yang fakta dan mana yang fantasi. Pilihkan
tontonan yang mendidik dan interaktif, bukan kekerasan. Untuk hal ini, berulang
kali saya jelaskan ke SID bahwa Batman, Iron Man, dan rombongan Avengers hanya
tokoh di film. Jika ingin menjadi superhero tentu saja boleh dengan menjadi
anak baik yang membantu teman. Ya semoga perlahan ia memahaminya. *pasrah.
Jalin Komunikasi Efektif
Gimana rasanya ketika asyik
melakukan sesuatu yang disuka, tiba-tiba disuruh berhenti? Menyuruhnya sambil
marah-marah, pula. “Ah, Ibu gangguin aja!” mungkin kalimat itu yang terlontar. Anak
balita yang emosinya masih labil dan butuh kelembutan perlu diberi pendekatan
khusus. Sebelum menyuruh SID berhenti main HP, biasanya saya dekati dan turut menikmati
gim atau video yang ia tonton. “Wah, permainannya seru, ya! Ibu boleh coba?”
dengan kalimat pembuka seperti ini, hatinya menjadi lunak. Setelah itu barulah
saya minta baik-baik untuk selesai menggunakan HP sesuai kesepakatan (waktu
sudah habis).
Baca juga: Keterampilan Abad 21
Bermain dan Bereksplorasi di Luar, Yuk!
Setelah anak berhenti main HP,
lalu apa? Sebagai pengalihan dari HP, kita perlu menyiapkan kegiatan lain untuk
menarik minat anak. Salah satu alasan anak gemar main gawai karena merasa bosan.
Menggunakan gadget cenderung
membuat anak pasif, hanya duduk dalam waktu yang lama. Padahal anak balita
perlu cukup waktu bermain dan bereksplorasi di luar ruangan. Aktivitas fisik
sangat baik bagi tumbuh kembangnya. Oleh karena itu imbangi dengan aktivitas
fisik seperti jalan-jalan, bersepeda, bermain ketangkasan di taman, berenang,
dan sebagainya.
Kenalkan Dampak Positif Teknologi
Tumbuh di era digital memiliki
dua sisi, positif dan negatif. Kenalkan sisi positif teknologi pada anak
seperti materi belajar melalui audio dan video. Pilih channel YouTube yang
mengajak anak berinteraksi dan bergerak sambil belajar, jadi anak tak hanya pasif
menonton.
Anak balita perlu kaya wawasan,
salah satu caranya dengan melihat orang dewasa bekerja. Kegiatan seperti field
trip, ikut orang tua ke kantor, dan semacamnya bakal menjadi pengalaman
berharga bagi anak.
Bisa juga anak dikenalkan pada tokoh
di bidang teknologi, entah lewat buku, info di website, atau berkenalan secara
langsung. Meskipun kemungkinan anak belum sepenuhnya paham namun siapa tahu
minat ini terbawa sampai dewasa.
Kalau sudah remaja, anak bisa
diajak mengikuti talkshow, workshop, atau konferensi seputar IT untuk belajar
teknologi dari para praktisi seperti Start Summit Tokopedia di Jakarta yang akan berlangsung pada 22 Februari 2020. Konferensi
tingkat tinggi pertama yang diadakan Tokopedia ini akan membahas berbagai inovasi
teknologi yang Tokopedia buat selama 10 tahun terakhir.
Selama sehari, peserta dapat mengikuti konferensi, melihat langsung demo penggunaan teknologi dan inovasi Tokopedia, berjejaring dengan para penggiat teknologi, hingga mentorship dari para engineers. Ini akan menjadi pengalaman berharga anak yang tertarik dengan dunia teknologi dan digital. Oh ya, beli tiket events Start Summit lebih murah untuk pelajar, lho.
Selama sehari, peserta dapat mengikuti konferensi, melihat langsung demo penggunaan teknologi dan inovasi Tokopedia, berjejaring dengan para penggiat teknologi, hingga mentorship dari para engineers. Ini akan menjadi pengalaman berharga anak yang tertarik dengan dunia teknologi dan digital. Oh ya, beli tiket events Start Summit lebih murah untuk pelajar, lho.
Start Summit Tokopedia |
Anak dekat dengan gawai tidak
melulu berimbas negatif, kan. Tentunya butuh diarahkan supaya dapat menggunakan
gawai dengan bijak sesuai porsinya. Barangkali dari aktivitasnya dengan gadget
memunculkan ide-ide kreatif memecahkan masalah di sekitar. Calon CEO start-up,
nih!
Mengasuh anak di era digital
memiliki tantangan berbeda dengan pola pengasuhan saat kita kecil. Maka, didiklah
anak sesuai zamannya. Sebagai orang tua perlu terus belajar supaya up-to-date dan
dapat mengasuh anak dengan tepat. Apa kiatmu dalam mendidik anak zaman now?
Aku kadang suka miris lihat anak yang hobi banget mantengin gadget. Padahal anak-anak butuh Tapi sebenernya kebutuhan melek teknologi juga penting ya mba, asal porsinya ideal. Btw tertarik banget buat ke talkshow-nya mba, pengisinya ada CEO Tokopedia idolaku.
ReplyDeleteperlu tetap seimbang, kak, antara main HP dengan main di luar rumah supaya badan dan pikiran sehat :)
DeleteHahaahj podo ini hapeku yang "nganggur" tiba2 penuh apps game dan mereka tahu cara download dan install pdhl gak ada yang ngajarin, baik aku ma bapaknya. Nglepasin anak dr gadget emang agak susah, tapi kalau bisa dibatasin, butuh ketegasan ortunya. Pokoknya saat anak main hape dan hape itu kita minta trus anaknya B aja, gk ngrajuk atau tantrum, keknya itu tanda dia gak kecanduan #imho
ReplyDeletekarena unduh game baru begitu mudah, jadinya bosen main ya unduh game lain. Gitu aja terus. Ini nih PR buat kita mengajarkan kesabaran ke anak di era digital.
DeleteAnak2 ga bisa dijauhkan dari gadget ya, apalagi dijaman era digital ini, yang kebanyakan digitalpreuner, gimana kita para ortu disiplin menyingkapinya. Bener tuh kita pun ortu harus komit dengan aturan pemakaian hp dan kudu teges ..
ReplyDeletengeri ngeri sedap ya membesarkan anak di era digital ini. terutama mengatasi kecnduan gadjet yg jadi pe er utama
ReplyDeleteyap kebijakan orang tua jd yg utama. ortu kan sering main gadget dekat anak jd anak penasaran apa sih asyiknya main gadget sampai ortu gak lepas dr gadgetnya
DeleteWah. Samaan nih mengandalkan timer untuk membantu kontrol waktu di depan layar.
ReplyDeleteKu juga pake poster aturan main gadget yang ku bikin buat Si Kakak untuk menghindari protes2 dan rajukan2, haha.
Yups... di jaman digital gini, enggak bisa ngelarang anak sama sekali tidak menggunakan gadget. Gapapa diberi kesempatan eksplorasi disertai dengan pendampingan dari orang tua. Istilahnya ya, dari lahir ceprol dia udah liat mama papanya eksis pake gadget. Nggak heran kalau sekarang anak bayik aja udah jauh lebih pinter pake gadget dibandingkan dengan orangtuanya. :)
ReplyDeletependampingan sangat penting, mbak. Bukan pantengin anak terus-menerus ya nanti anaknya jadi risih
DeleteKalau saya, sekarang lagi ngenalin anak2 tentang ksatria-ksatria muslim, superhero nyata bukan fiksi :D
ReplyDeleteini yang saya rencanakan, kisah nabi dan para sahabatnya menarik buat dikenalkan ke anak, mbak.
DeleteAnak-anak saya termausk yang akrab dengan gawai. Dan, saya memang tidak melarang untuk itu. Saya pun sama, lebih suka melakukan manajemen gawai. Biar gimana memang zamannya mereka udah serba digital
ReplyDeleteIya kadang kita jaman now terkaget kaget dengar cita cita anak yang mau jadi selebgram dan youtubers, tanpa kita sadari, dunia sudah berubah. Mengajar anak menjadi apa yang meereka sukai sekaligus mengarahkan ke cita cita profesional itu yang sulit
ReplyDeleteYeppp, mendidik anak jaman now tuh super challenging! Apalagi kalo udah remaja, Mak.
ReplyDeleteDuh, bener2 kudu nambah stok sabar :)
Btw, keren banget nih Tokopedia! Bikin event yg bisa mengajari generasi jaman now untuk berkontribusi positif di ranah digital yaaa
Mengasuh anak di era digital itu kudu pinter-pinter ya, emaknya apalagi. Mamahku saja merasakan perbedaan saat ngasuh aku dan melihat caraku mengasuh anakku sekarang ini.
ReplyDeleteJaman digital begini memang tidak bisa mengharuskan anak harus jauh dari gadget. Ya gimana mau menjauhkan, orang tuanya aja makai. Kita sebagai orang tua saat ini bisa membatasi dan melakukan pengawasan terhadap pemakaian gadget oleh anak.
ReplyDeleteYa, syukur-syukur anak bisa langsung paham tentang mana yang boleh dilihat mana yang tidak. Sehingga kita tidak terlalu was-was anak buka youtube, misalnya, untuk melihat apa.
Iya, memang era digital, anak ngga bisa menghindari dari efeknya, yang penting kita atur ya, dan ajak anak banyak main di luar..
ReplyDeleteArtikelnya bermanfaat sekali mbak soalnya kebetulan aku juga lagi punta balita nih. Banyak hal-hal yang harus aku pelajari karena tantangan mengasuh anak di era digital kan tentu berbeda dengan waktu aku masih kecil. Hehe
ReplyDeleteSetuju, pengenalan pada dunia digital itu perlu tapi tetap lakukan pendampingan. Kalau untuk anak remajaku aku berteman di semua akun sosmednya mbak..Jadi sekalian buat intip-intip aktifitas dia. Juga, dia dengan sadar enggak pakai password untuk gawainya dan sesekali aku periksa tapi bilangnya boleh pinjem bentar dan saya intip grupnya dll...terus dicerna dulu, kalau senggang dibahas kalau ada yang aneh. Pokoknya pinter-pinter Ibunya, karena ank seusia ini dah main rahasia :)
ReplyDeleteJaman now ga mungkin ya anak2 dijauhkan dr hp atau gadget lain , tinggal kita orangtuanya yg harus tahu ilmunya. Fondasi agama penting banget, saya setuju, krn pemahaman agama anak jd punya benteng buat dirinya sendiri
ReplyDeleteiya aku setuju mbak, era sekarang anak-anak milenial beda banget dengan era dahulu, sekarang komunikasi intens dengan anak-anak jadi kunci sehingga kita bisa masuk ke dunia mereka dan melihat dari dekat apa saja yang mereka lakukan baru kemudian mempertimbangkan sisi baik dan potensi buruknya.
ReplyDeleteHari gini mah ya, anak-anak gak mungkin banget dilarang pegang gadget. Kendali aja di diri kita untuk bisa mengaturnya. Membawa jalan-jalan anak untuk beraktivitas di luar supaya gak terus-terusan dengan gadget bisa jadi pilihan. Dan yang susah, tapi harus dilakuin, kita harus jadi teladan juga. Jangan terus-terusan main gadget. Huhuhu... PR banget buat saya. :D
ReplyDeleteAnak sekarang memang udah canggih ya, Mbak. Keponakan saya juga gitu, udah pintar mengoperasikan gadget. Padahal orang tuanya gak mengajari. Tetap saja harus tetap diawasi saat mereka pegang gawai, ya
ReplyDeleteAnak-anak sekarang memang cerdas-cerdas ya Mbak. Nggak ada yang mengajari aja udah pintar sendiri kalau main gadget. Kadang aku sering nanya-nanya sama anakku malah.
ReplyDeleteSekarang memang harus lentur cara kita mendidik anak. Disesuaikan dengan zamannya. Harapannya anak-anak juga ga ktinggalan informasi terkait teknologi dan bisq turut andil dalam pemanfaatan nya
ReplyDeleteBaca tulisan ini berasa related banget. Maklum..nak anakkuh termasuk balita era digital. Hahahah. Dan emang beda banget waktu zaman kecil saya dulu. Gak salah tuh quote "didiklah anakmu sesuai zamannya, bukan zamanmu". Eh bener gitu ya?
ReplyDeleteUntungnya sejauh ini anakku nggak mpe yang kecanduan amat ama gadget. sesekali emang dia maen game, tapi hape biasanya dia pake buat nonton wayang di youtube atau belajar ngevlog doang.
ReplyDeleteyang paling susah itu anak terus2an pegang hp ya, takut ketagihan
ReplyDeletekarna kids jaman now sudah cepat sekali melek gadget nya. jadi mau ga mau harus bisa dibimbing nih
ReplyDeleteBener banget, diriku pun juga salut sm anak yg ga suka gadget macam Jan Ethes cucu pak Jokowi. Tapi dan tapiiii jaman sekarang emang sudah era nya anak main HP karena congklak atau bentengan sudah tak menarik lagi bagi meereka. Bener banget eksplor di luar jadi salah satu hal yg harus sering kita tanamkan pada anak ya
ReplyDeleteAnak jaman now itu kalo udah d era digital, memang harus diawasin ya mbaa. Noted banget dalam pola membimbing anak-anak
ReplyDeleteDi era digital sekarang ini, harus lebih bwrhati2 karena ibaarat pisau bermata dua, bisa bermnfaat dan membahayakan
ReplyDelete