Melahirkan Normal di Usia Kandungan 37 Minggu
Allahuakbar … Allahuakbar …
Allahuakbar … hanya takbir yang dapat terucap tatkala mendengar tangisan
pertamanya. Tak disangka, hasil kontrol terakhir menunjukkan janin harus segera
dilahirkan meski masih 37 minggu dan BB-nya di bawah standar. Syukur
alhamdulillah saya dapat melahirkan normal di usia kandungan 37 minggu setelah
melewati perjuangan induksi dan trimester ketiga yang begitu penuh tantangan.
Uno, ini sepenggal kisah melahirkanmu ke dunia.
Gonta-ganti Rumah Sakit Selama Periksa Kehamilan
Setiap kehamilan memiliki cerita
unik. Kehamilan kedua ini sangat berbeda dari saat hamil SID. Proses kehamilan
hingga melahirkan kami jalani di Jakarta, jauh dari orang tua.
Pengalaman pertama hamil di tanah
rantau tak semudah ketika masih tinggal serumah dengan ibu. Saat memilih tempat
periksa kehamilan hingga menentukan tempat bersalin, saya mencoba ke berbagai
tempat. Saya belum punya pengalaman dokter atau rumah sakit mana di Jakarta
yang cocok, so banyak coba ini dan itu berdasarkan rekomendasi maupun hitung
kancing. *eh
Trimester awal, saya periksa ke
dr. Susanti, Sp.OG di RS Antam Medika karena lokasinya dekat rumah dan mendapat
rekomendasi dokter obgyn di Jakarta Timur ini sabar banget. Yup, memang dr.
Susanti sabar menjelaskan bahkan santai ketika tahu saya ada miom. Pokoknya
enggak buat panik, lah. SID juga suka jika saya periksa di RS Antam karena ada
playground, jadi enggak berasa meski antre hingga 1,5 jam. FYI, biaya periksa kandungan, USG 2D, dan print USG di RS Antam Medika tahun
2019 sekitar Rp 400.000 – 500.000,-.
Selain itu, saya periksa di
puskesmas karena ingin melahirkan di-cover BPJS Kesehatan. Periksa kandungan di
puskesmas lebih cepat, enggak pakai lama antrenya, tetapi tanpa USG. Enaknya,
di puskesmas dilakukan tes laboratorium untuk tes darah, urine, dan HIV. Ini
gratis lho karena pakai asuransi BPJS. Kalaupun bayar, harganya sangat
terjangkau dibanding tes lab di tempat lain. Oh ya, hasil tes lab dan USG
selama kehamilan dibawa selama periksa, ya. Ternyata sebelum melahirkan ditanya
sudah pernah tes apa saja termasuk yang HIV itu kabarnya wajib, lho.
Saya juga pernah sekali periksa
di bidan Darmis, Jl. Kayu Putih. Seminggu sekali, tepatnya Kamis malam, ada
obgyn yang praktek di sana. Waktu itu obgyn-nya dr. Donny, Sp.OG, dokter yang
menjadi narasumber di talkshow yang pernah saya ikuti. Periksa, USG 2D, dan print USG di bidan Darmis harganya murce,
hanya Rp 140.000,- udah termasuk print hasil USG. Kalau biaya persalinannya
enggak sampai 3 juta rupiah, waktu itu pernah nanya-nanya buat referensi.
Di trimester akhir, saya sempat
periksa di RS Kartika Pulomas dengan dr. Riry Meria, Sp.OG karena beliau paling
sering praktek di sini (biar gampang ketemunya). Ini ceritanya mencari
alternatif melahirkan di RS yang dekat rumah dengan biaya yang lebih terjangkau
dibanding Antam, hehe …. RS Kartika Pulomas juga menerima rujukan BPJS
Kesehatan. In case enggak bisa melahirkan normal di puskesmas ya bakal dirujuk
ke sini. FYI, biaya periksa kandungan di
RS Kartika Pulomas Rp 150.000,- belum termasuk USG 2D.
Setelah gonta-ganti tempat
periksa kehamilan, ternyata angin menghempaskan saya untuk berlabuh di RSIA
Tambak. Dari segi lokasi paling jauh, sekitar 25 menit dari rumah. Dari segi
biaya, paling tinggi dibanding RS sebelumnya (ga bisa BPJS pula, hahaha ….).
Namun, saya mendapat rekomendasi dokter obgyn di RSIA Tambak yaitu dr. Ika
Sripurnamaningsih, Sp.OG (plus ada rezeki) dan alhamdulillah cocok klop. FYI, biaya periksa kandungan, USG 2D, dan print
USG di RSIA Tambak tahun 2019 sekitar Rp 760.000,-
Tantangan Kehamilan di Trimester Ketiga
Kehamilan kedua ini selama
trimester awal ya biasalah mager dan mual di pagi hari. Masuk trimester kedua
tubuh makin fit bahkan saya sempat snorkeling di Pulau Abang. Mumpung
badan enak diajak kompromi, saya aktif kerja dan beraktivitas kesana-kemari.
Begitu masuk trimester ketiga,
tubuh ini meminta haknya. Kala itu kondisi saya setelah liburan dan mengikuti
pameran dengan cuaca super hot. Rasanya mau kremus-kremus es batu saking
panasnya.
Saat kontrol ke puskesmas, saya
dianjurkan tes Hb karena di trimester awal Hb mepet batas bawah. Jeng … jeng …
ternyata Hb saya 9 padahal minimal Hb ibu hamil adalah 11. Saya pun dirujuk ke
rumah sakit.
tips melahirkan di RSIA Tambak: pakai jilbab ungu supaya cocok dengan baju pasien |
Long story short, dari hasil USG
dan tes darah yang lebih detail diketahui saya mengalami anemia defisiensi besi (ADB) alias kekurangan zat besi yang membuat
saya mudah lelah dan lemas tiap pagi. Hasil tes ferritin saya jelek banget,
hampir habis!
dan
insufisiensi plasenta (placental insufficiency) yaitu aliran darah
yang membawa gizi ke janin tidak lancar. BB ibu hamil naik banyak tetapi BB
janin naiknya sedikit banget sehingga Perkembangan
Janin Terhambat (PJT), enggak sesuai standar BB. Risikonya janin berat
badan lahir rendah (BBLR) bahkan organ tubuhnya belum berkembang sempurna
sesuai usia kehamilan.
*duh, banyak amat istilah
medisnya. Saya cerna satu persatu sambil meminta maaf pada janin di rahim dan
juga maaf ke diri sendiri. Tak lupa saya bersyukur pada Allah diberi kesempatan
mengetahui diagnosa ini dan dapat segera dilakukan tindakan meski saat itu usia
kehamilan mepet, 33 minggu.
Minggu – minggu terakhir di
trimester 3 saya jalani dengan memperbaiki pola makan, minum peptisol untuk
mengejar kenaikan BB, banyak istirahat di rumah, infus venofer 4x seminggu
untuk menaikkan Hb, mengikuti kelas hypnobirthing juga senam hamil. Beli
perlengkapan bayi? Enggak kepikiran!
Baca juga: 5N untuk Tips Lancar Menyusui
Semalam di Ruang Bersalin RSIA Tambak
Hasil dari infus venofer baru
nampak setelah 2 minggu, maka di usia kandungan 37 minggu saya kontrol ke dr. Ika,
Sp.OG di RSIA Tambak sambil menyerahkan hasil Hb. Wajah saya berseri, Hb yang
awalnya 9 kini naik menjadi 11,7. Yes!
Akan tetapi, senyuman itu tak
bertahan lama saat melihat hasil USG. Air ketuban saya tinggal sedikit. Dari
standar minimal 10 ternyata itu cuma 5. Dokter menyarankan untuk terminasi
alias segera dilahirkan. Jika hasil CTG gerak dan detak jantung janin baik maka
coba induksi namun bila tidak maka operasi. Rasanya saya mau pulang dan rebahan
untuk menenangkan diri. (Well, memang itu yang saya lakukan meski tengah malam
susah tidur).
Baca juga: 7 Kado untuk Ibu Melahirkan
Besoknya, setelah hospital bag
siap dan hati ini lebih tenang, saya dan suami berangkat ke RSIA Tambak. Di ruang
bersalin, saya (akhirnya) merasakan gimana itu induksi yang selama ini diceritakan
“menyeramkan” dibanding kontraksi alami. Saya diinduksi melalui infus dan
induksi balon. Saking parnonya dengan kata “induksi”, saya enggak browsing
gimana sih induksi itu, diapain aja. Wes, pokoke pasrahkan prosesnya pada Allah
SWT. Lebih cepat, lebih baik.
Oh ya, induksi melalui infus
di-set pelan banget tetesannya. Ini bertujuan untuk melunakkan mulut rahim
berhubung belum ada kontraksi sama sekali. Setelah dokternya datang, saya
dipasang induksi balon (bentuknya seperti balon dengan selang yang dimasukkan
ke jalan lahir untuk membuat pembukaan hingga 3 atau 4).
Sakit? Alhamdulillah enggak. Sampai
si balon lepas ya gitu aja rasanya. Palingan agak aneh saat pipis lihat ada
selang. Trus, induksi yang dipasang sejak siang itu baru terasa kontraksinya
saat malam. Pinggang minta diusap-usap plus perut bagian bawah rada mules.
Hari itu, saya dan suami berasa
honeymoon di ruang bersalin. Sekalinya bisa berdua kok ya di rumah sakit,
heuheu …. Honeymoon sambil gosok pinggang buat mengurangi nyeri kontraksi.
honeymoon di ruang bersalin sambil nunggu gelombang cinta |
Malam semakin larut, mata ngajak
merem namun kontraksi makin intens. Oke, fix malam itu saya cuma tidur sedetik
trus kebangun gosok pinggang. Kalau capek rebahan, saya ganti posisi berdiri,
jalan, duduk di kursi, sampai gym ball.
Setelah suami sholat subuh, saya
dipindah ke ruang sebelah karena sudah pembukaan 5. Di sini bisa dibilang ruang
eksekusi melahirkan dengan peralatan yang lebih lengkap. Saya kembali di CTG
dan cek pembukaan. Lho, sudah 8? Cepet amat.
Tak lama, dr. Ika datang dan
bertanya apa sudah terasa mau ngeden? Somehow iya, padahal dari tadi enggak
berasa mau ngeden. Kayaknya nih anak emang nunggu dokternya datang.
Yawes semua bersiap di posisi
masing-masing, dokter, dua bidan, dan suami di samping kanan. Proses ngeden
berlangsung berulang kali sampai nyaris putus asa. Dalam hati udah memotivasi
diri untuk push the baby tapi kok ga
keluar-keluar, sih? Saya kurang
tenaga, mungkin karena belum tidur dari semalam.
Dokternya memotivasi tiap gagal
ngeden, “Rambutnya udah kelihatan. Setelah ini lahir.” Gitu aja diulang-ulang. Duh,
sampai malu sama bu dokter. Suami juga dukung di sebelah meski enggak tega lihat proses melahirkan lagi (dulu melahirkan SID, suami juga bantu).
Jeng … jeng … Jumat, 22 November
2019, pukul 05.12 WIB, terdengar suara tangisan bayi Uno yang kencang membahana.
Allahuakbar! Alhamdulillah, penantian sekian lama terbayar sudah. Bisa berjumpa
dengan anak bayi imut-imut lebih cepat dari prediksi. Mendengar tangisannya,
melihat ia diukur, ditimbang, dan dipakaikan baju supaya hangat menjadi obat
dari rasa sakit saat dokter menjahit perineum.
Hai gaes, call me Uno! |
Baca juga: Melahirkan Normal di Minggu 41 (Lewat HPL)
Terima kasih untuk Ya Allah,
Engkau mudahkan proses melahirkan ini. Masih berasa mimpi tahu-tahu disuruh
segera melahirkan. Bak mandi aja belum beli!
Terima kasih keluarga besar yang
sabar menanti (tiap jam nanyain gimana kabar saya), tim medis RSIA Tambak dan
tempat saya periksa selama kehamilan, dan spesial untuk suami yang tegar mendampingi
proses melahirkan, juga “Mas Sid” yang ikhlas berpisah dua hari enggak tidur
sama Ibu.
Salam kunjungan dan follow disini ya. Salam kenal dari Malaysia :)
ReplyDeleteterima kasih dan salam kenal :)
DeleteAaak, aku serasa berada di ruang persalinan, masyaAllah tabarokallah Allah mudahkan lahirannya ya mb, 💕 sehat sehat Baby Unoo
ReplyDeletehihi ... makasih yaa. Alhamdulillah lancar dan lega begitu anak bayi launching.
DeleteWelcome to the world baby Uno! Abis ini ada cerita seru menanti,nih. Apakah ada cerita tentang travel sama dua anak? Kusangat menantikan kisah serunya yang bermanfaat buat mak mak gampang parnoan kaya aku
ReplyDeletehohoho iyaa nanti ya latihan dulu nih traveling bawa 2 bocah naik transport umum. Doakan kami sehat-sehat supaya sering traveling.
DeleteHahhaaa..Hanimun gosok2 pinggang itu so sweet banget,jarang2 kaaan.
ReplyDeleteTapi alhamdulillah ya, Baby Uno lahir dengan selamat, ahh ikut bahagia deh.
Btw ntu pas hamil trimester kedua, wuiih masih sempet snorkeling yaa, aiissh Bumil pengen ajaa..
hanimun saya mah beda, Teh. hahah...
Deleteiyak alhamdulillah ngidam snorkeling keturutan waktu usia kehamilan 6 bulan.
Mbaaaa, nano-nano bacanya, maklum sama sekali nggak pernah lahiran normal, even merasakan yang namanya pembukaan tuh nggak sama sekali hahaha.
ReplyDeleteTapi sering baca dan dengar cerita orang, kalau lahiran normal itu ampuuunnn dah sakitnya hahaha.
Tapi enak ya, bayi keluar bisa dilihat dengan sadar.
Saya mah, boro-boro IMD, liat aja ogah, saya terlalu takut perut saya nggak ketutup dengan baik hahahaha *lebay!
Anyway, selamat atas kelahiran baby Uno yang gantengnya masha Allah, semoga sehat selalu.
Dan ibunya cepat pulih serta bahagia lahir batin selalu, aamiin :)
Hihi ... jangan dong, masa' perutnya belum dijahit. Kan jadi serem.
DeleteMau spontan atau SC, para ibu udah berjuang yang terbaik buat baby.
Makasih yaa Mbak Rey doanya.
Saya membaca artikel, semacam penyemangat buat saya. Secara saya lahiran cesar. Gak kuat mbak sama mulesnya. Semoga anak berikutnya bisa dilahirkan secara normal, amin.
ReplyDeletesemangat VBAC yaa tapi tetap lihat kondisi diri dan janin :)
DeleteItu aku salfok sama fotonya kok jadi bapak ya yang baring 😅 hihi btw aku senyum senyum sendiri kalau baca tulisan hamil , sedang otw program anak kedua. Doakan ya mba
ReplyDeletebapake capek nunggu kok ga kontraksi, hahah...
Deletesemoga suksesss Mba Rizka
Ya ampun mau lahiran masih sempat sempatnya juga nih foto lucu ama suami gitu. Hahhaa. Ikut sennag liat lahiran lancar, sehat dan selamat ya mba.
ReplyDeletehiburan, Mbak Al, tau kan bosennya nunggu kontraksi. Dibawa fun aja
DeleteMba itu dede Uno kok gemesin banget ya. Dulu jg pas hamil ak sempet ganti bbrp dokter or Rs. Karena memang faktor cocok2an. Alhamdulillah y mba lancar proses persalinannya
ReplyDeleteProses melahirkan itu memang perjuangan ya mba, jd inget dulu mau lahiran normal eh ternyata hrs diinduksi dan ujung-ujungnya malah Caesar. Tapi semuanya terbayar pas pertama kali liat sosok anakku dan suara tangisannya. Btw, gemes banget itu ade Uno mba. Lucu deh nama panggilannya ☺️
ReplyDeleteproses melahirkan emang penuh cerita lika-liku yaa mbak. Bener, begitu lihat si baby yang masih imut-imut langsung deh rasa sakit dan lelah lenyap
DeleteWelkaaammm baby Unoooo
ReplyDeleteSemoga shalih pintar sehaatt selaluuu yaaaa. Rezekinya cethaarrr
TabarokAllah yaa
Saya berasa ikutan semua kontrol dan proses melahirkan, mba. Akhirnya, Alhamdulillah, berjalan lancar.
ReplyDeleteBarakallah.
Selamat datang baby Uno. Sehat2 terus ya, dek.
Mbak... dirimu strong abizzz ngga keliatan panik di foto.. memang ya segala kunci menghadapi apapun yang tetap jangan panik dan terus berdoa minta dimudahkan.. anak pertama aku juga induksi dan ya gitu deh rasanya.. dan anak kedua Alhamdulillah kontraksi normal.. jangan sampai kekurangan zat besi yak selama kehamilan jangan... selamat datang baby Uno..
ReplyDeletewakakak itu masih segar jadi bisa foto-foto. Makin malam udah ngantuk, belum mandi, bukaan kok gak nambah ya udah ga pake foto, hahaha. Tapi bener lho kudu tenang mau lahiran dengan cara apapun
DeleteHaneymoon sambil nunggu gelombang cinta. Hahahaha. Btw, si dede Uno lucu banget ya mba..keren kacamatanya
ReplyDeletebelum menikah, tapi rasain masa masa persalinan pasti gak gampang ya mbakk,,, *merinding
ReplyDeletesehat2 ya mbak buat baby nyaa
semoga ceritaku gak bikin parno melahirkan yaa :D nikmat kok
DeleteSyukurlah ya akhirnya si baby Uno lahir juga. Sehat2 terus ya dek.
ReplyDeleteJadi ingat proses ngeden waktu lahiran anak-anak dulu, bolak-balik gagal juga, salah ngeden kata dokternya haha.
haduh malu deh mbak Lianny kalau ingat salah ngeden. Payah ah tapi alhamdulillah bisa lahir :))
DeleteWelcome to the World, Baby Uno. Duuhh ikut deg-degan membaca proses persalinan yang penuh liku-liku ini ya. alhamdulillah ibu dan baby sehat semua.
ReplyDeleteAlhamdulillah, walopun 37 minggu, tapi lahiran lancar ya. Sehat-sehat selalu adik kecil. :)
ReplyDeleteMasya Allah baby Uno alhamdulillah sehat yah mom. Proses persalinan tuh rasanya memang bikin nggak karuan. Pas aku lahiran pun sempat dibikin bingung sama faskes 1 tempat ku biasa kontrol tapi syukurlah bisa sesuai rencana endingnya
ReplyDeleteMembaca Uno, jadi ingat tagline iklan hits, "Numero Uno!"
ReplyDeleteYang artinya kira-kira, nomor 1 alias da best!
Welcome to the world, baby Uno!
Wah selamat ya dilancarkan.alhamdulillah sdh plong tinggal perjuangan membimbingnya jd anak yg sholeh ya nih...Barokalloh.
ReplyDeleteSeneng banget baca cerita kelahiran yang lancar, alhamdulillah ya dokternya sabar banget dalam mendampingi proses melahirkan, kalau saya dulu induksi tapi ujungnya sesar juga, sakitnya dobel hehe
ReplyDeleteproses healing-nya semoga lancar ya mbak dan gak kapok hamil lagi
DeleteHihiii aku bacanya pelan2, ikut tegang. Alhamdulillah Uno lahir berkat ibu yg bersemangat & ayah yg setia mendampingi. Insya Allah kasih sayang melimpah. Itu foto honeymoonnya lucu, suami tepar atau gimana tu? 😄
ReplyDeleteItu gaya-gayaan doang, Mbak Lusi. Hahaha. Mumpung di kamar bersalin cuma berdua yaudah bisa pose aneh-aneh buat kenangan.
DeleteMba Helen, kamu kuat banget :D Wow hebat mba, dengan sgala prosesnya akhirnya lahir juga baby Uno. Perjalanan tiap rumah sakit lalu proses pembukaan. Selamat datang baby Uno si anak Jakarte. Selamat bermain sama kk SID. :)
ReplyDeletealhamdulillah Septi, semuanya itu dari Allah.
DeleteAlhamdulillaahh senengenya. Selamat mb ya dedek ya lahir dengan selamat. Moga jadi anak sholih sholihah mb
ReplyDeleteMasya Allah tabarakallah Mbak Helena🤗 semoga sehat sehat baby Uno. Indeed. Setiap anak punya cerita kelahiran berbeda beda yaah. Hihi, another story nya honeymoon at hospital❤🙆
ReplyDeletesaya lagi hamil nih, usia kandungan udah mau jalan 35 minggu.
ReplyDelete:( berat janin di atas rata-rata, ini pengalaman hamil pertama saya. kawatir nih padahal pengen lahiran normal