Ayo Ukur Lingkar Perut, Lawan Obesitas!
Hayo … siapa yang melihat
timbangan dan meteran rasanya mau kabur? Saat berkunjung ke Kementrian
Kesehatan RI, saya disambut Carta Obesitas dan timbangan pink yang lucu. Waduh,
baru datang udah disuruh mengukur berat badan, tinggi badan, juga ukur lingkar
perut. Serasa uji nyali di Hari Obesitas Sedunia.
Berani cek lingkar perut? (dok. p2ptmkemenkesRI) |
Hari Obesitas Sedunia
Gaya hidup sekarang yang
dimudahkan kecanggihan teknologi rupanya memiliki sisi negatif, membuat tubuh
malas bergerak. Ada transportasi online dengan diskon menggiurkan, ada cashback
untuk pemesanan makanan lewat aplikasi, ada jasa belanja kebutuhan sehari-hari
tanpa perlu ke supermarket, dan sebagainya.
Di samping itu, pilihan makanan
semakin beragam. Dulu, donat bentuknya bulat saja tanpa topping. Sekarang,
topping donat semakin menarik dengan cokelat, meses, tiramisu, hmm … sedaaaap!
Dulu, secangkir kopi hitam begitu nikmat diminum saat hangat. Sekarang, kopi
dicampur susu, whipped cream, caramel, santan, biskuit, hehe … jadi berapa
kalori, tuh?
Topping donat yang menggiurkan (dok. Unsplash) |
Kondisi nyata tersebut berisiko
meningkatkan angka obesitas di dunia. Menurut data WHO di tahun 2016, lebih
dari 1,9 milyar orang usia 18 tahun ke atas (39%) mengalami berat badan
berlebih dimana 650 juta diantaranya termasuk obesitas. Di Indonesia sendiri,
hasil Riskesdas tahun 2007 – 2018 menunjukkan angka obesitas cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Proporsi
obesitas tertinggi pada kelompok usia produktif dan kelompok
ASN/TNI/Polri/BUMN/BUMD.
Duh, ini bukan prestasi yang membanggakan
negara. Orang dengan obesitas rawan mengalami penyakit tidak menular, seperti:
- Penyakit kardiovaskular
- Diabetes
- Gangguan musculoskeletal
- Kanker (termasuk payudara, ovarium, endometrium, prostat, hati, ginjal, kandung empedu, dan usus besar)
Oleh karena itu, di Hari Obesitas
Sedunia yang diperingati pada 11 Oktober 2019 Kemenkes RI mengajak masyarakat
untuk menjaga kesehatan dengan “Gerakan Lawan Obesitas untuk SDM Unggul”.
Carta Obesitas
Apa yang dimaksud obesitas? Saya obesitas atau tidak?
“Obesitas adalah penumpukan lemak berlebih dalam waktu lama yang dapat mengganggu kesehatan akibat energi yang masuk lebih besar dibanding energi yang dikeluarkan.”
Untuk mengetahui apakah obesitas
atau tidak sekaligus mendeteksi dini penyakit, sebaiknya sebulan sekali melakukan pengukuran:
- Tekanan darah
- Gula darah
- Indeks Massa Tubuh (IMT)
- Lingkar perut
Kemenkes RI memiliki alat yang
disebut Carta Obesitas untuk
memudahkan pengecekan IMT. Bentuknya mirip dengan grafik pertumbuhan anak
balita di buku KIA namun yang ini menggunakan standar untuk berat badan minimal
38 kg dan tinggi badan minimal 145 cm. Dengan Carta Obesitas, langsung tampak
apakah masuk di kategori “Kurus”, “Normal”, “Gemuk”, atau “Obesitas”.
Carta Obesitas untuk pantau Indeks Massa Tubuh (dok. p2ptmkemenkesRI) |
Jangan lupa juga ukur lingkar
perut setiap bulan. Bila hasilnya lebih dari 80 cm untuk perempuan dan 90 cm
untuk laki-laki, maka berpotensi terkena penyakit tidak menular.
Tips Mencegah Obesitas untuk Bayi, Remaja, Dewasa, hingga Lansia
Obesitas tidak terjadi pada
dewasa saja, lho. Bayi dan balita pun rawan terkena obesitas. Bayi yang nampak
gembul ginuk-ginuk menggemaskan, saat dewasa cenderung menjadi orang dewasa
yang gemuk dan berisiko mengidap diabetes atau penyakit kardiovaskular pada
usia yang lebih muda. Oleh karena itu sebaiknya lakukan kiat mencegah obesitas
untuk bayi dan balita seperti berikut:
Mencegah obesitas pada bayi dan balita (dok. p2ptmkemenkesRI) |
Sedangkan untuk anak dan remaja perlu membatasi penggunaan gadget dan tidak makan sambil main game supaya terhindar dari obesitas. Pilih makanan yang bervariasi dan bergizi seimbang serta kurangi fast food dan minuman bersoda. Menurut Yudhi Adrianto, S. GzRD dari Persagi, makan fast food yang gurih kemudian ditutup dengan minum minuman bersoda yang manis memberikan efek ketagihan, mau lagi dan lagi.
“Sepotong ayam mentah mengandung 50 kkal/porsi dengan 2 g lemak. Setelah dibuat ayam goreng crispy, menjadi 250-300 kkal/porsi dengan 18-28 g lemak.”
Mencegah obesitas untuk anak dan remaja (dok. p2ptmkemenkesRI) |
Salah satu tips mencegah obesitas
dengan membiasakan makan pola “Isi Piringku”, yaitu setengah dari piring makan
terdiri dari 2/3 sayuran, 1/3 buah-buahan. ¼ dari piring makan berisi lauk pauk
(protein) dan ¼ berisi karbohidrat.
Perhatikan 3J untuk makan yaitu:
- Jadwal (membuat jadwal makan teratur)
- Jumlah (sesuai kebutuhan kalori dan model “Isi Piringku”)
- Jenis (usahakan beragam)
Mencegah obesitas pada dewasa (dok. p2ptmkemenkesRI) |
Sedangkan bagi lansia di atas
usia 60 tahun, dapat dilakukan langkah pencegahan obesitas antara lain:
- Konsumsi makanan sumber kalsium.
- Batasi konsumsi tinggi gula, garam, dan lemak.
- Lakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan diri seperti jalan kaki.
Model Piring T untuk Si Obesitas
Kalau kondisi normal mengenal
pola makan “Isi Piringku”, untuk obesitas menggunakan panduan makan dengan pola
“Piring T” yaitu setengah piring berisi sayuran dan buah-buahan sedangkan ¼ piring berisi makanan pokok dan ¼ sisanya untuk lauk-pauk.
Model piring T (kanan) untuk obesitas (dok. p2ptmkemenkesRI) |
Untuk mengatasi obesitas dikenal
terapi obesitas yang meliputi diet, exercise, modifikasi perilaku, dan
pendekatan medis. Jadi, tidak hanya mengurangi kalori yang masuk melalui pengaturan
pola makan tetapi pola emosi makan pun harus diubah. Contohnya, hindari pelampiasan
marah, bosan, atau stress ke makan. Makanlah hanya pada saat merasa lapar,
bukan karena lapar mata.
“Hindari pelampiasan marah, bosan, atau stress ke makan.”
Dari segi aktivitas fisik,
perbanyak jalan kaki minimal 10.000 langkah perhari. Saat Car Free Day banyak
jalan, ya, bukan mampir ke penjual jajanan, hehe …. Lakukan aktivitas fisik
minimal 30 menit setiap hari atau minimal 150 menit/minggu. Sesuaikan porsi
latihan dengan denyut nadi maksimal sesuai usia dan naikkan secara bertahap.
Memang harus latihan dengan baik, benar, teratur, dan terukur.
Post Comment
Post a Comment
Hai!
Terima kasih banyak ya sudah berkunjung. Semoga artikel tersebut bermanfaat.
Bagaimana komentarmu? Silakan tulis di kolom komentar, bisa pakai Name/URL. Kalau tidak punya blog, cukup tulis nama.
Ku tunggu kedatanganmu kembali.
Jika ada yang kurang jelas atau mau bekerja sama, silakan kirim e-mail ke helenamantra@live.com
Salam,
Helena