Festival Literasi Sekolah 2019
Buku TOMO dalam Festival Literasi Sekolah 2019, Kemdikbud RI |
Sari Okano terbiasa menuliskan
kisah anak pertama dan keduanya sebagai bentuk bersyukur. Bahkan ketika tahu
anak keduanya autis, ia makin bersyukur. Memiliki anak berkebutuhan khusus
membuatnya semakin mencari tahu apa penyebab anak autis dan bagaimana cara
merawatnya. Kisah nyata ini ia tuangkan dalam buku berjudul “TOMO”.
Bedah Buku TOMO di Festival Literasi Sekolah 2019
Sebagai penutup rangkaian acara
Festival Literasi Sekolah 2019, 29 Juli 2019 lalu di panggung utama Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jakarta, diadakan bedah buku “TOMO”. Sebelum
acara dimulai, saya mendekati meja registrasi yang berhiaskan origami tsuru (bangau Jepang) dan bendera ikan
koi yang disebut koinobori. “Khas
Jepang banget,” batin saya. Rupanya buku yang akan dibedah ini menceritakan
cara pengasuhan seorang anak berkebutuhan khusus bernama Tomo yang tumbuh di
Jepang. Ibunya orang Indonesia sedangkan ayahnya orang Jepang.
Dalam buku Tomo, Sari
menceritakan pengalamannya mengasuh Tomo dari kecil. Merawat anak autis seperti
Tomo tidaklah mudah dan butuh treatment
khusus. Bisa membuat Tomo duduk tenang seperti di panggung hari itu merupakan
suatu prestasi. Tomo, kini berusia 20 tahun, dapat bekerja sama selama acara
dengan duduk di kursi dan menjawab pertanyaan dengan baik. Tentunya pertanyaan
hanya dalam bahasa Jepang karena Tomo tidak mengerti bahasa Indonesia.
(ki-ka): Tomo, Penulis Buku Sari Okano, Moderator Dewi Utama Faizah, Dosen Marissa Grace Haque Fawzi |
Dalam mengasuh anak autis, Sari
harus mengatakan dengan jujur setiap berkomunikasi dengan Tomo. Itu karena si
anak akan menganggap tiap perkataan memang benar adanya. Selain itu, proses
belajarnya akan lebih mudah dipahami bila menunjukkan secara konkret. Mau
mengenal apel ya dengan menunjukkan buah apel.
Autisme bukan menjadi penghalang.
Sari Okano ingin anaknya tumbuh mandiri dan bermanfaat. Oleh karena itu, Sari
mengajarkan Tomo agar dapat memahami mana yang baik dan mana yang buruk untuk
dirinya. Contohnya ketika Tomo marah, ia akan menjedotkan kepala dan merasa
kesakitan. Setelah itu Tomo dekati ibunya. Saat seperti ini, Sari memberi tahu
ke Tomo bahwa hal tersebut menyakiti diri sendiri dan tidak baik dilakukan.
Jadi, Tomo belajar baik dan buruk lewat pengalaman nyata.
Anak autis merupakan anak spesial
yang lahir di keluarga istimewa. Membaca sekilas buku Tomo dan mendengarkan
pemaparan sang penulis membuat saya yakin anak autis dapat tumbuh bahagia dan
berprestasi.
Literasi Bukan Hanya Baca Tulis
Festival Literasi Sekolah menjadi
agenda tahunan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Tahun ini tema yang
diangkat yaitu “Indonesia Romantis”. Berbagai perlombaan untuk siswa-siswi
tingkat SMA/MA dan sederajat diadakan, seperti lomba menulis cerpen, syair,
membuat meme, juga komik.
Booth di Festival Literasi Sekolah 2019 |
Pada ajang ini, banyak pula talkshow,
diskusi, dan workshop, antara lain:
- Literasi Baca-Tulis: diskusi pengalaman klub baca, buku berkualitas, dan dukungan sekolah
- Literasi Numerasi: pelatihan berpikir cepat dalam numerasi matematika detik
- Literasi Digital: membuat game dalam 2 jam dengan Scratch
- Literasi Budaya & Kewargaan: film sebagai media pembelajaran multiliterasi
- Literasi Abad 21: Generasi milenial, bonus demografi, dan teknologi informasi dalam dunia pendidikan kontemporer
Dari FLS 2019 saya menyadari
literasi bukanlah selalu tentang membaca dan menulis. Dalam abad 21, literasi memiliki
cakupan lebih luas. Selain literasi di atas, ada pula literasi finansial dan
sains sebagai pelengkap literasi dasar.
Andai tinggal dekat Kemdikbud RI,
rasanya mau setiap hari ke sana karena topik-topiknya menarik. Ya meski usia saya
sudah terlewat jauh dari usia SMA.
Membaca Itu Murah Bahkan Gratis
Selain berbagai talkshow di panggung
utama FLS 2019, banyak booth dari sekolah, lembaga, maupun penerbit yang menarik
dikunjungi. Dari jenjang pendidikan SD, SMP, SMA, SMK, hingga SLB menampilkan
karya-karya siswanya di tiap booth. Salah satu yang ramai yaitu booth SMK
karena menjual jajanan hasil kreasi siswa. Hehe … tetap ya, ngemil.
Nenteng tas isi banyak buku hasil berkeliling di FLS 2019 |
Ada pula booth Yayasan Pustaka
Kelana, sebuah perpustakaan di Rawamangun. Saya tertarik karena lokasinya mudah
dijangkau dari rumah, bisa nih mengajak anak ke sana. Buku-buku di sana dapat
dipinjam dengan harga murah, cukup membayar biaya sewa 5.000 – 10.000 rupiah
untuk 2 minggu peminjaman.
“Untuk bisa menulis yang bagus itu, perlu banyak membaca, dan seorang penulis yang baik dan pembaca yang tekun itu adalah investasi terbesar dalam kehidupan,” -Najwa Shihab
Selain itu saya penasaran dengan
“Literasi Kejujuran” yang disematkan dalam gerobak berisi buku-buku cerita.
Rupanya ada 10 gerobak buku bagian dari “Rumah Kecil Bagi Buku” yang disebar di
10 titik RTH se-Jakarta. Siapapun dapat membaca buku di sana. Mau pinjam untuk
dibawa pulang ya dibawa saja, setelahnya kembalikan lagi ke gerobak. Mau
menyumbang buku pun langsung saja diletakkan di rak buku tersebut. Tidak ada
petugas yang mencatat karena di sini melatih masyarakat berbuat jujur. Menarik!
10 lokasi Rumah Kecil Bagi Buku di Jakarta |
Pesan literasi Mendikbud untuk anak Indonesia |
Satu lagi, di booth Let’s Read
milik The Asia Foundation saya mendapat buku gratis karena memiliki aplikasi
“Let’s Read” di smartphone. Aplikasi ini membantu saya dan SID untuk membaca
buku secara gratis. Daripada anak main game enggak jelas, lebih baik membaca
e-book, kan.
Dari ngobrol singkat dengan para
pegiat literasi di booth-booth FLS 2019 saya menarik kesimpulan membaca buku
itu murah, bahkan gratis. Jika berat membeli buku, dapat membaca di
perpustakaan ataupun dalam bentuk e-book yang dapat diunduh secara cuma-cuma.
Pohon harapan berisi harapan para pengunjung FLS 2019 |
Kini pagelaran Festival Literasi
Sekolah 2019 telah berakhir namun ilmu dan pengalaman yang didapatkan di sana
semoga dapat mendorong kreativitas siswa-siswi Indonesia. Seperti pesan
literasi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Muhadjir Effendy bahwa membaca
untuk memahami serta mengkritisi dan memberikan pendapat dari apa yang telah
dibaca.
Yup, daripada anak main game melulu, lebih baik waktunya digunakan untuk membaca buku. Banyak buku-buku bagus yang layak sekali dibaca anak-anak untuk menambah pengetahuan mereka.
ReplyDeletenah PR lho untuk mengalihkan dari kebiasaan main game ke membaca buku
DeleteSaya baru pertama kali ke FLS. Padahal udah masuk tahun ke-3, ya. Suka dengan karya-karya para siswa di sana. Diskusinya pun banyak yang menarik
ReplyDeleteiya, ternyata udah 3 tahun berjalan. Tingkat SD juga ada di Bekasi atau Tangerang gitu
DeleteSeruuu banget ada Festival Literasi Sekolah
ReplyDeleteSemoga next year bisa sampe Surabaya jugaaa
--bukanbocahbiasa(dot)com--
aamiin, semoga menjangkau banyak kota se-Indonesia. Kalau pesertanya emang udah dari seluruh provinsi.
DeletePagelaran Festival Literasi Sekolah ini keren pisan, banyak banget kegiatannya, pastinya banyak banget ilmu yang didapat, semoga makin kreatif siswa siswinya.
ReplyDeletesemoga menginspirasi para siswa se-Indonesia untuk berkarya
DeleteBagus banget ya acara kayak gini, bermanfaat banget.
ReplyDeleteBukunya juga menarik mba, jadi pengen baca deh.
Inpiratif banget, khususnya buat mamak-mamak
Oh ternyata selama ini pengetahuan kita belum lengkap ya.. Literasi ternyata bukan hanya terkait dengan membaca saja, namun lebih luas lagi. TFS mba..
ReplyDeletePengen ah datangin kegiatan literasi media seperti ini, mba. Bagus banget apalagi kalau bawa anak deh. Smoga rutin dan sering diadakan
ReplyDeleteKeren banget ya Festival literasi ini. Programnya juga bagus-bagus. Pasti disukai para pelajar. Aku suka semuanya. Sedikit kecewa dengan lomba meme aja nih
ReplyDeleteDuh surga banget ya mba bisa dapat banyak buku di FLS 2019, acara bedah bukunya pun oke sekali saya jadi penasaran ttg cara kepengasuhan Tomo saat ia kecil sampai jadi anak yang anteng begitu
ReplyDeleteInspiratif banget pencipta buku TOMO ini. Tak mudah memang merawat anak autis...namun berkat sentuhan kasih sayang orang tau, pastinya mendidik anak berkebutuhan khusus jadi menyenangkan ya mbak. Memang mengajak anak untuk gemar membaca saat ini sangat susah karena sebagian dari mereka sudah maniak gadget....dengan adanya acara seperti ini pastinya membuat anak makin gemar membaca ya mbak.
ReplyDeleteMerawat anak berkebutuhan khusus diperlukan orangtua yang lbieh perhatian dan ikhlas ya, beruntung Tomo punya ibu yang mengerti dan sabar sampai Tomo besar kaya gitu ya.
ReplyDeleteBagus ya festival literasi sekolah kaya gini, mudah-mudahan gak hanya diadakan di Jakarta aja tapi di banyak daerah
Aku baru tau lho literasi itu bukan cuma soal baca tulis, memang sering dengar literasi digital atau literasi keuangan tapi ak pikir hubungannya tetap soal baca dan tulis. Btw kemdikbud juga sepertinya sedang gencar ya program terkait literasi ini, barusan dinas pendidikan di daerahku jg bikin festival buku
ReplyDeleteAnak berkebutuhan khusus itu sangat spesial karena dia selalu berkata jujur dan tulus memberikan kasih sayang. Btw penasaran sama seluruh isi buku Tomo ini, apakah udaha da di toko buku kaya gramedia ? .
ReplyDeleteJadi ingat di sekolah tempat saya mengajar dulu juga menerapkan konsep cinta literasi dan memang benar literasi bukan hanya soal baca tulis saja tapi lebih luas daripada itu. Btw keren banget ya ada event festival literasi seperti ini. Yah semoga dengan adannya event seperti ini makin banyak yang mencintai literasi.
ReplyDeleteMba, aku jadi fokus ke kisah Tomo yg diceritakan tadi. Pengin baca tentang pengasuhan anak berkebutuhan khusus seperti yg dilakukan Sari Okano. Luar biasa sabar ya para orang tua yg memiliki putra-putri spesial.
ReplyDeleteMembaca itu murah bangkah gratis tp jarang atau ga banyak yg tertarik mungkin kurang menarik ya pengemasannya..hahaha
ReplyDeleteBuku Tomo ini layak banget di baca untuk orangtua yang memiliki anak autis ya mbak, banyak value yang bisa didapat dari buku tersebut, salah satunya bahwa anak autis itu juga bisa bermanfaat untuk orang lain, dan jangan mengunder estimate anak autis
ReplyDeleteBeuh keren
ReplyDeleteSaya berharap bisa ikutan juga jadi nambah wawasan kalau Literasi tak sekadar soal baca tulis saja
Anak autis merupakan anak spesial dan begitu penuh berkat, apalagi punya latar belakang sehingga tercipta buku maka ini jadi bacaan segar bagi seorang Ibu. Semoga festival literasi ini sampai ke Medan juga ya mbak.
ReplyDeleteBangga banget sama mbak sari dengan Tomo nya yang berkebutuhan khusus.. dengan ulet dan gigih membuat Tomo bisa sampai titiknya sekarang ini. Dan acara literasi kayak gini emang harus diberdayakan terus secara anak sekarang tahunya gadget aja duh..
ReplyDeleteSebagai pegiat literasi (ahaaaiii) aku bahagia banget ada acara beginian.. Mudah mudhan literasi indonesia semakin maju ya sis
ReplyDeletesangat membuka wawasan saya selama ini aku tahunya literasi hanya soal menulis dan membaca makasih sharenya
ReplyDeleteSerunya ada kegiatan literasi gitu, apalagi kayak aku yang emang suka membaca, pasti seru banget tuh.
ReplyDelete