Bagaimana menjelaskan tentang “bandara” pada anak untuk pertama kali? Apakah menjelaskan dengan, “Bandara itu kamu maju lima langkah ke depan, lalu sepuluh langkah ke kiri, dst” atau “Bandara itu tempat naik dan turun pesawat. Di sana, kalau mau naik pesawat tasnya harus diperiksa terlebih dahulu, check-in untuk mendapat boarding pass, kemudian menunggu di ruang tunggu.”?
Cari tahu keterampilan apa saja di abad 21 yang perlu dimiliki |
Kalau jawabanmu yang kedua, itulah
yang disebut “learn how to learn”. “Begitulah tugas guru di sekolah untuk mengajarkan
siswa belajar bagaimana cara belajar, bukan jadi robot,” jelas Dr. Inggriani
Liem (Bu Inge).
Penjelasan Bu Inge di atas
mengingatkan saya pada guru bahasa Inggris, Mr. Marcus Patty (alm.), yang berulang
kali bilang siswa di sekolah itu bukan belajar tetapi belajar cara belajar. Saya
hafal pernyataan beliau namun kala itu tidak paham, apa sih maksudnya?
Keterampilan Abad 21 yang Super Penting
14 Februari 2019 lalu, di kala warganet
di Twitter ribut tentang valentine or not valentine, saya melipir ke kantor
Periplus di Kawasan industri Pulo Gadung, Jakarta Timur. Di sana sedang
berlangsung event Bootopia, bazar buku impor dengan diskon up to 90%. Di ruangan
sebelahnya, berlangsung talkshow yang membahas tentang “Computational Thinking”
dengan narsum Bu Inge.
Dari H-1 hingga datang,
sebenarnya saya enggak ada gambaran sama sekali, makhluk apakah si Computational
Thinking? Namun saya merasa materi hal ini bakal sangat berguna untuk
pendidikan SID kelak. So, saya mengambil posisi paling depan agar dapat
menyimak dengan baik.
Baca juga: Belajar di Luar Kelas
Baca juga: Belajar di Luar Kelas
Bu Inge membuka dengan deretan
keterampilan atau skill yang penting dimiliki di abad 21, di mana berbagai
pekerjaan manusia mulai tergantikan oleh mesin. Bila tidak mengikuti perkembangan
zaman maka manusia hanya akan menjadi konsumen.
Keterampilan yang utama di era digital |
Pembelajaran di abad 21 dikenal
dengan 4C, yaitu:
- Collaboration
- Communication
- Critical Thinking
- Creativity
4C di atas wajib dimiliki agar
dapat catch up dengan perkembangan di
zaman sekarang.
Baca juga: Band Cha-Ching Ajak Anak SD Belajar Tentang Uang
Nah, learning how to learn yang saya singgung di atas masuk ke thinking skills based on SCAN Fundamental Skills – 2001. Calistung itu basic skills, sedangkan thinking skills lebih kompleks, seperti: berpikir kreatif, mengambil keputusan, memecahkan masalah, melihat yang tersirat (seeing things in the mind’s eyes), learning how to learn, dan reasoning (nalar). Tak lupa manusia perlu memiliki personal qualities seperti responsibility, self-esteem, sociability, self-management, integrity, and honesty.
Nah, learning how to learn yang saya singgung di atas masuk ke thinking skills based on SCAN Fundamental Skills – 2001. Calistung itu basic skills, sedangkan thinking skills lebih kompleks, seperti: berpikir kreatif, mengambil keputusan, memecahkan masalah, melihat yang tersirat (seeing things in the mind’s eyes), learning how to learn, dan reasoning (nalar). Tak lupa manusia perlu memiliki personal qualities seperti responsibility, self-esteem, sociability, self-management, integrity, and honesty.
Huaaa … ini baru dua slide tapi
membuat kepala saya muter-muter. Keterampilan di atas perlu dipelajari sejak
dini. Untuk anak usia dini perlu memiliki
keterampilan sosial terlebih dahulu sebelum calistung. Kalau enggak bisa
mengurus diri sendiri, gimana nanti di sekolah. Gitu gambaran dari Bu Inge.
7 Standar Siswa (Berdasarkan ISTE Standards, 2016)
Memantau pertumbuhan anak
biasanya berpatokan pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) atau tools seperti
aplikasi PRIMAKU dari IDAI. Di sana dijelaskan anak usia sekian sewajarnya
memiliki keterampilan apa saja. Bagaimana dengan siswa?
ISTE Standards mengeluarkan
standar keterampilan siswa di tahun 2016 (sumber), yaitu:
Digital citizen
Hidup di era digital, siswa harus
melek digital. Dari yang basic seperti tahu cara berkirim e-mail, menggunakan
komputer, dsb. Siswa wajib belajar algoritma, cara membuat aplikasi, dan
bagaimana internet bekerja. Hal ini sama pentingnya dengan belajar sistem
pencernaan, cuaca, dsb.
Knowledge constructor
Siswa mampu merajut pengetahuan
baru dengan pengetahuan yang sudah ada di benaknya. Konstruksi pikiran ini
memudahkan untuk memecahkan masalah. So, belajar berbagai mata pelajaran itu
saling berkaitan, tidak berdiri terpisah.
Innovation designer
Siswa menggunakan beragam
teknologi untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah dengan membuat solusi
yang baru, berguna, atau imajinatif.
Computational thinker
Siswa mengembangkan strategi
untuk memahami dan memecahkan masalah. Selengkapnya di tulisan terpisah tentang “computational thinking”
Creative communication
Siswa mampu berkomunikasi secara
jelas untuk mengekspresikan dirinya dengan menggunakan berbagai alat, gaya,
format, dan media digital untuk mencapai tujuan.
Global collaborator
Siswa mampu berkolaborasi secara
global dengan tantangan beda time zone, budaya, bahasa, dsb.
Empowered learner
Siswa memanfaatkan teknologi
untuk berperan aktif memilih, menerima, dan menunjukkan kompetensi.
Waktu sekolah, standar saya
mendapat ranking 3 besar, udah itu aja. Enggak pernah berpikir sekompleks ini. *fufufu ….
Anak zaman sekarang dari kecil udah belajar cara pakai gawai |
Kemampuan dalam Literasi Digital
Punya smartphone? Punya ….
Tahu cara pakainya? Buat update status Facebook dan Instagram.
Teliti hoax apa bukan? Kalau ada informasi penting, ya bagikan. Kan
kasihan baca berita anak hilang.
Kemampuan dalam literasi digital
enggak hanya sebatas dapat mengakses informasi lewat perangkat digital. Mengakses
pengetahuan dan bagaimana mengumpulkan atau mendapatkan info tersebut adalah
level dasar dalam literasi digital. Setelah itu, pengguna teknologi perlu mengelola
dan memaknai informasi tersebut.
Dikatakan highly digital literate
ketika:
- Terampil berkomunikasi dan berinteraksi melalui teknologi dan media digital
- Terampil memanfaatkan teknologi dan media digital.
- Bertanggung jawab dan beretika dalam mengolah dan menyebar informasi.
- Berpikir kritis, memilah, menganalisis, berkreasi, dan paham isu terkini melalui pemanfaatan teknologi dan pemaknaan informasi.
Jika tingkat literasi digital tinggi seharusnya udah enggak ada hoax lagi, ya.
Baca juga: Mengatasi Kecanduan Gawai pada Anak Balita
Berlatih dan Terus Berlatih
Saya paling sebal ketika SID ditanya sesuatu lalu jawabnya, "Terserah.". Gimana sih, Nak. Kalau Ibu beri yang enggak sesuai keinginanmu, nanti kamu protes. Giliran ditanya, jawabnya begitu.
Keterampilan memilih di antara berbagai pilihan dan menerima risiko pilihan tersebut merupakan hal yang perlu dilatih. Hal ini termasuk deretan panjang keterampilan abad 21 yang perlu dilatih dan terus dilatih. Caranya dapat dihubungkan dengan kegiatan sehari-hari supaya anak terbiasa membuat pilihan dan melatih kreativitas. Ingat, lho, keterampilan learning how to learn di atas.
Baca juga: Prinsip ABC Memilih Sarapan Gizi Seimbang
Baca juga: Prinsip ABC Memilih Sarapan Gizi Seimbang
Selanjutnya Bu Inge membahas tentang computational skill thinking, C ke-5 dari keterampilan abad 21. Keterampilan ini menarik dan dapat dilatih melalui games. Baca di sini, ya.
See you on my next stories!
See you on my next stories!
Kalo sudah kena kata 'terserah' itu yang kadang bikin gemez ya haha. Anak-anakku masih suka bilang terserah saat diminta memilih, misalnya saja saat ditanya mau beli makan apa?
ReplyDeleteTernyata itu salah satu yang bisa dilatih. Makasih sharingnya mba, jadi tau keterampilan atau skill yang penting dimiliki di abad 21 ini.
gemes kan yaa
DeletePilih baju apa? Terserah
Pas diambilin eh enggak mau. Zzzz
Mbaa, menurutku melatih anak buat memilih dan mempertanggungjawabkan pilihannya tuh bener banget. Mungkin terkesan sepele tapi ini penting banget buat bekal anak di masa depan ya
ReplyDeleteiyes, dari kecil milih makanan, pakaian, mainan. Nanti gedenya siap memilih dan terima risiko dari pilihan hidupnya. Eaaa
DeleteAnak saya belum sampai tahap bilang terserah sih, meskipun mulai kritis, kalau disuruh pilih, dia pastikan dulu.
ReplyDelete"beneran ya Darrell pilih, jangan dimarahin kalau salah pilih"
wkwkwkwk.
Soalnya emaknya suka banget nanya, tapi giliran anak milih eh dilarang
*toyor kepala sendiri :D
wahahaah iyaa ya mbak. Bagulah kalau sadar :D
DeleteCritical Thinking dan Decision Making adalah kunci. Kuharap pemerintah juga sadar dan segera mengambil langkah aktif untuk meningkatkan dua skill tersebut. Setidaknya melalui pembaharuan sistem pendidikan dan pengajaran.
ReplyDeleteWah..tuntutan zaman membuat skill yg hrs dipelajari juga berbeda ya.. TFS mba..jd ikutan belajar di sini..
ReplyDeleteKeren artikelnya mbak. Mau saya catat di jurnal pribadi buat reminder. Saat ini kami memang sedang merancang materi critical thinking utk projectnya anak-anak. Nah dapat tambahan poin dari artikel ini buat merancang project2 ke depan. Tabik.
ReplyDeleteMelek digital itu penting banget, ya. Bahkan di grup almuni sekolah pun aku masih sering baca yang share konten-kontebn hoax. Pernah ngasih tau itu hoax eh malah diserang dan aku dianngap punya pendapat gitu karena ada kepentingan huhuhu aku sedih jadinya
ReplyDeleteAbad 21, semua tentang teknologi dan dunia digital. Aku dr dulu suka teknologi tapi kurang menguasai mba, alhasil masuk ke dunia literasi sekarang habis2an belajar biar bisa lebih baik.
ReplyDeleteWaini mbaak era kekinian sekarang seakan meNuntut semua serba maju dan canggih tidak terkecuali dengan proses belajar anak2 ya.Untung banget anak2 mudah dan cepat menyesuaikan dengan semua itu.Thks info artikel nya ya mba helena
ReplyDeleteSetujuuuu. Memang ciri khas zaman digital itu kreativitas dan keahlian/keterampilan di bidang khusus yang inovatif. Lapangan kerja yang begini banyak banget, apalagi start up dan yang berbau anak-anak muda.
ReplyDeleteBener banget mbak. Anak-anak di era digital ini memang wajib tahu teknologi dan perlu diedukasi dengan literasi digital. Memang udah tuntutan zaman sekarang. Anak-anak ujiannya sekarang aja udah pake teknologi, belum ke depannya.
ReplyDeleteGenerasi sekarang semakin dituntut untuk melek digital. Pada akhirnya, sebagai orang tua setidaknya berusaha tidak gaptek supaya tetap bisa membimbing anak-anak
ReplyDeletebener banget, mbak.
ReplyDeletecritical thinking ini aku lihat di kantorku kok ya makin menurut, terutama anak2 milenial, padahal harusnya mereka itu kritis ke sana sini.
aku jadi bingung, mungkin mereka anak milenial yang tersesat, haha :D
Hmm jangankan SID, Kaka Olip dari kecil sampe sekarang udah SMA, jawabannya selalu "TERSERAH" menyebalkan banget *garuk2 tembok
ReplyDeleteTapi buat aku jadi belajar memperhatikan gesture tubuh dan matanya, dengan kata terserah sambil lihat lirikannya hahaa..
Waaah, menarik banget Mbak yang 7 Standar Siswa ini. Aku baru denger dan merasa tercerahkan banget. Thanks buat sharing ini ya Mbak. Aku mau baca juga sumber yang kamu rujuk :loveeee
ReplyDeleteMakin kesini persaingan makin ketat ya kak makanya orang tua harus lebih kreatif dalam mendidik anak apalagi di era digital saat ini mau tidak mau anak-anak harus melek dunia digital.
ReplyDeleteMendadak mumet haha. PR ortu buat memfasilitasi utk mengajari itu semua ya?
ReplyDeleteSID jawab terserah pas ditanya apa? Kalau anak2 ditawarin mau belajar ini itu jawabnya iya, begitu dilakukan ada ngambeknya haha :P
Tantangn ortu zaman skrng utk bener2 kasi pemahaman yg tepat, soalnya gak pengen anak2 mengalami masa "tersesat" kayak emaknya, ini knp curcol haha :P
Banyak banget ya.. dah itu semua para emak jaman now harus paham ya.. siap mama sid, aku penasaran banget ini.. kira2 aku aku bisa ngga ya konsisten untuk belajar keterampilan abad 21 yang sangat banyak ini.. bismilllah dan semangat untuk masa depan anak bangsa. ditunggu lanjutannya ya mama sid
ReplyDeleteKapan hari aku baca soal kebutuhan itu juga mba. Betapa banyak beban masa depan anak2 kita ya.. semoga kita bisa membantu mereka meringankan beban dengan mendidiknya dengan baik pada masa sekarang ini.
ReplyDeleteBeda banget dengan zaman kita (kita?) dulu yaa, Mba. Sekarang anak-anak belajarnya sudah berbasis komputer dan internet :)
ReplyDeleteKemajuan teknologi memang gak bisa dibendung yaa, Mba. Kita yang harus terus menyesuaikan diri mengikuti perubahan ini. Anak-anak sekarang lebih kritis karena teknologi dan informasi yang tersebar semakin terbuka :)
ReplyDeleteNah aku kudet banget soal sekolah anak-anak jaman now mba Helen
ReplyDeleteapa karena belum ada anak ya, jadi kurang ngerti tapi sekarang memang abad21 memang berbeda dengan dulu. Ah bunda harus tetep kreatif dan upgrade diri ya ini untuk masa depan anak-anak. Smeoga kita semua dimudahkan menjaga amanah ini
Anak jaman now memang harus dilatih sedini mungkin untuk menguasai ketrampilan abad 21 tadi ya. Mau nggak mau lah, soalnya kehidupannya udah dipenuhi dengan dunia digital. Ntar juga berkaryanya mau tak mau juga lebih banyak ke arah digital. Industri digital yang kreatif sekarang menjadi lahan yang bisa dimanfaatkan anak-anak kita untuk berkarya.
ReplyDeleteAnak aku yang kedua banget ini, kak Helena...
ReplyDeleteKalau ditanya...selalu ada jawaban.
Ples minus.
Ples nya...critical thinkingnya jalan.
Minusnya, in every activity, she always bargain.
Kalo diye untung, aku lakukin...tapi kalo engga, buat apa?
Huhuu~
I sincerely hope my kids and I are mastering some of those super important skills
ReplyDeleteKeren ini sih informasinya bermanfaat, jadi ada pencerahan buat generasi anak-anak :)
ReplyDeletewah, pinter banget nih mamanya. anaknya sudah ditelusuri minat dan bakatnya. emang sih skill anak kelihatan pada saat kecilnya.
ReplyDeleteHmm, masih ada setahun lagi ya Mbak untuk siapin anak-anak biar bisa menguasai kemampuan-kemampuan ini :)
ReplyDeleteternyata banyak juga yang harus dipahami.. saya yg lahir di generasi z pun masih bingung gimana caranya mengembangkan ketrampilan yg sebenarnya dalam hidup saya, karena banyaknya pilihan hehe
ReplyDeleteSetuju banget dengan mempersiapkan anak untuk masa depan dengan berbagai kemampuan, salah satunya tentang memilih dan bertanggung jawab pada pilihan yang diambil. Selain itu, literasi digital penting juga di zaman yang arus teknologinya secepat sekarang
ReplyDeleteSama mba, waktu sekolah aku juga mikirnya yg penting dapet rangking.. hehe..
ReplyDeleteternyata sekompleks ini ya demi masa depan anak yang lebih cerah.
Baru 4C saja masih Pr banget, ada yang ke-5. Huhuhu..... Baru bisa nyimak. Memahaminya perlu waktu dan tambahan ilmu. Tfs mbak.
ReplyDeleteYg hadir di acara saja mumet, apalagi yang bacanya 😆😆 tapi kurang lebih jadi paham. Standrt rangkin 3 udh bagus ternyata masih ada saja yg harus dilatih ya, yaitu belajar memilih dan menerima resikonya. Cuss ahhh kudhu belajar lagi
ReplyDeleteWah. Warbiyasah sih ini. Langsung catet di jurnal sebagai guideline.
ReplyDeleteThank you, Mbak.