Hai, keluarga Indonesia! Saat
akhir pekan, agenda keluarga apa yang sering kalian lakukan? Memasak bersama,
memancing, berkebun, atau asyik dengan gawai masing-masing? Ayah scrolling facebook,
ibu ngubek diskonan di e-commerce, dan anak nonton TV. Hmm … pemandangan wajar zaman now. Tahu enggak, ini
tuh efek revolusi industri 4.0, lho.
Berdekatan tapi sibuk dengan gawai masing-masing |
FYI, revolusi industri sudah
dimulai sejak industri mekanik dan tenaga uap. Di revolusi industri 4.0 ini
ditandai dengan sistem fisik maya, internet, dan jaringan. Internet dan serba
IT ini lho bagian dari revolusi industri.
Dampak Industri 4.0 Terhadap Keluarga
Ternyata oh ternyata dampak
revolusi industri 4.0 tuh besar untuk keluarga. Salah satunya ya familiarnya
penggunaan gawai di keluarga, dari dewasa sampai anak-anak. Bahkan anak balita
udah tahu cara nonton YouTube, ye kan.
Baca juga: Asyiknya Menyusun Family Project
Di era digital seperti sekarang,
arus informasi begitu cepat dengan berbagai kecanggihan teknologi menuntut
keluarga beradaptasi dengan kondisi yang ada. Dr. dr. M. Yani, M.Kes, PKK,
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN menjelaskan
dampak revolusi industri 4.0 terhadap keluarga, yaitu:
1. Konsep keluarga kecil dengan
dua anak semakin populer.
2. Cemas akan situasi politik,
ekonomi, dan lingkungan yang dianggap memburuk. Hal ini dipengaruhi budaya
populer dan media digital.
3. Pilihan melajang, menikah
tanpa anak, bahkan LGBT sebagai lifestyle. Bahkan melahirkan di luar nikah semakin
marak.
4. Fokus pada masa depan dan
karir termasuk pilihan merantau.
5. Pernikahan lintas suku, agama,
ras, dan budaya di Indonesia.
6. Makin mudah pembagian peran
domestik dan publik dalam keluarga. Ayah turut mengurus anak.
7. Waktu berkumpul bersama
keluarga semakin sedikit sehingga keluarga mengatur quality time. Sayangnya,
anggota keluarga sibuk dengan TV atau smartphone masing-masing ketika
berkumpul.
Dsb.
Blogger gathering bersama BKKBN, 15 November 2018 |
Berdekatan Namun Dipisahkan Teknologi
Teknologi memudahkan namun juga
dapat memisahkan orang yang berdekatan. Acara kumpul keluarga yang dulunya
bertukar kabar menjadi foto bersama kemudian sibuk upload ke media sosial
masing-masing. Chat di Whatsapp atau saling komentar di Facebook begitu ramai
akan tetapi ngobrol langsungnya malah sedikit. Lucu, ya, bahkan orang tua
mencoba merasa dekat dengan anak lewat pertemanan di media sosial (sekalian
mengawasi juga, sih).
Sekretaris KPP dan PA Dr.
Pribudiarta Nur Sitepu mengaminkan dampak revolusi industri 4.0 ini. Anak
sekarang bukan lagi bercita-cita menjadi insinyur atau dokter tetapi YouTuber.
Mau pesan semangkuk bakso aja tinggal pencet HP. Enaknya dari sisi pemerintah
lebih terkendali dengan sistem transaksi yang terhubung ke perbankan seperti
ini.
Saya jadi tersentil dengan contoh
di atas karena mengalami sendiri di keluarga. Sampai sekarang, kami masih diet
gawai supaya anak tidak terlalu lama terpapar layar HP. Kalau orang tua pegang
HP sambil makan, anak akan mengikuti. Jangan sampai deh berdekatan namun
dipisahkan teknologi.
Social experiment tentang komunikasi |
Family 4.0 dari BKKBN
BKKBN enggak hanya punya program
KB alias Keluarga Berencana. Menghadapi revolusi industri 4.0, BKKBN
mengenalkan Family 4.0 sebagai platform gerakan untuk mengarahkan semua pihak
yang terkait dalam pembangunan keluarga agar berkolaborasi menghasilkan output
dan outcome keluarga berkualitas yang terukur dengan waktu relatif cepat,
tentunya mengadaptasi semangat perubahan dari revolusi industri 4.0.
Yup, butuh kerja sama berbagai
pihak, dari pemerintah hingga masyarakat agar keluarga Indonesia siap
menghadapi era industri 4.0 ini. Tapi … gimana ya contoh nyata yang tiap
keluarga bisa lakukan?
Baca juga: Tips Sukses Membaur dengan Keluarga Pasangan
Kembali ke Meja Makan
Sebelum ngomongin solusi, psikolog
Roslina Verauli, M.Psi., Psi. mengajak kita mendefinisikan keluarga. Tiap
keluarga memiliki tujuan dan nilai kehidupan yang sama, komitmen jangka
panjang, serta umumnya tinggal bersama. Kalau ayah sibuk mengejar karir, ibu
mengurus rumah tangga, dan tidak ada komunikasi di dalamnya, apa disebut keluarga?
Hmm ….
It takes a village to raise a child. Dalam mengasuh anak, ayah dan
ibu merupakan sekolah pertama bagi anak. Selain itu, anak dipengaruhi oleh microsystem, mesosystem, exosystem,
sampai macrosystem. Selengkapnya pada
gambar berikut.
Dalam menghadapi berbagai
tantangan di luar sana perlu penguatan keluarga berupa family system,
dok. Roslina Verauli |
yaitu:
1. Family cohesion: kedekatan
emosional yang dirasakan tiap individu ke tiap anggota keluarganya. Hal ini
berhubungan dengan komitmen dan waktu bersama. Bukan berarti harus berdekatan
terus menerus, ya, tetapi seimbang waktu separateness
vs togetherness.
2. Family flexibility: kemampuan berubah dan beradaptasi.
3. Family communication: saling
berbagi ide maupun informasi satu sama lain.
Jika ketiga nilai ini kuat, keluarga
akan kuat melawan tantangan eksternal.
Komunikasi dalam keluarga itu penting namun perhatikan waktu dan suasana yang tepat |
Komunikasi dalam keluarga itu
super penting. Tanpa adanya komunikasi, akan rawan miskomunikasi dan
ketimpangan info di anggota keluarga. Padahal, keluarga itu satu tim yang akan
mencapai tujuan bersama, so, perlu koordinasi, dong.
Komunikasi bukan hanya sekadar
bicara. Pilih saat yang tepat menyampaikan info, ide, maupun saran bagi anggota
keluarga lain. Yang paling santai sih saat ngobrol di meja makan. Ayah dan ibu
bisa menanyakan kabar kegiatan anak. Pun, orang tua bercerita kegiatan mereka.
Jangan lupa simpan gawai untuk sementara waktu, ya, supaya ngobrolnya
berkualitas.
Saya teringat kebiasaan di
keluarga suami yang selalu makan di meja makan. Setiap mudik, kami kumpul
mengelilingi meja makan (kini perlu kursi ekstra atau gantian makan karena
anggota keluarga semakin banyak). Di sana, setiap anggota keluarga saling
bertukar kabar dan cerita lucu masa kecil. Seru deh! No gadget, ya, lagian di
sana susah sinyal. Haha ….
Baca juga: Membangun Tim yang Solid dalam Keluarga
Kalau di keluargamu, gimana? Udah
siap menghadapi revolusi industri 4.0? Yuk, keluarga Indonesia kembali ke meja
makan!
#revolusikeluarga4
#keluargaindustri4
Setuju, komunikasi yg benar bukan cuma anda bertanya dia menjawab tp harus dua arah 😍😍
ReplyDeleteitu namanya interogasi
DeletePR aku nih, diet gawai. Aku masih suka lupa weekend melepas diri dari hp ketika nerima kerjaan-kerjaan medsos. Terus suami belakangan karena sibuk, di meja makan jadi hiburan buat dia megang hp buat baca berita bola sama baca whatsapp.
ReplyDeletehuhu... sini ngobrol sama aku aja
DeleteSiap nggak siap harus siap kak karena teknologi nggak bisa kita bendung. Yang ada adalah prepare pondasi keluarga melalui komunikasi.
ReplyDeleteDiet gawai? Tantangan diterima
ReplyDeleteSemoga aku bisa melaksanakannya
Ayo kita kembali ke meja makan, agar komunikasi lebih terjalin.
ReplyDeletemakan bersama dengan berapa pun jumlah anggota keluarga kita memang selalu menyenangkan ya,,moment yang sudah langka buat keluarga modern
ReplyDeleteBetul kaka, komunikasi dalam keluarga itu penting. Meskipun memiliki kesibukan masing-masing harus menyempatkan diri berkumpul di meja makan ya.
ReplyDeleteLelah aku sih nih ngomong sama suami kalau dia pas lagi sibuk pegang gadget. Makan aja pun sambil lihat gadget. Lihat WhatsApp. Jadi binggung mau bilang apa nih kaya nya dampak revolusi industri 4.0
ReplyDeleteEh kok sama ya kalo mudik itu aku agak susah sinyal makanya jarang pegang hp dan lbh banyak di sawah. Main sama anak2
ReplyDeleteHarus siap dan akan mulai lagi menata kebersamaan di meja makan
ReplyDeleteWah seneng y mba keluarga masih suka ngumpul pasti seru rame semua mau cerita .
ReplyDeletesudah lama euy ga makan bareng di meja yang sama , biasa klo makan ya sendiri-sendiri. karna lapernya juga beda-beda he he
ReplyDeletesetiap mudik ngumpul di meja makan? waah seru bangets, secara ketemunya jarang banget. pastinya seperti acara yang dinanti-nantikan oleh setiap anggota keluarga. pasti banyak ngobrol juga
ReplyDeleteKalau pulang ke rumah ortu, pasti makan bareng. Cerita-cerita dan sharing segala macem hal. Sayangnya ga bisa sering-sering karena jarak yang memisahkan,hik hiks.
ReplyDeleteKalau makan memang saya selalu bareng, tapi skrng penerapan yg saya lakukan adalah no gadget, Dan hasilnya sangat menyenangkan ternyata kita jd saling berkomunikasi satu sama lainnya
ReplyDeleteAku dan suamiku pernikahan lintas suku mbak, sunda dan jawa, jabar dan jatim heuheu, menikah tanpa anak baru tahu itu sudah jadi gaya hidup, sementara aku dan suamiku setiap tahun ganti rs dan dokter untuk program kehamilan selama 10 tahun ini :)
ReplyDeleteIyah, siap ngga siap, mau nggak mau kudu dihadapi ya Mama Sid.
ReplyDeleteSiap-siap jadi orang tua pembelajar yuk
Biasa ya bun, sedang duduk bersebelahan tapi komunikasi melalui gadget :(
ReplyDeleteAlhamdulillah saya sekarang kalau di rumah sdh mengurangi penggunaan gadget di depan anak. Lebih mengajak anak bermain dan berkomunikasi agar mereka melihat secara langsung kalau komunikasi itu menyenangkan .
Mulai belajar diet gawai...sedikit2 mulai dari diri sendiri😊.
ReplyDeletesaya suka dengan prinsip 3 familty sistem di atas. dalam sebuah hubungan keluarga harus ada yang namanya kedekatan emosional, komunikasi secara langsung dan tidak mengekang anggota keluarga. setiap anggota keluarga punya hak untuk berkembang. ini harus dipahami oleh semua keluarga agar tercipta keluarga masa kini yang harmonis.
ReplyDeleteTeknologi membawa efek negatif dan positif sekaligus, utk bisa bijak dlm penggunaannya mesti ada kebijakan di dlm keluarga termasuk dlm komunikasi
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteMumpung kita belum benar-benar masuk ke industry 4.0, kita siapkan sebaik mungkin terlebih dalam hal komunikasi sesama anggota keluarga. Lha nantinya kalau robot sudah masuk ke rumah (sekarang sudah ada amazon echo & alexa dan google home), komunikasi sesama manusia bisa semakin hilang.
ReplyDeletesiap gak siap, kita harus siap. dan memang harus dipersiapkan. bila tidak, kita akan kalah dari efek negatif perkembangan industri 4.0 terhadap keluarga kita sendiri.
ReplyDeleteAkhir pekan waktunya ngemall dan mkn bareng keluarga tanpa ada gangguan krang kring krang kring. Minimal bbrp jam lah krn biar gmn pun juga ada bbrp hal yg tetap kudu dipantau lewat henpon wkwkwk
ReplyDelete