#HalodocHariAnak: Menjadi Orang Tua Panutan Anak
Tips menjaga psikis anak sejak dini |
Fokus saya mencari halte bus
teralihkan oleh suara teriakan dan tangisan dari belakang. Seorang pria
berteriak marah sambil menggendong anak balita yang menangis kencang. Di
depannya nampak wanita mendorong stroller sambil sesekali membalas teriakan
sang pria. Di samping wanita tersebut berjalan anak laki-laki yang tergesa-gesa
mengikuti langkah kaki si wanita. Mendengar percakapan mereka, dugaan saya
mereka ini sekeluarga yang hendak pulang naik taksi namun ada miskomunikasi.
Kegaduhan terus berlanjut hingga
di pinggir jalan. Pandangan orang-orang yang tertuju pada keluarga kecil ini
tak meredakan lontaran teriakan. Sekilas saya menengok ke belakang, sang wanita
memukul si pria. Anak laki-laki di sampingnya ikut menendang pria tersebut. Dan
si balita masih menangis. Satpam mulai mendekat ke arah mereka. Saya bergegas
menuju halte sambil memeluk SID.
Potongan kejadian di tempat
parkir tadi masih terbayang selama perjalanan pulang. Saya khawatir pemandangan
tidak pantas tersebut terekam lama di memori SID dan mempengaruhi psikisnya.
Saya sempat bertanya pendapatnya. Ia berkata, “Itu kan tidak sopan.”.
Orang Tuaku, Panutanku
Bila dilihat dari nilai
kesopanan, sungguh tak sopan anak lelaki yang menendang pria (ayahnya). Namun,
hal itu wajar karena anak melihat sang ibu melawan teriakan si ayah. Anak
tersebut merasa yang ibunya lakukan benar dan ia perlu melindungi ibunya dengan
ikut menendang si ayah. Begitulah bagi si anak: orang tuaku adalah panutanku.
Pernyataan ini mengingatkan saya
akan penjelasan Dr. dr. Tjhin Wiguna, Sp.KJ (K), psikiater spesialis anak dan
remaja di RSCM, dalam talkshow #HalodocHariAnak
di Jakarta, 31 Juli 2018 lalu. Talkshow bertema “Tips Menjaga Psikis Anak Sejak
Dini” seperti menjawab kebutuhan orang tua yang ingin menjadi panutan bagi
anak. Iya, orang tua menjadi idola dan panutan pertama anak sejak kecil. Namun,
bagaimana caranya?
Panutan Negatif
Anak merupakan peniru ulung. Apa
yang orang tua katakan dan lakukan mudah ditiru anak. Jika orang tua suka
berteriak mengeluarkan kosa kata seisi Ragunan maka jangan kaget jika anak
mudah berkata kasar. Jika orang tua “ringan tangan”, maka kemungkinan si anak
gampang memukul temannya. Bahkan kebiasaan kecil seperti meludah sembarangan
dapat ditiru anak. Seperti cerita teman saya yang menjadi guru TK, muridnya
meludahi si guru.
Itu sebagian panutan negatif yang anak peroleh dari orang tua. Mungkin hal
tersebut karena orang tua/dewasa salah
bersikap dan berbahasa dalam menghadapi anak. Dr. Tjhin memberi contoh
ketika anak memainkan deretan kaleng di supermarket hingga terjatuh, bagaimana
respon orang tua? Jika orang yang lebih dewasa malah tertawa, menyebutnya
“hebat!”, dan tanpa mengingatkan, anak merasa yang ia lakukan adalah benar.
Anak merupakan cerminan diri
orang tua. Jika anak berlaku atau berkata negatif, cobalah melakukan refleksi diri. Apakah bersama anak
pernah memotong antrean? Apakah pernah menggunakan calo dalam mengurus sesuatu?
Apakah pernah mengajari anak berbohong? Misalnya, “Kalau Bu Siska mencari Ibu,
bilang aja lagi tidur.”. Hmm…
Dr. dr. Tjhin Wiguna, Sp.KJ (K) berbagi kiat menjaga kesehatan psikis anak |
Panutan Positif
Ada negatif, ada pula positif.
Orang tua dapat menjadi panutan positif bagi sang buah hati, baik itu di sisi bahasa, perilaku, maupun sikap agar
terbentuk moral yang baik. Dan proses “Orang tuaku, panutanku” ini telah
berlangsung sejak dini. Survei 1.176 orang di Amerika Serikat menyebutkan 2/3
dari orang dewasa percaya nilai moral dari anak telah menurun cukup banyak
sejak saat mereka masih muda.
Mendidik anak butuh 3A: asah, asih, dan asuh. Mengasah dengan
memberi stimulasi, mengasihi dan menyayangi, serta mengasuh dengan memberi
kebutuhan pokok yang cukup. Dr. Tjhin mengajak kita menjadi panutan positif
bagi anak-anak. Membesarkan anak bukan hanya soal menjaga kesehatan fisiknya,
tetapi juga psikis. Sangat disayangkan bila anak tumbuh sehat secara fisik
namun sisi sosialnya kurang berkembang.
Tunjukkan perilaku positif mulai dari hal sederhana |
Begini kiat menjadi orang tua
yang memberi panutan positif bagi anak:
1. Sikap dan perilaku positif
Tunjukkan pada anak sikap dan perilaku
positif dalam kehidupan sehari-hari. Sebaiknya orang tua tidak hanya
berkata/menyuruh tetapi memberi contoh nyata. Sikap positif ini dapat dimulai
dari hal-hal sederhana seperti mengucapkan terima kasih, meminta maaf, meminta tolong
bila butuh bantuan, membuang sampah di tempat sampah, dan mengantre dengan
tertib.
Tunjukkan tata krama dan etika
sesuai yang berlaku. Misal, ketika akan masuk ke kamar anak, ketuk pintu dan
meminta izin terlebih dahulu. Dengan begini anak merasa dihargai privasinya dan
dapat mencontoh perilaku orang tua.
2. Memiliki tujuan, fokus, dan perencanaan yang baik
Tunjukkan bahwa dalam hidup perlu
adanya tujuan dan fokus menjalani aktivitas untuk meraih tujuan tersebut.
Contoh sederhana dapat dimulai
dari kegiatan belanja bulanan. Sebelum belanja, buat daftar barang belanjaan,
tanyakan menu masakan yang anak inginkan, dst. Saat belanja, ambillah sesuai
yang direncanakan. Jika perilaku orang tua berbelanja sesuka hati, bisa-bisa
anak menangkap gambaran bahwa berbelanja itu menyenangkan. Akibatnya, anak
menjadi boros ketika punya uang sendiri.
3. Dukung passion anak
Ketahui passion dan minat anak
kemudian kenalkan ia pada tokoh yang sesuai passionnya. Misal: anak suka
berolahraga, perkenalkan ia pada atlet olahraga agar terpacu berprestasi.
Minat SID masih dalam tahap
observasi namun ia ingin menjadi dokter. Jadi, saya beritahu dokter-dokter yang
ia jumpai. Ada pula yang saya kenalkan dan minta berbagi cara menjadi dokter.
4. Tokoh sukses sebagai inspirasi
Mirip dengan poin ketiga,
kenalkan anak dengan tokoh-tokoh sukses dari berbagai bidang. Semangat tokoh
tersebut dapat menjadi inspirasi anak. Caranya dapat melalui buku, video, atau
bertemu langsung.
5. Agama
Menghidupkan lentera keagamaan di
dalam rumah. Sejak dini, kenalkan anak pada Tuhan dan ajak beribadah bersama agar
kehidupan lebih tenteram serta anak mengetahui misi hidupnya.
6. Pujian
Berikan pujian untuk sikap,
bahasa, dan perilaku positif anak. Sekecil apapun langkah positif yang ia ambil
patut diapresiasi. Pujian ini membuat anak semakin percaya diri
7. Memahami perasaan
Orang tua perlu dapat memahami
perasaan dirinya dan anak. Kemampuan ini sebenarnya sudah ada sejak si anak
lahir. Saat bayi menangis, ibu dapat mengetahui penyebab tangisan tersebut,
apakah haus, ngompol, ngantuk, atau yang lain. Ketika anak beranjak dewasa,
kemampuan memahami perasaan si anak perlu terus diasah.
8. Mengembangkan empati
Ajak anak mengunjungi panti
asuhan, menjenguk orang sakit, atau berdiskusi bencana alam di suatu tempat untuk
mengembangkan empatinya dan bersyukur memiliki keadaan yang lebih baik.
Dalam sesi tanya-jawab, saya
mendapat satu tips lagi supaya menghindari hal negatif pada anak. Caranya, jangan memaparkan hal tersebut. Contoh:
anak boros dan suka berbelanja maka jangan gegabah dalam berbelanja dan jangan memancing
dengan meletakkan uang sembarangan. Benar juga ya. Berarti kalau ingin anak
tidak main HP melulu, jangan terus-menerus menggunakan HP di depan anak. Kan dia
jadi ingin ikutan.
Talkshow kali ini benar-benar
mengajak orang tua berefleksi diri. Sebelum emosi tinggi ke anak karena perilakunya
negatif, coba deh bercermin.
Konsultasi Kesehatan, Beli Obat, Hingga Tes Lab melalui Aplikasi Halodoc
Bagaimana penjelasan dr. Tjhin di
atas? Benar apa benar? Hihi… butuh membawa cermin kemana-mana, nih.
Kalau masih ada yang kurang
jelas, jangan tanya ke saya, ya. Tanya langsung saja ke pakarnya melalui
aplikasi Halodoc di smartphone.
Eh, udah tahu Halodoc, kan? Halodoc
bukan apotek, bukan dokter. Aplikasi kesehatan terpadu berbasis online ini sudah
diunduh lebih dari 1juta kali, lho.
Nana Nirmala dari Halodoc menjelaskan fitur-fitur Halodoc |
Halodoc menyediakan tiga fitur
utama, yaitu:
1. Pharmacy Delivery/ Apotik Antar
Pengguna dapat membeli vitamin,
suplemen, dan obat dengan resep dokter secara online. Pesanan akan diantar
dengan cepat menggunakan Go-Jek dalam waktu 60 menit. Bebas ongkos kirim!
Halodoc bekerja sama dengan
apotek-apotek dan Watson menjaga keamanan pesanan. Setiap pesanan dibungkus plastik
dengan segel merah. Segel ini susah dirobek jadi enggak khawatir isi obat bakal
diotak-atik selama pengiriman.
Saya pernah cek harga obat-obatan
yang rutin dikonsumsi ibu saya. Harga di Halodoc lumayan miring, lho, untuk
obat paten. Di Halodoc juga bisa beli popok tapi sayangnya akhir-akhir ini
stoknya kosong. Semoga segera re-stock supaya makin gampang belanjanya.
2. Contact Doctor/ Hubungi Dokter
Pengguna dapat berkonsultasi
langsung dengan ribuan dokter melalui voice call, video call, dan chat. Tinggal
pilih mau konsultasi ke dokter umum, spesialis anak, internis, atau spesialis
mata yang online 24 jam. Jadi orang tua enggak boleh panikan. Mendingan #PakeHalodoc untuk hubungi dokter anak. Sekarang
ini masih bebas biaya konsultasi, lho!
Fitur ini juga menyediakan
pengingat jadwal dokter dengan pilih “Notify When Available”. Layaknya periksa
ke dokter secara langsung, pengguna hanya dapat berinteraksi dengan tim medis
sesuai jadwal praktek. Bila jadwalnya tiba, pengguna akan mendapat notifikasi
di HP.
Awalnya saya berpikir konsultasi
dokter ini tidak secara langsung. Pengguna kirim pesan ke dokter yang dituju,
kemudian dokter akan membalas ketika sedang online. Maka, ketika dini hari saya
terbangun karena gatal-gatal di badan, saya buka apps Halodoc dan melihat satu
dokter umum yang online. Saya pun mengirim request untuk konsultasi. Rupanya
langsung tersambung ke dr. Rizky saat itu juga dan beliau segera menanyakan
keluhan saya. Hah, pukul 2 pagi konsultasi dokter dari rumah? Hehehe, maaf ya
dok, ganggu saat malam. Eh, mungkin bu dokter sedang jaga malam kali ya,
sekaligus buka praktek di Halodoc.
3. Lab Service
Fitur lab service memungkinkan
pengguna memesan tes laboratorium seperti tes anemia screening, basic check up,
dsb. Petugas lab dari Prodia akan mendatangi pengguna ke rumah atau kantor.
Yup, tak perlu datang ke Prodia. Untuk sementara, lab service khusus wilayah
Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan.
Halodoc telah bekerja sama dengan beberapa asuransi kesehatan. So, aktifkan fitur "Link Your Insurance" untuk memudahkan klaim asuransi pembelian obat dan konsultasi dokter. Asyik banget, kan.
Yuk ah, yang belum download apps Halodoc, segera cari di Google Play atau App Store. Kepo-in juga tips-tips kesehatan di website Halodoc dan instagram @halodoc.
Yuk ah, yang belum download apps Halodoc, segera cari di Google Play atau App Store. Kepo-in juga tips-tips kesehatan di website Halodoc dan instagram @halodoc.
Pukul 2 pagi konsultasi dokter lewat smartphone? Bisa dong, #PakeHalodoc |
Alhamdulillah dapat mengikuti
talkshow berfaedah bersama #HalodocxMBC. Kini, tugas saya memperbaiki diri agar
layak menjadi panutan positif bagi anak. Karena anak dengan psikis yang sehat, dapat
menyalurkan emosi positif dan membawa kebaikan bagi lingkungan.
Bagaimana kiatmu menjaga
kesehatan psikis anak?
waduh ngeri juga ya Mbak..anaknya sampai ikutan nendang Ayahnya begitu.
ReplyDeleteMemang anak peniru ulung. Dan karena orang tua adalah orang yang terdekat denga mereka tentu anak akan meniru sikap dan perilakunya tanpa tahu itu baik atau buruk...hmm, jadi msuti instropeksi juga saya nih
Talkshow yang bermanfaat sekali :)
Ya kadang kita kelepasan menjaga emosi sampai sikap tersebut ditiru anak. Sama-sama introspeksi diri, mbak.
DeleteBener banget nih
ReplyDeleteAnak itu peniru ulung
Apa yang dia lihat dan dengar akan menjadi contoh baginya
Makanya sebisa mungkin kita ngasi contoh yang baik ya
Betul, mbak. Orang tua juga tidak sempurna tapi alangkah baiknya berusaha memberi contoh yang benar.
DeleteOrangtua sebagai panutan anak, harus memberikan contoh yang baik yah mbak.. Jangan sampai malah yang jeleknya yang ditiru.
ReplyDeletedan ini ga cuma orang tua lho tapi juga orang dewasa di sekitar anak.
DeleteSetiap anakku melakukan hal positif, saya selalu memujinya agar ia semakin semangat melakukan hal-hal positif ��
ReplyDeleteDan kalo di depannya, sebisa mungkin saya dan papanya menampilkan hal yang bagus-bagus agar ia bisa menirunya karena kami sadar, anak adalah peniru ulung
Orang tua tertuntut memperbaiki diri terus-menerus which is good for ourselves.
DeleteMantap Halococ, memberikan talkshow yang bermanfaat. Memang orang tua harus hati2 banget karena akan jadi panutan anak, ya Mbak.
ReplyDeleteAlhamdulillah bisa ikutan talkshow ini, Mbak.
DeleteAnak memang peniru ulung banget, ya. Dan seperti spons. Menyerapnya cepat banget
ReplyDeleteItulah mengapa perlu menjaga sikap di depan anak.
Deleteanak adalah cermin dari orang tua. Memutuskan jadi orang tua, memang nggak bisa main-main. Ngeri banget kalau terjadi seperti cerita yang mengawali tulisan ini. Orang tua bisa menjadi panutan positif atau negatif melalui perilakunya.
ReplyDeleteSemoga masalah mereka terselesaikan dengan baik, ya.
DeleteTalkshow nya bermanfaat banget nih buat orangtua. Karena memang proses belajar jadi orangtua itu gak akan pernah selesai sampai kapan pun.
ReplyDeleteSetuju Mbak. Cara terbaik untuk mengajarkan anak perilaku yang baik, ya dengan kasih contoh yg baik juga.
Nice share (",)
Begitulah, selalu semangat berproses menjadi orang tua panutan positif anak.
Deletebanget mb nirunya aku aja jd role model buat Neyna dari bagaimana cara nyium sampe kalau misalnya aku bikin kesalahan dy blg sok sok nyak wkwkkwk makanya bener2 harus jd panutan positif
ReplyDeleteHehehehe, nah kan sampai kata-kata ditirukan. Ketahuan deh ortunya seperti apa.
DeleteAku pernah nih ngelempar cucian dr jarak jauh ke mesin cuci.terus besoknya anakku ngelempar baju yang mau dicuci dari pintu dapur. Deg. Ya Allah langsung ditiru :(
ReplyDeleteDeg! Langsung introspeksi diri ya mbak.
Deletemenarik juga ya aplikasi halodoc
ReplyDeleteMudah order obat dan konsultasi kesehatan.
DeleteBeberapa hal yang seharusnya diajarkan orangtua ke anak hingga kini perlahan berkurang. Salah satunya ya dengan mengajarkan empati terhdap anak. SMoga kita tetap mengajarkan itu ya ke anak
ReplyDeleteEmpati itu penting. Anak cerdas ga cuma yang pintar baca dan berhitung.
DeleteSetujuuu.. kalau bukan kita orangtuanya, lalu sama siapa mereka cari panutan?
ReplyDeleteserem ya, anak nendang orang tuanya. memang benar menurut psikolog ibu elly risman beliau berpendapat bahwa anak kecil yang belum dewasa sangat gampang meniru, mencontoh prilaku orang di sekitarnya, oleh karena itu, sebagai orang tua kita seharusnya harus lebih membuat kurikulum dalam keluarga
ReplyDeleteDengan teladan juga, mereka malah bisa mengingatkan ortu yg kadang gak bener, semisal terlalu pelit sama orang (hihi), suka marah, dll.. Itu kan juga bisa sbg reminder pas kita lengah jadi baik ☺
ReplyDeleteIyo jd ortu kudu ati2 banget segala tindak tanduk ditiru anak.
ReplyDeleteBaru tau kalau halodoc ada semacam apotek online-nya. Bahkan ada cek lab yg bis ake rumah. Kalau rumahnya Cilebut dilayani gak ya, pengen periksa Hb hehe
Aku belum donlot aplikasinya. Btw iti jam dua pagi apa dua siang konsul dokternya. Terang soalnya
ReplyDelete