Ibu memang jeli urusan simpan-menyimpan barang. Di kamar ibu masih ada setumpuk album foto-foto zaman kamera analog. Sekarang udah jarang banget kan menyetak foto kecuali untuk pas foto atau acara besar seperti pernikahan.
Album kenangan - igorovsyannykov on pixabay |
Secara random saya mengambil sebuah album. Memandangi foto-foto di dalamnya membuat pikiran saya melayang ke puluhan tahun lalu. *Duh berasa tua. Album foto itu berisi kenangan ketika malam kelulusan saya dari sekolah dasar.
Dari dulu saya suka memotret. Menghadiri acara penting seperti ini tak lupa saya membawa kamera hitam yang harus diintip dan setelah ditekan shutter-nya, roll film diputar manual. Krek ... krek ... sampai mentok.
Di foto-foto tersebut nampak penampilan teman-teman yang mengisi pesta malam itu. Ada yang main musik, paduan suara, dsb. Saya ikut dalam paduan suara sekaligus memainkan recorder. Di salah satu foto nampak saya menerima piala sebagai juara kelas. *ehm.
Di balik kesuksesan saya dan teman-teman yang alhamdulillah 100% lulus kala itu, saya teringat wali kelas kami di kelas 6A yang begitu berkesan. Pak Nardi adalah guru IPA dan matematika yang diamanahi sebagai wali kelas 6A yang bisa disebut kelas kakap.
Pembagian kelas kala itu berdasarkan nomor induk. Maka, murid-murid yang pernah tinggal kelas masuk semua ke kelas 6A. Beliau memberi motivasi supaya kami bisa lulus bersama. Setiap hari kami berlatih dan saling membantu, supaya ilmu pelajaran semakin bermanfaat.
Bukan hal mudah menghadapi kelas 6A yang sudah dicap miring. Ada murid yang cepat memahami pelajaran, ada pula yang butuh membaca berulang-ulang. Matematika pun menjadi momok sebagian murid. Pak Nardi tak kurang akal. Beliau menemukan metode menghafal perkalian yang kami terapkan setiap pelajaran. Cara mengajar beliau membuat kami semakin percaya diri mengejar ketertinggalan.
Hasil tidak mengkhianati proses. Ketika pengumuman kelulusan dipajang dari lantai 2 sekolah, nama-nama murid kelas 6A masuk di dalamnya. Alhamdulillah, kami lulus semua.
Wah nemu foto Pak Nardi (berseragam pramuka, menerima kue). Dok.pwmu.co |
Hampir tiga tahun saya tidak bertemu Pak Nardi. Terakhir melihat beliau dari jauh ketika perayaan Hari Kartini di sekolah. Saya, baru melahirkan di RS depan sekolah, melihat perayaan tersebut dari balkon rumah sakit. Wajah dan model rambutnya masih sama, a la Mus Mulyadi. Ilmu dan semangat yang beliau tularkan telah lama berselang namun semoga hal tersebut menjadi amal jariyah bagi beliau.
*
ODOPJanuari hari ke-1
Seru emang kalau mengenang guru-guru zaman sekolah. Banyak yang berkesan, yang lucu ataupun memang ajarannya diingat betul.
ReplyDeletedulu jaman saya SD , ada wali kelas selama 3 tahun selalu sama namanya bu Ida. She is forever gonna be my favorite :)
ReplyDeleteMurid teladan pasti selalu mengingat jasa gurunya. dan guru yang baik adalah guru yang tidak putus asa mengajar anak-anak muridnya. Pasti Pak Nardi ini adalah guru hebat yang telah merubah hidup Mbak Helena.
ReplyDelete