Selama
berlibur ke Bandung saya sempat ragu mau jalan-jalan karena beredar aturan
pelarangan ojek online. Yah padahal ojek online
jadi andalan ketika bepergian ke tempat baru. Jadilah awalnya saya hanya di
rumah saudara.
Namun
saat iseng melihat aplikasi ojek online ternyata banyak gambar ojek. Wah tetap
ada yang narik. Saya pun langsung
mengajak SID ke perpustakaan di Bandung. Mengapa perpus? Saya bukan anak mal.
Di Jakarta udah biasa ke mal (kalau liputan acara, hahaha). Lebih asik ke
perpus yang gratis dan banyak ilmu.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Bandung |
Mana
ya perpustakaan ramah anak di Bandung? Dari hasil googling ada satu yang menarik hati yaitu Dinas Perpustakaan dan
Kearsipan Kota Bandung (Dispusip Bandung). Berbekal kepercayaan pada akang ojek
dan Maps, kami bertiga meluncur menuju Dispusip Bandung di Jalan Seram.
Gedung
Dispusip terkesan terbuka karena modelnya tanpa pagar. Tempat parkir kendaraan
berada di belakang sedangkan bagian depan dihiasi taman dengan bangku untuk
bersantai. Suasana sekitarnya nampak sepi tapi saya yakin hari itu perpustakaan
buka karena ada satu pintu terbuka. Lagian saya udah cek perpus buka hingga
pukul 12 siang khusus Sabtu. Okelah masih ada waktu sekitar 2 jam di sini.
Ruang
perpus khusus anak berada di lantai 1 bagian kanan. Tidak ada prosedur
pengisian buku tamu atau semacamnya. Saya dan SID melenggang santai melewati
deretan komputer bertuliskan “KidSmart Early Learning Program”. Enam unit komputer
berdesain menarik berjajar rapi dalam keadaan off. Saya coba pencet namun tidak ada yang menyala *gaptek. Di bagian atas terdapat
keterangan KidSmart Early Learning Program adalah program pendidikan untuk
anak-anak usia 3-11 tahun. Program ini nampaknya CSR dari IBM dan little tikes.
SID
langsung tertarik begitu melihat ruangan kaca dengan kursi warna-warni di
bagian kanan. Ia masuk ke situ sementara saya menyimpan tas di loker merah. Saat
saya masuk ruangan, SID asyik menyebutkan warna tiap kursi sambil mengelilinginya.
Kala itu ruang perpustakaan sepi, hanya ada 6 pengunjung lain. Semoga mereka
maklum dengan SID yang suka “siaran”.
Self-service locker |
Ruang
perpus anak Dispusip Bandung tidak terlalu luas. Gambaran saya perpusnya
seperti Perpustakaan DKI Jakarta di TIM, Cikini. Tetapi yang ini jauh lebih
kecil. Rak-rak buku dengan tinggi sekitar 1,2 meter berada di tiga sisi
ruangan. Sedangkan sisi dekat jendela diberi sofa berwarna-warni membuatnya nyaman
untuk membaca. Terdapat 4 meja kecil dikelilingi kursi kecil sebagai tempat
membaca. Tetapi ada anak yang lebih nyaman membaca di atas karpet hijau yang
empuk. Desain ruangannya menarik namun saat itu agak panas (AC
mati?).
Tidak
ada petugas yang berjaga di perpus anak. Entah karena ini hari Sabtu atau
memang biasanya demikian. Di meja terdapat tumpukan buku yang selesai dipinjam
dengan beberapa dokumen perpus. Kemana ya petugasnya?
Perpustakaan anak Dispusip Bandung yang warna-warni |
Koleksi
buku di perpustakaan Dispusip Bandung sangat beragam, membuat mata saya
berbinar-binar. Berhubung klasifikasi tiap rak kurang jelas, saya harus melihat
satu persatu di semua rak. Diantaranya saya menemukan pop-up book (sebagian rusak), flip
book yang bisa dibuka-tutup, buku mewarnai tapi tidak ada krayon atau
pensil warna (next time ke sini
sebaiknya membawa peralatan mewarnai sendiri), dan surprisingly ada sticker book
masih mulus!
Buku stiker masih mulus |
Buku dengan halaman yang bisa dibuka-tutup |
Buku tentang kepedulian lingkungan sekitar |
Menemukan
sticker book di perpus menjadi hal
yang aneh sekaligus anugerah bagi saya. Kok bisa ada buku dengan stiker masih
lengkap? Emangnya ga ada anak yang tertarik menempel? Atau sebulan sekali ada
buku stiker baru? SID bahagia banget melihat sticker book bergambar Dora The Explorer. Ia langsung meminta saya
mengambil stiker kemudian ia yang memasang di halaman yang sesuai. Lumayan lah sticker book seperti ini biasanya
seharga 30-40ribu. Kali ini bisa main tempel-tempel stiker secara cuma-cuma. Andai
tinggal di Bandung, seminggu sekali perlu diagendakan main ke Dispusip buat
nempel stiker. Hehehe.
Belum
selesai menghabiskan 100 stiker Dora, SID sudah bosan. Saya pun menawarkan
cemilan karena dari tadi ia susah makan. Di dalam perpus tidak nampak larangan
makan tetapi saya memilih makan di area kantin. Letaknya di ujung lorong
setelah melewati loker. Sepertinya karena ini Sabtu deh maka kantin tutup. Kami
hanya makan bekal yang kami bawa.
Kantin di Dispusip Bandung |
Sembari
menunggu jemputan, kami menuju lobi Dispusip Bandung. Saat pertama datang, saya
tidak sempat mengamati ada apa saja di lobi karena buru-buru mau ke perpus
anak. Ternyata di lobi ada Kang Emil duduk di sofa merah. Di sisi lain Kang
Emil berdiri membawa boneka beruang. Hihihi… bukan walikota Bandung beneran.
Ini semacam standing banner.
Baca juga: Perpustakaan Jakarta, Cikini
Maket Lapangan Gasibu |
Serasa baca buku bareng Kang Emil di Dispusip Bandung |
Bagian
kanan lobi berjejer koleksi buku dan majalah dalam bahasa Sunda. Di dekat lift
ada maket Gasibu yang telah direnovasi. Keren banget deh hasilnya. Saya ga
sempat mampir ke Gasibu terbaru. Di sana ada perpustakaan Gasibu juga. Semoga
liburan selanjutnya bisa berkunjung ke sana. Semoga juga urusan ojek online
telah clear dan aman beroperasi
supaya makin gampang berwisata keliling Bandung.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Bandung
(Dispusip Bandung)
Jl. Seram No.2,
Citarum, Bandung Wetan, Kota Bandung, Jawa Barat 40115
(022) 4231921
Waktu Operasional: Senin-Jumat pukul 08.00 – 15.00 WIB (istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB)
Sabtu pukul 08.00 –
12.00 WIB
Minggu dan Hari Libur Nasional tutup
Kalo ke Jabar nanti mesti ke Dispusip Bandung.. Aku sukaaa liat perpus yang ramah anak-anak gini, jadi masyarakat banyak yang tertarik ke perpustakaan. ^^
ReplyDeleteBagus ya. Seneng deh perpus kota sebagus ini
Deletewahhh tempatnya nyaman banget yaa untuk baca-baca. Aku punya mimpi punya ruangan seperti ini
ReplyDeleteSama mbak. Aku ingin punya perpus kecil di rumah
Deletekeren perpusnya...ntar kalau liburan ke bandung mau kesini ah.
ReplyDeleteIya ajakin anak ke sini mbak
DeleteKeren banget ini perpusnya mbak. Sayangnya waktu ke Bandung dulu belum sempat ke sana. Eh apa emang perpusnya belum jadi juga kali ya? hehehehe
ReplyDeleteWah aku ga nanya juga ke petugas sejak kapan perpus ini berdiri
DeleteHuahhh perpustakaannya friendly banget buat anak-anak. Jadi oengen ajak anak2 kesana
ReplyDeleteIyaa semoga makin banyak perpus ramah anak
DeleteWaa perpustakaannya cakeep jadi mupeng pengen ke sana..
ReplyDeleteAkupun niat ke perpus di Bandung. Mumpung lagi liburan
DeleteIyaa niih, mba Helena.
ReplyDeleteAku kalo gak ada kegiatan juga ngajakin anak-anak playdate sama buku..hiihii...
Tapi memang sengaja buku yang berstiker gak aku bolehin nempel, karena takut bukan punya sendiri, nanti dimarahin sama pustakawannya..((lebbai mode on, wkkwkk..)).
Padahal mah....gak sampe segitunya yaa...ternyata.
Maafin aku yaa, mba Helena.
Aku tunggu kedatangannya kembali ke Bandung, mba Helena dan si kasep, SID.
Laaff...
Awalnya aku takut mbak. Khawatir ditagih suruh bayar. Hahaha. Eh tapi pikirku buat apa buku dipasang kalau ga boleh ditempel
DeleteWaah, kids friendly bgt, pingin ajak abang ranu ke perpus kayak gini deh. Nanti kalo ke Jakarta ah. Yuk SID
ReplyDeleteDi Jakarta ada banyak mbak. Yuk ranu. Udah lama kan ga main bareng
DeleteBaca tulisan mba tempatnya kayknya nyaman ya mba.
ReplyDeleteJadi inget rencana mau ke perpus umum dari sebelum puasa samatmn2 blm tercapai juga :D
Nah ayo diagendakan. Perpus di jakarta juga bagus lho mbak.
Delete