Selama menonton OFEST, mata saya berbinar-binar. Semangat positif para panitia dan pembicara menular ke saya. Ga tahu yang di depan itu anak-anak siapa tetapi saya ikut kagum dan bangga dengan keberanian mereka. Hebat! Hebat! Hebat!
Oase Festival 2017 |
Weekend lalu saya dan SID datang ke OFEST 2017 di Museum Bank Mandiri, Jakarta. OFEST alias Oase Festival adalah festival yang diadakan oleh pramuka penggalang Klub Oase untuk menggalang dana bagi project eksplorasi mereka. Di acara ini anggota pramuka penggalang bahu-membahu menyusun konsep hingga mengeksekusinya menjadi sebuah festival yang indah.
Tiap tahun pramuka penggalang mengeksplorasi tempat baru selama 7-8 hari tanpa orang tua. Karena pergi sendiri, mereka menjadi belajar lebih mandiri. Berbagai life skill mereka pelajari selama perjalanan tersebut.
Oh ya, Klub Oase ini adalah komunitas keluarga homeschooling. Ada pandangan bahwa anak homeschooling akan sulit bersosialisasi. Hal itu tidak terbukti. Klub Oase contohnya sebagai wadah anak-anak homeschooling belajar berorganisasi.
Balik ke OFEST 2017 ya. Ketika saya dan SID sampai di lokasi, acara sudah berlangsung. Saya sengaja datang agak siang supaya SID ga bosan. Kami pun langsung duduk di depan panggung karena kursi sudah penuh. Di sana ramai juga anak-anak yang asyik menyimak cerita OaseEksplorasi 2016.
Oase Eksplorasi 2016 melatih kemandirian |
Setelah sharing pengalaman tahun lalu, tibalah drama musikal persembahan dari Oase Junior dan Oase Siaga. Cerita pertama dari Oase Junior berjudul "Lautku Bersih" menceritakan tentang pantai dan laut yang kotor oleh sampah. Ini akibat manusia membuang sampah sembarangan. Ikan, bintang laut, dan hewan laut lainnya menjadi sedih. Kemudian ada turis yang prihatin dan bersama-sama dengan polisi membersihkan sampah di pantai. Pemeran Oase Junior ini masih imut-imut. Lucu banget melihat mereka tampil. Ada yang cekikikan, ada yang serius, ada yang ditemani ibunya, ada yang sangat percaya diri sampai ga turun panggung padahal sudah selesai. Hihihi... Hebat deh kecil-kecil berani tampil.
Cerita kedua berjudul "Penyu Raja Kelana" yang diperankan oleh Oase Siaga. Kisah ini menceritakan tukik, anak penyu, yang setelah menetas harus berjuang untuk sampai ke laut. Selama perjalanan ada banyak bahaya mengancam seperti burung, kepiting, dan musang yang hendak memakan tukik. Di sini diselipkan fakta-fakta seputar hewan laut seperti bintang laut yang ketika kakinya putus akan tumbuh lagi, salmon yang kaya akan gizi, dan kerang yang tidak punya kepala (ngikik dengarnya).
drama musikal Oase Junior |
Ini pertama kalinya SID menonton drama musikal dengan jelas. Dulu kami pernah nonton di TIM tetapi tempatnya tidak kondusif, tinggi banget! Saya aja takut jatuh. Beda dengan OFEST dimana SID sangat tertarik menyimak sepanjang cerita. Apalagi setting-nya tentang dunia bawah laut. Ia berteriak melihat gambar kepiting, bintang laut, juga gelembung udara. Ketika break, ia sudah tak sabar menonton lagi. Hihihi... sepertinya nonton drama musikal bakal jadi agenda rutin kami.
Santai banget nonton Ofest 2017 |
Homeschooling in Action: Makna Sebuah Perjalanan
Siang harinya acara dilanjutkan dengan seminar Homeschooling in Action. Sebagai pembicara hadir Raken Asri Mada Lestari dan Aar Sumardiono dari rumahinspirasi.com. Kedua narasumber adalah praktisi homeschooling. Sesi ini sepertinya sangat dinanti para peserta yang hadir karena banyak pertanyaan diajukan seputar homeschooling, baik dari yang sudah menjalankan homeschooling maupun yang berniat memulai.
Bagaimana memulai homeschooling dan tantangannya |
Keluarga Nyi Raken menjalankan homeschooling sejak anak pertama memutuskan tidak mau melanjutkan sekolah. Ceca, anak pertama Raken, sekolah TK kemudian saat SD ia bilang akan mencoba dulu sekolah. Di akhir tahun ajaran kelas 1 SD, Ceca ngobrol dengan orang tuanya mengenai pengalaman bersekolah. Dari sana ia berkata bahwa akan memilih homeschooling saja. Ceca lebih tertarik mempelajari astronomi sehingga sekarang ia fokus menekuni bidang tersebut. Ia pun aktif dalam komunitas astronomi yang sebagian besar anggotanya terdiri dari dosen dan mahasiswa.
Berbeda
dengan anak kedua Raken yang lebih tertarik dengan serangga dan ilmu agama.
Untuk memfasilitasi hal tersebut, Raken mendatangkan guru agama dan juga si
anak belajar dengan dosen melalui Skype. Anak SD belajarnya sama dosen, wow!
Mendengarkan
penjelasan narasumber tersebut membuat saya mengangguk-anggukkan kepala. Benar
juga ya dengan memilih homeschooling anak dapat menekuni bidang yang ia minati
sejak dini. Ketika ia belajar hal yang disukai maka proses belajar menjadi
menyenangkan. Bahkan terkadang kita tidak tahu anak belajar apa saja karena
anak bisa belajar melalui permainan.
"Expect less, get more"
Seperti
penjelasan Pak Aar bahwa ketika melakukan suatu perjalanan, jangan pikirkan
tujuannya nanti harus ngapain di sana. Nikmati juga prosesnya karena lewat
proses tersebut si anak bisa belajar. Kadang kala kita malas mengajak anak
jalan-jalan karena terbayang ribet, biaya besar, dsb. Padahal perjalanan tidak
selalu harus jauh. Mengajak anak ke warung pun bisa membawa manfaat bagi anak.
Selama di jalan anak dapat melihat berbagai hal, belajar cara belanja, belajar
mengantre, dsb.
Beberapa
tips supaya perjalanan bersama anak menjadi menyenangkan, yaitu:
1.
Libatkan anak ketika menyusun rencana liburan, termasuk menyusun budget.
2.
Beritahu anak mengenai kemungkinan situasi yang akan dihadapi.
3.
Tanyakan apa yang akan dilakukan bila situasi di luar kendali (misal macet, ban
kempes, dsb). Hal ini supaya anak siap dengan segala keadaan dan tidak
mengeluh.
4. Main
sambil belajar, belajar sambil main. Buatlah perjalanan menjadi hal yang
menyenangkan.
5.
Expect less, get more. Setelah perjalanan lakukan perenungan bersama. Output
suatu perjalanan tidak harus anak hafal semua yang ia lihat. Terkadang anak
me-recall ingatan tanpa kita minta. Fokuslah pada attitude dan life skill yang
lebih baik.
Tips di
atas membuat saya makin tertarik menjalankan homeschooling untuk SID. Tipenya
dengan banyak jalan-jalan supaya kami dapat belajar bersama di
#SekolahAlamSemesta (modus dibalik Ibu butuh piknik, hihi…).
Dari sekian kostum hewan laut SID memilih pakai kostum perahu |
Akan tetapi salah
satu keraguan memulai homeschooling yaitu dari “apa kata orang”. Tahu kan kalau
kumpul keluarga biasanya ditanya sekolah di mana? Udah bisa apa? Dan
seterusnya. Kalau dibilang ga sekolah jadi aneh karena umumnya anak bersekolah.
Atau ada yang mengira kesulitan biaya sekolah? Nah, Raken dan Aar berbagi
cerita juga nih tentang cara menanggapi hal tersebut.
Saat
keluarga kurang setuju dengan homeschooling, jangan langsung dibalas secara
frontal. Beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu:
1. Tunjukkan
bahwa anak dapat tumbuh dengan normal layaknya anak-anak yang bersekolah.
2.
Dekati keluarga yang setuju supaya ia menjelaskan ke yang kurang setuju. Misal
kakek lebih menerima tentang homeschooling sedangkan nenek menentang. Dekati
kakek agar kakeklah yang memberi pengertian pada nenek.
3.
Libatkan keluarga yang kurang setuju pada kegiatan homeschooling.
4.
Biarkan anak menunjukkan manfaat homeschooling bagi dirinya. Misalkan ia
memiliki waktu bebas yang lebih banyak untuk berkumpul dengan keluarga, main ke
rumah nenek, dsb.
Makin
tercerahkan deh untuk mengatasi kegalauan homeschooling. Kalau ada orang yang
sekedar kepo nanya ini-itu, senyumin aja lah. Capek ditanggapi satu persatu.
Panitia menyanyikan lagu ciptaan sendiri |
Anyway,
tiap keluarga itu berbeda. Bukan berarti setiap keluarga harus menjalankan
homeschooling. Bisa dipikirkan terlebih dahulu mana cara yang cocok untuk
masing-masing anak. Kalau sekolah modalnya uang, homeschooling modalnya waktu.
Yang penting jadikanlah proses belajar sebagai hal yang menyenangkan karena
belajar itu bukan untuk mencari nilai tetapi untuk memecahkan masalah.
Konsep Zero Waste
Seperti
yang saya kemukakan di atas, konsep Ofest 2017 ini lahir dari para pramuka
penggalang yang masih belia. Salut dengan kerja keras mereka membuat suatu
event besar seperti ini. Salah satu konsep yang menarik yaitu zero waste.
Pada
e-flyer yang saya baca tertulis “acara ini minim sampah”. Peserta diharap
membawa alat makan dan minum sendiri. Maka sebelum berangkat saya pun membawa
bekal tempat makan, gelas,sendok, dan garpu. Setelah registrasi, snack dibagi ke
tempat makan yang sudah saya bawa. Makan siang berupa nasi gudeg yang dibungkus
daun pisang juga dibagi ke tempat makan masing-masing peserta. Jika tidak
membawa alat makan bisa meminjam panitia dengan membayar deposit terlebih
dahulu.
Di
dekat pintu masuk terdapat tempat sampah dengan keterangan masing-masing.
Sampah langsung dipilah berdasarkan jenisnya. Nantinya sampah akan didaur
ulang. Bagus ya konsep zero waste ini. Benar-benar minim sampah. Ini sekaligus
menjadi ajang pembelajaran anak-anak untuk memilah sampah.
Pembagian konsumsi menggunakan konsep zero waste |
Pilah-pilah sampah |
Bawa tempat makan sendiri untuk konsumsi. Gudegnya enak tapi kurang banyak |
Salut dengan para panitia dan mentor Klub Oase atas suksesnya Oase Festival 2017. Acara berlangsung lancar dan on time! Saya juga happy pulang bawa boneka kayu hasil menang IG photo contest.
Acara ini, terutama bagian zero waste, menjadi inspirasi saya menyiapkan wisuda bulan depan. Sekalian promosi nih karena wisuda ini terbuka untuk umum. Ada inspiring talkshow menghadirkan 3 narasumber muda berprestasi yang telah menjalani Homeschooling. Yuk daftar!
Wisuda Matrikulasi Institut Ibu Profesional Jakarta Batch 4 (terbuka untuk umum). Info Instagram: wisudamiipjakarta |
Keren banget festivalnya!😍
ReplyDeletePengen deh nanti membekali diri juga biar bisa bikin aktivitas seru main sambil belajar bareng anak. Udah nandain kegiatan kakak SID yg suka diposting di IG 😍
Berapa lama lagi sih ketemu si baby. Semoga lancar yaa bumil
DeleteFestivalnya seru banget mbak. Ini anak saya kalau diajakin pasti senang banget.
ReplyDeleteDramanya itu lo lucuuu banget lihat balita berani tampil
DeleteTerima kasih atas ulasan seputar kegiatan Ofest ya mbak Helena. Keren 😉👍👍👍
ReplyDeleteSama-sama, Pak.
DeleteTerima kasih untuk sharing ceritanya ya mbak Helena.. Mohon maaf kalau ada salah & kurang dalam proses penyelenggaraan Ofest kemarin :)
ReplyDeleteAcara diadakan oleh para penggalang sebesar itu aja udah keren! Hebat deh Oase.
DeleteWah... Serunya mbak bisa kreatif banget gitu bikin acara. Trus homeschooling juga butuh dukungan orang tua juga. Alhamdulillah adik sy juga homeschooling. Tapi blm siap untuk anak sy
ReplyDeleteJalur sekolah formal, informal, dan nonformal semuanya butuh dukungan orang tua :)
Deletebutuh pengertian kuat kepada keluarga besar buat nentuin homeschooling atau tidak
ReplyDeleteIya dipertimbangkan secara matang karena berpengaruh pada masa depan anak. Sama seperti ketika memilih sekolah di mana.
DeleteKeren y program nya prnh ngajar d hmscholling sy prosesnya hmpir Sama, cuma krn hmpir anak2 yg berada kdng bntakan curhat ��
ReplyDeleteMbak Utie curhat dong
DeleteBelum paham tentang home schooling...
ReplyDeleteApalagi aku orangnya gak telaten dan kurang disiplin jadi untuk mengajari anak sesuatu itu..susah ngatur jadwalnya...
Oh, iya apakah home schooling ada ijazah penyertaan juga..??
ijazah dari kemendikbud bisa diperoleh dengan ujian paket A,B,C
DeleteMba Helena IIP Jakarta yaa...?
ReplyDeleteFasilitator jugakah?
Kereen euunk...wisudawati Matriks ngundang ke tiga anak Ibu Septi...
Di sini kemarin juga acara wisudanya rame beuud mba...((IIP Bandung))
aku masih murid, belum fasil. Ini wisudaku, mbak.
DeleteOrang lain baru terperangah ketika anak saya Fahmi sedikit lebih bisa dibanding anak mereka yang belum bisa. Mereka tanya lho sekolah dimana? Saya bilang homeshooling saja bareng saya sebisanya. Modal gadget dan sama2 ingin bisa...
ReplyDeleteBaru deh mereka gak nyinyir lagi.
Sebelumnya mereka kan gimana gitu ngece melihat Fahmi hanya di rumah saja. Mereka tahunya Fahmi (memang) pemalu dan tidak gaul
Fahmi ini naturalisnya tinggi ya secara ortunya demen ngajak naik gunung.
DeleteKmrn mau ke sana, tapi krn sudah ada janjia wurung daftar deh. Untungnya pas minggunya bisa kumpul2 sama HSMN Depok dan jg dapat pencerahan ttg homeschooling.
ReplyDeleteAku msh fifty2 khawati gk sabaran hahaha, tapi liat nanti lha :D
iya mbak, jalanin aja. Kalau kurang cocok ya switch. Aku belum gabung ke HSMN nih.
DeleteDulu pernah putus asa sama sistem di sekolah, kepikiran mau HS. Tapi tapi tapi... Ga jadi, krn satu dan beberapa halangan. :/
ReplyDeleteMba...kan kita pernah bahas ini. Sejak saat itu aku makin rajin searching tentang HS
Deletekegiatan positif ini bagi anak - anak. anak saya juga suka kegiatan begini
ReplyDeleteaku belum mengerti betul tetang homeschooling, jadi anak anak tidak bersekolah sama sekali ya, kalau ibunya tidak kerja mungkin bisa ya anak anak menempuh homeschooling tapi kalau kayak aku yang kerja, anak anak di rumah rada parno juga sih hehe
ReplyDeleteTantangan homeschooling salah satunya ya waktu. Perlu manajemen waktu supaya pendidikan berjalan lancar.
DeleteMakasih artikelnya mba. Yang ada di pikiran saya, si ibu dari anak HS harus disiplin waktu dan harus terus mau belajar untuk mendampingi anak2nya. Pasti keren bgt yah para ibu yg sukses dg program HS
ReplyDeleteMenurut saya peran ayah dan ibu sama pentingnya dalam HS. Ada juga HS yang ibu bekerja kantoran sedangkan ayah bekerja lebih fleksibel.
Delete