Membaca 1000 buku sebelum usia 5 tahun? Nampaknya banyaaak
banget ya. Padahal kalau dihitung 1000 buku dibagi 5 tahun berarti 200 buku
pertahun. Dalam setahun 365 hari berarti ga harus setiap hari membaca 1 buku.
Program 1000 buku bukan berarti 1000 judul buku yang berbeda. 1 buku dibaca 10
kali sudah dihitung 10 buku, kok. Lebih ringan, kan?
Icel, teman SID, asyik membaca buku di Perpustakaan DKI Jakarta |
Eh iya, keasyikan berhitung sampai lupa menjelaskan program 1000 buku. Ini tuh program yang diadakan sebuah perpustakaan di Amerika untuk mengajak anak (khususnya balita) dan orang tua semakin mencintai buku. Mengenalkan anak sedini mungkin pada buku memiliki banyak manfaat, antara lain:
- Memperbanyak kosa kata.
- Belajar berkomunikasi menggunakan tata bahasa yang benar.
- Mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas anak dengan melihat gambar berwarna-warni dan mendengarkan cerita.
- Melatih logical thinking.
- Membentuk pola prilaku dan nilai sosial lewat hikmah cerita.
- Mengenalkan berbagai hal baru untuk membuka wawasan anak.
- Membuka halaman buku melatih motorik halus.
- Meningkatkan bonding orang tua dan anak ketika orang tua membacakan buku.
- Menumbuhkan minat baca.
- Mengalihkan perhatian dari gadget yang cenderung membuat anak pasif.
Melihat
manfaat yang besar dari program ini, kami menerapkannya pada SID sedini
mungkin. Mumpung anak usia 0-3 tahun pertumbuhan otaknya begitu pesat, ini
waktu yang tepat menumbuhkan minat baca pada anak kami. Proses membuat anak
gemar membaca itu mudah asal konsisten. *PR banget ya segalanya harus
konsisten.
Membaca sambil menyanyi membuat proses membaca lebih menyenangkan |
Biasanya
orang tua enggan memberikan buku pada bayi maupun batita karena khawatir
dirobek. Pada usia tertentu anak memang sedang melatih kemampuan motoriknya
dengan merobek kertas, tisu, dsb. Namun SID berbeda. Ia bisa khusyuk “membaca”
di usianya yang cenderung merobek kertas. Bukan berarti bukunya mulus semua. Ada pula yang
sudah terkoyak tak berbentuk ketika ia iseng melatih motoriknya. Bila masih
bisa diselamatkan ya ditempel dengan selotip. Kalaupun sudah parah, ikhlas…
Untuk
menyiasatinya, saya pilih buku berbahan tebal atau terbuat dari kain sehingga lebih
aman dan awet. Buku yang tiap halamannya tebal juga memudahkan anak belajar
membuka halaman buku. Kalau berhasil, tentu ia senang. Beda dengan bahan kertas
tipis yang sulit dibuka. Bisa-bisa membuat anak kesal sehingga merobek buku.
Beberapa
buku anak seperti di atas harganya bervariasi, dari puluhan ribu hingga paket
senilai jutaan rupiah. Karena harganya tinggi, ada yang sampai mengikuti arisan
atau nyicil. Saya sih realistis aja, beli sesuai kemampuan atau terima endorse.
*eh
Punya
banyak buku anak yang berkualitas tidak lantas membuat anak langsung gemar
membaca. Kan anaknya belum bisa baca. Supaya anak semakin mencintai buku, coba lakukan 5 cara ini:
1. Mengajak ke toko buku dan bazar buku
Biasa
ke mal buat belanja baju? Mampir juga dong ke toko buku. Kalau ada budget ya
beli. Tapi saat belum ada, baca-baca aja buku yang plastiknya sudah terbuka.
Hihihi… Di Jakarta saya paling suka ke toko buku di Matraman karena koleksinya
lengkap, dari buku anak, resep masakan, crafting, pelajaran sekolah, sampai
buku impor. Di sini sering ada promo buku murah.
Dini hari ke Big Bad Wolf |
Sedangkan
untuk bazar buku, tahun ini kami sempat ke Big Bad Wolf di ICE BSD City. Tempatnya
jauuuh dari rumah tapi kami rela ke sana karena penasaran dengan event besar
ini. Sampai sana kalap deh beli banyak buku anak yang lucu-lucu. SID juga asyik
membaca buku yang bertumpuk. Over-budget, yes. Perlu nabung lebih rajin nih
buat budget membeli buku.
2. Berkunjung ke perpustakaan
Belanja
buku dirasa mahal? Ke perpustakaan aja, gratis!
Saya
sangat bersyukur Jakarta punya perpustakaan yang ramah anak. Lantai 2
Perpustakaan DKI Jakarta di Taman Ismail Marzuki dikhususkan untuk ruang buku
anak dan playground. Ini tempat andalan kami untuk menghabiskan akhir pekan dengan
lebih hemat. Semua fasilitasnya gratis dan bisa diakses publik, tak hanya warga
DKI. Dari segi koleksi buku memang kurang teratur namun cukuplah buat SID
bermain dan membaca berbagai buku.
Sudut di Perpustakaan Daerah Gresik |
Ketika
masih tinggal di Gresik, saya dan SID pernah juga mampir ke Perpustakaan Daerah
di Jl. Jaksa Agung Suprapto. Lokasinya strategis di pusat kota dan dekat dengan
sekolah-sekolah. Saya sering menjumpai anak-anak yang pulang sekolah mampir
dulu di perpustakaan untuk membaca atau belajar menggunakan komputer.
Bagaimana
perpustakaan di kotamu?
3. Membaca buku sebelum tidur
Ini
ritual sebelum tidur yang sering kami lakukan sejak ia bayi. Sekarang ia bisa
memilih judul buku yang ingin dibaca. Terkadang satu buku bisa 3-5 kali saya
baca karena ia minta lagi dan lagi. SID ga tahu ya mata Ibu sudah kriyep-kriyep
ngantuk karena membaca. By the way, membaca buku sebelum tidur dapat
menenangkan anak setelah aktif bermain. Ini juga sebagai tanda bahwa waktu
tidur telah tiba.
4. Membuat Pojok Baca di Rumah
Rumah
dengan space terbatas membuat kami harus pintar-pintar menata barang. Satu
hal yang wajib yaitu adanya pojok baca yang nyaman. Konsepnya sederhana dengan
meletakkan buku-buku di sebuah rak. Buku anak berada di rak bagian bawah agar
SID mudah mengambil sendiri buku yang ingin ia baca.
Sebenarnya
saya ingin menambahi karpet dan bantal besar supaya semakin nyaman tetapi
sementara ini masih pakai playmat. Ada juga kursi kecil bekas ia belajar makan
ketika awal MP-ASI yang masih terpakai hingga sekarang.
Mengenal huruf hijaiyah lewat printable picture dan lagu |
Di
rumah juga dihiasi poster bergambar hewan, buah, kendaraan, dan huruf hijaiyah.
Cara ini efektif untuk SID mengenal berbagai benda lewat gambar. Kosa katanya
juga meningkat lebih cepat melalui cara ini. Oh ya poster-poster ini murah
meriah hanya 1500 rupiah per lembar.
5. Budaya baca oleh orang tua
Poin-poin
di atas perlu didukung satu hal penting yaitu orang tua yang juga gemar membaca.
Anak belajar dari mengamati sekitar. Apabila ia sering melihat orang tuanya
membaca buku, koran, atau majalah, dengan sendirinya ia tertarik mengikuti. Kalau
perlu bacalah buku dengan suara keras supaya mendapat perhatian dari si Kecil.
Tantangan yang saya hadapi yaitu lebih sering memegang smartphone dibanding
buku. Jadi saya mengurangi intensitas dengan gawai apabila sedang bermain
bersama anak.
Anak cenderung meniru perilaku orang tua |
Alhamdulillah
setelah menerapkan poin-poin di atas ada hasil positif yang nampak dalam
perkembangan SID. Kecerdasan linguistiknya berkembang pesat sejak ia berusia 18
bulan. Masya Allah betapa ceriwisnya ia menceritakan banyak hal setiap hari.
Bahkan ia kuat ngobrol selama 1,5 jam perjalanan naik bus melewati macetnya
Jakarta. Untunglah ga ada yang protes mendengar ia “siaran” di dalam bus.
Anggap aja hiburan ya…
Terkadang
ia mengambil buku sendiri lalu pura-puranya membaca cerita di dalam buku
tersebut. Berhubung sebagian buku sudah ia miliki sejak bayi, ia hafal
ceritanya. Gantian deh ia bacakan cerita untuk saya. Alhamdulillah. Semoga
kebiasaan baik ini terus berlangsung hingga ia dewasa.
Membaca bersama lebih menyenangkan (asal ga rebutan) |
Berbagai
cara dapat dilakukan untuk menumbuhkan gemar membaca pada anak. Tunjukkan bahwa
membaca buku merupakan aktivitas yang menyenangkan sebagaimana permainan
lainnya. Ingatlah anak belajar lewat proses bermain. Dengan begini saya yakin program
1000 buku dapat tercapai sebelum usia 5 tahun.
Punya tips agar anak gemar membaca? Atau ada rekomendasi buku bacaan yang
menarik untuk anak usia dini? Bagi di kolom komentar ya!
Tulisan
ini diikutkan dalam Postingan Tematik (PosTem) Blogger Muslimah Indonesia
#PostinganTematik
#BloggerMuslimahIndonesia
Wah, sangat bermanfaat informasinya.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Denik. Salam kenal
DeleteSaya suka sekali baca, tapi anak saya diajak baca malah ngibrit kabur 😢😢😢
ReplyDeletePadahal sejak dalam kandungan sering diajak baca... Sulit juga ya menanamkan minat baca saat gadgt lebih menarik perhatian anak.
Azzam kinestetik ya. Ada anak kinestetik yang dibacakan buku sambil ia manjat pohon. Hehehe energinya besar untuk disalurkan. Coba pelan-pelan kurangi intensitas gadget. Ganti dengan buku anak yang menarik seperti pop up book
DeleteDulu anakku juga pakai softbook sama buku-buku yang tebal untuk di awal, nggak paham kalau itu membuat mereka seneng baca. Alhamdulillah sampai sekarang masih suka baca walaupun nggak semaniak ibunya. Jadi semakin yakin ternyata caraku nggak salah ya, musti terus memupuk kesukaan baca buat mereka.
ReplyDeleteWah alhamdulillah sampai sekarang suka membaca ya
DeleteWah, Mbak Helena, terima kasih banyak sharing ilmunya.
ReplyDeleteSama-sama. Semoga bermanfaat
DeleteKebetulan nih si kecil di rumah gemar banget membaca. Ingat dulu pas masih TK A saya heboh ngajarin baca, hahahah..padahal saya orangnya gak sabaran banget klo ngajar. Akhirnya nyerah. Eh pas TK B dianya malah bisa baca sendiri, di sekolahnya juga suka banget baca buku di perpus.
ReplyDeleteSekarang senang sekali klo diajak ke toko buku, di rumah pun kalau buku-buku udah kelar dibaca, brosur-brosur iklan pun diembat :D
Ini aku banget. Segala brosur, spanduk, sampai plat nomer suka ku baca. Good habit, Mbak
DeleteDari 3 anakku...si sulung yg minat bacanya besar.skrg malah lagi seneng2nya belajar bahasa korea gara2 suka drakor..Yg kedua dan bungsu kadang2 aja bacanya,tp klo pas lg suka baca yahh terserah mereka maunya baca apa.
ReplyDeleteTiap anak punya interest masing-masing. Sebagai orang tua, kita fasilitasi aja yang baik
DeleteDari kecil anak2ku rajin aku beliin buku cerita bergambar sampe buku2nya enid blyton yg kayak lima sekawan, pasukan mau tau dll. Walopun dia blm bs baca, tp mereka udh tertarik ama buku mba. Apalagi kalo liat yg bergambar, lgs seneng dan minta dibacain. Ini salah satu caraku spy mrk hobi baca kayak aku. Skr ini PR ku mau bikin rak buku utk naro semua koleksi buku2ku plus punya anak2. Biar ga berantakan
ReplyDeleteEnid Blyton bagusss. Cerita detektif yang membuat pembaca ingin jadi detektif cilik juga.
DeleteWah sepertinya koleksi buku Mbak sekeluarga berjibun. Perlu rak buku yang besaaaar
Setuju mba helena. Anak aq juga dari bayi dikenalin ama bukunya. Awalnya Erysha nggak suka, tetapi karena konsisten dikenalkannya, allhamduah usia 7 bulan Erysha udah menunjukkan ketertarikannya pada buku 😃
ReplyDeleteHai Erysha, yuk main ke perpus sama Sid. Di sana banyaaak banget buku anak
DeleteSaya nih yg lebih rajin belikan buku buat anak-anak, sementara nanti yang membacakan ayahnya. Cuman si ayah msh kurang mendukung klu sy sering belikan buku, katanya sudah bnyk bukunya huhu. Padahal ayah e dulu lho penulis :D
ReplyDeleteKalau Aska baru seneng liat gambar2 nya, masih belum ngajakin ke toko buku PR banget nih, sama pojok buku. Adanya bersatu baru rak rak buku umminya hehe
ReplyDeleteWah, senang sekali SID sudah jadi pengunujung perpustakaan dan punya banyak kegiatan membaca..
ReplyDeleteTips yang menarik, Mbak. Saya belum pernah ajak anak-anak ke perpustakaan di Jakarta..ide yang bagus nih..:) Thanks...
Oh ya, saya biasa memberikan hadiah untuk anak buku jika mereka mencapai sesuatu. Mereka boleh pilih yang mana saat di toko buku:)
anak-anak saya ga bisa baca anteng mbak. kalo dibawa ke toko buku pada lari-larian.
ReplyDeletepadahal saya paling betah ke toko buku atau perpus.
Salah satu keinginanku bisa punya pojok baca di rumah. Masih dalam rencana sih. Semoga segera terwujud agar siapapun yang berkunjung ke rumahku bisa ikut membaca. Terimakasih sharingnya, mbak Helena. Sangat bermanfaat :)
ReplyDeleteWah, pintarnya SID ^^
ReplyDeleteWah, pintarnya SID ^^
ReplyDeleteBuat anak kecil pasti ya dimulai dari orang tua dulu. Apa yang dilakukan orang tua, anak bisa mencontohnya. Alhamdulillah adik-adik saya juga udah dibiasakan baca buku dari kecil :)
ReplyDeleteSalam kenal, mbak Helena.
ReplyDeleteHampir sama Mbak,saat si kakak masih kecil dulu, saya dan suami bergantian membacakan buku sebelum ia tidur. Saya belajar berbagai macam suara tokoh agar ceritanya lebih hidup. Dari suara anak kecil sampai suara nenek-nenek saya bisa :)
Salam gemas buat SID ya...
Mbak Helena, saya jadi tertarik kepengen ikutan program 1000 buku ini. Berarti mulai saat ini udah harus ditarget ya berapa banyak bacaan dalam setahun. Huhuhuhu semoga kubisa menjalankan misi ini. *pasang iket kepala*
ReplyDeleteWah dimana tuh perputakaannya? Bagus juga buat dikunjungi. Di TIM juga ada perpustakaan buat anak-anak tapi kalo gak salah beda desainnya dengan ini.
ReplyDeleteAku berusaha menanamkan minat baca pada si kecil dengan membelikan buku bantal juga poster-poster. Tapi sepertinya si kecil kurang telaten :( lebih senang mainan yang lain. Semoga tips dari mbak Helena bisa kuterapkan. Terimakasih sharingnya ya mbak :)
ReplyDeleteSaya dulu juga suka membaca di perpusda gresik. Tempatnya asyik dan strategis.
ReplyDeleteEmang ya mbk membaca sama anak gimana cara yg menyenangkan agar anak betah.
Aku mungkin termasuk yang harus bersyukur ya, Mbak. Dari kecil sudah terbiasa untuk senang membaca. Meski kayaknya sih enggak sampai 1000 buku saat 5 tahun, eh enggak tahu juga sih. Mamaku telaten ngebairin aku ngerobek buku yang bergambar binatang sampai bolak balik disolatip ehehe...
ReplyDeleteMemang penting banget untuk menanamkan gemar membaca sedini mungkin.
Aku sampai sekarang belum pernah ke Perpustakaan Nasional ih. Lupa terus.
Dari kecil saya suka membaca, meskipun zaman dulu koleksi buku sangat minimalis. Masih ingat banget dulu suka baca primbon punya Mbah, kalau kehabisan bacaan. Hehehe
ReplyDeletePaling suka ngajak anak2 k tokbuk dan perpus krn mamanya bisa sekalian beli dan pinjam hehhe
ReplyDeleteWalau belum punya anak, info ini bagus sekali. Terimakasih infonya mba.
ReplyDelete1000 buku sebelum usia 5 tahun? Boleh juga nih diterapkan ke anakku sebelum berumur 5 tahun.
ReplyDeleteKalau ada anak kecil yang suka buku dan minta dibacakan isinya, pasti kelak saat dewasa ia akan jadi anak yang hebat.
ReplyDeleteMengajarkan anak sejak dini utk membaca sangat perlu sekali
Kaizen pun saya ajak baca2 dr bayi, walau kemudian lbh senang ngusek2 kertasnya, asyik dgn suara kertas, hehe
ReplyDeleteInformasinya lengkap Mbak, bahasanya juga renyah.. hehe. Thanks for sharing, Mbak.
ReplyDeleteNo 5 penting banget nih, kadang ga sadar kami banyak pegang gadget jadi sikecil pun ikut2an. makasih remindernya Mba... programnya keren deh!
ReplyDeleteBtw kalo anak saya, boardbook pun pada sobek >.< emaknya jejeritan *ups
Sulungku berlangganan majalah sejak usia 1 tahun, Winnie The Pooh kesukaannya.
ReplyDeleteSalam kenal, Mbak...
ReplyDeleteJadi ingat keponakan yang sering ngerobek buku saya deh! Mungkin karena nemunya bukan buku khusus anak yang kertasnya tebal itu kali yaa? Jadilah empunya buku korban perasaan...��
Inspiratif sekali, terutama tentang program membaca 1000 buku sebelum usia 5 tahun itu.
ReplyDeletePengen coba juga ah ...
Makasih sharingnya mbak :)
Galfok sama rak bukunya.
ReplyDeleteBagus dan kreatif banget. Jadi keidean buat di salah satu dinding rumah nanti ��
anak-anakku belum begitu suka buku, Faiz suka bukunya Dinosaurus saja. Fira nich yang agak kelihatan menyukai buku. Kalau ambil buku, pasti langsung nyodorin, pingin didongengin
ReplyDeleteTipsnya keren. Ntar praktikin ah kalo udh punya bocah. Tengkyu mba
ReplyDelete1000 buku? Wow
ReplyDeleteTapi ini tantangan banget. Sejak A3 lahir, jarang banget bacain buku buat A1 n A2.. aaaah harus semangat mencuri waktu buat ngebacain. tfs mba helen