Posyandu bulan ini ada yang
berbeda. Biasanya balita hanya diukur berat badan dan tinggi badan tetapi kali
ini ada sosialisasi dari pihak puskesmas. Bidan mengingatkan bahwa bulan
Agustus dan September akan dilakukan imunisasi MR pada anak usia 9 bulan sampai
dengan kurang dari 15 tahun (sampai 15
tahun kurang sehari). Yup, MR singkatan dari Measles (campak) dan Rubella telah
masuk ke program imunisasi rutin dari pemerintah.
Imunisasi rutin di posyandu (sumber: riaulive) |
Belakangan ini sosialisasi
imunisasi MR tengah gencar beredar di masyarakat. Baik melalui media televisi,
grup chat di smartphone, spanduk di
depan rumah sakit, maupun brosur yang berisi pentingnya imunisasi tersebut. Sebenarnya
apa bahaya campak dan rubella? Mengapa imunisasi MR penting? Jumat, 21 Juli
2017 lalu dalam Temu Blogger dengan Kementrian Kesehatan RI di Jakarta, saya
berkesempatan mengenal lebih dekat bahaya campak dan rubella serta pentingnya
imunisasi MR dari 3 sudut pandang: pemerintah, tenaga medis, juga agama Islam.
Indonesia Bebas Campak dan Rubella di Tahun 2020
Direktur Surveilans dan Karantina
Kesehatan Kemenkes, dr. Jane Soepardi
menjelaskan pemerintah telah mengatur tentang penyelenggaraan imunisasi
dalam Peraturan Menteri Kesehatan no.12 th 2017.
Selain itu dalam UU No.36 tahun 2009 Pasal 131 ayat 3 disebutkan pemeliharaan
kesehatan anak menjadi kewajiban orang tua, keluarga, masyarakat, juga
pemerintah.
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes, dr. Jane Soepardi menjelaskan dasar hukum imunisasi di Indonesia |
Imunisasi
merupakan wujud kepedulian pemerintah untuk menjaga kesehatan masyarakat.
Diharapkan imunisasi dapat menurunkan kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) dengan menggunakan vaksin.
Sebagian
PD3I telah masuk dalam program imunisasi rutin pemerintah, seperti: polio,
hepatitis B, campak, dan DPT. Mulai 2017, ada imunisasi tambahan yaitu
imunisasi MR. Mengetahui hal ini tentu saja saya bersyukur karena
imunisasi ini gratis. Sebelumnya pemerintah hanya meng-cover imunisasi campak yang dilakukan pada anak usia 9 dan 18
bulan. Kalau mau lengkap ya imunisasi
MMR (mumps, measles, rubella) di rumah sakit dengan biaya ratusan ribu hingga
jutaan rupiah.
Target kampanye imunisasi MR
sebesar 95% ke atas. Diharapkan Indonesia bebas campak dan rubella di tahun
2020 dapat tercapai. Imunisasi ini dilaksanakan bertahap di 34 provinsi di
Indonesia, baik itu di PAUD, TK, SD/MI/sederajat, SMP/MTs/sederajat, posyandu,
poskesdes, puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.
Fase pertama yaitu bulan Agustus
dan September 2017 di Pulau Jawa dengan pembagian bulan Agustus di
sekolah-sekolah dan bulan September di posyandu, puskesmas, dsb. Fase kedua
berlangsung pada Agustus dan September 2018 di seluruh provinsi di Indonesia.
Semua anak mulai usia 9 bulan
hingga kurang dari 15 tahun wajib mendapatkan imunisasi MR. Meskipun sebelumnya
pernah diberi vaksin campak atau MMR, tetap imunisasi ulang karena kita tidak
tahu keefektifan imunisasi sebelumnya.
Sekali lagi, imunisasi MR ini
gratis! Sekali buka botol, vaksin hanya bisa bertahan hingga 6 jam. Dengan
imunisasi massal, biaya yang dikeluarkan pemerintah jauh lebih hemat.
Selain imunisasi, pemerintah
menyediakan buku KIA (warna merah
muda) yang berisi informasi mengenai kehamilan dan tumbuh kembang anak sejak
lahir hingga usia TK. Setelah itu ada
buku Rapor Kesehatanku (warna biru) untuk anak usia sekolah hingga 18
tahun. Kedua buku ini penting dimiliki dan dibawa ketika imunisasi. Kalau belum
punya, hubungi puskesmas atau rumah sakit. Gratis juga!
Jangan Remehkan Campak dan Rubella
Rubeola, measles, tampek,
dabaken, atau morbili adalah nama lain campak.
Penyakit yang disebabkan paramiksovirus
ini nampak sepele. Gejalanya demam, nyeri tenggorokan, batuk, pilek, mata
merah, serta ada bercak kemerahan di wajah depan, bawah telinga, maupun samping
leher. Dalam 1-2 hari bercak ini menyebar hingga ke kaki. Setelah 3-5 hari
bercak berubah menjadi coklat kehitaman disertai penurunan suhu tubuh.
Kesannya penyakit campak telah
sembuh ketika badan tidak lagi demam. Padahal komplikasi dari campak dapat terjadi
bertahun-tahun setelahnya. Contohnya yang terjadi pada seorang wanita di
Inggris. Ia mengidap campak ketika kecil dan tidak diimunisasi. Di usianya yang
ke-24, ia kehilangan kesadaran dan terjatuh. Makin lama tubuhnya makin lemah
dan hanya terbaring di kasur. Wanita tersebut mengidap subacute sclerosing pan encephalitis.
dr. Hindra Irawan Satari dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
menyebutkan komplikasi berat pada campak mengakibatkan
gizi buruk, diare berat, pneumonia, radang otak, hingga kematian. Itulah
mengapa pentingnya imunisasi campak, baik pada yang pernah terjangkiti maupun
untuk pencegahan, karena tubuh tidak otomatis kebal terhadap campak meskipun
telah mengalaminya.
Di Indonesia ada lebih dari 4000
kasus campak. Umumnya penyakit ini dialami anak usia 17 tahun ke bawah.
dr. Hindra menunjukkan cara menutup hidung dan mulut ketika bersin supaya kuman, virus, dan bakteri tidak menyebar |
Lain lagi dengan Rubella. Penyakit yang disebabkan virus rubella masih berpotensi
menjangkiti orang dewasa, bahkan di usia 40 tahun. Itulah mengapa imunisasi MR
diberikan pada anak usia dibawah 15 tahun supaya memutus efek negatif bayi
terlahir cacat di kemudian hari.
Rubella sangat menular dan
gejalanya berupa penyakit ringan pada anak seperti demam ringan, bercak
kemerahan di kulit wajah, lengan, dan kulit kepala (disebut juga campak Jerman
karena gejalanya mirip campak). Ruam umumnya hilang sendiri dalam 3 hari.
Karena gejala yang nampak seperti
penyakit biasa, pengidap tidak menyadari bahwa sedang mengidap rubella.
Komplikasi berat berupa Congenital
Rubella Syndrome (CRS) dapat dialami oleh ibu hamil yang tertular virus
rubella, terutama trimester 1, karena dapat mengakibatkan aborsi spontan atau
melahirkan bayi dengan kelainan kongenital seperti kelainan jantung, retardasi
mental, tuli, atau katarak congenital. Bayi yang terlahir dengan kelainan katarak
harus segera dioperasi.
Pada tahun 1998 beredar kabar negatif
mengenai akibat vaksin MMR yang menyebabkan autism dan colitis. Hal ini
berdasar penelitian yang dilakukan dr. Andrew Wakefield dari Inggris. Dunia
kesehatan gempar dan masyarakat pun takut akan imunisasi MMR. Ternyata setelah
diteliti lebih dalam, dr. Andrew memanipulasi data penelitian. Berita itu hanya
hoax. Vaksin MMR tidak terbukti
menyebabkan efek samping seperti autism maupun colitis.
Fatwa MUI tentang Imunisasi
Dr. HM. Asrorun Ni’am Sholeh, MA,
Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat, menjelaskan bahwa MUI telah mengeluarkan fatwa MUI no. 4 pada 23 Januari 2016 yang
mendukung program imunisasi. Secara garis besar fatwa tersebut menyatakan bahwa
imunisasi hukumnya mubah (diperbolehkan) sebagai ikhtiar untuk mewujudkan
imunitas tubuh dan mencegah penyakit tertentu. Vaksin untuk imunisasi wajib
menggunakan vaksin yang halal dan suci. FYI, vaksin MR dari vaksin hidup yg
dilemahkan. Tiap dosis vaksin MR mengandung 1000 CCID50 virus campak dan 1000
CCID50 virus rubella dan tidak mengandung babi.
Imunisasi dengan vaksin yang
haram dan/atau najis tidak diperbolehkan kecuali:
- Digunakan pada kondisi al-dlarurat (kondisi terpaksa yang mengancam jiwa manusia) atau al-hajat (terdesak yang apabila tidak diimunisasi dapat menyebabkan penyakit berat atau kecacatan pada seseorang).
- Belum ditemukan bahan vaksin yang halal dan suci
- Adanya keterangan tenaga medis yang kompeten dan dipercaya bahwa tidak ada vaksin yang halal.
Dr. Ni’am juga mengingatkan dalam
Islam diajarkan untuk menjaga kesehatan diri serta lingkungan. Imunisasi
merupakan salah satu ikhtiar tersebut. Bila kita tidak berhati-hati menjaga
kesehatan hingga penyakit menular ke orang lain, hal ini sama dengan merugikan
orang lain. Maka imunisasi bukan hanya untuk melindungi diri sendiri tetapi
juga tanggung jawab sosial yang harus dilakukan oleh kita, masyarakat, pemerintah,
dan tenaga medis.
Mengetahui penjelasan dari 3
sudut pandang di atas, saya makin yakin dengan imunisasi MR. Yuk, kita sambut
dengan baik program imunisasi rutin pemerintah. Bawa anak-anak ke posyandu,
puskesmas, maupun fasilitas kesehatan terdekat untuk dilakukan imunisasi, ya.
Untuk anak yang sudah bersekolah, pastikan juga bulan Agustus di sekolahnya
dilaksanakan imunisasi MR.
Anak saya usianya uda genap 2 tahunnih mbak. Tapi di Aceh baru tahun depan disediakan imunisasi MR nya ya. Harus sabar nih. hehe
ReplyDeleteBetul, bertahap nih hingga tahun depan. Semoga sehat sehat yaa.
Deletemakasih teh helen infonya, makin mantab bawa anak ke posyandu untuk imunisasi.
ReplyDeleteIya sama-sama.
DeleteSepakat... untuk generasi Indonesia yang lebih baik :)
ReplyDeleteYup, dukung program pemerintah untuk kesehatan masyarakat.
DeleteAlhamdulillah, anak-anak saya lengkap imunisasinya :)
ReplyDeleteAlhamdulillah. Bulan ini berarti KeNai imunisasi di sekolah ya
DeleteTFS mba. Lumayan banget ya MR sekarang masuk program gratis ��
ReplyDeleteIya jadi hemat kan. MMR juga makin langka di Indonesia.
DeleteMakasih infonya mnak helen. Kebetulan anak saya mash 6 dan 2.5 tahun. Jd agustus nanti ikutan MR juga
ReplyDeleteYup betul. Bisa imunisasi di sekolah dan posyandu
DeleteAku pengen banget ikut seminar mengenai campak dan rubella ini biar lebih paham cara pencegahan dan mengatasinya, meskipun belum punya anak tapi suka was-was kalau lihat ponakan sakit. Mudah-mudahan para orang tua di daerah-daerah nggak ketinggalan info mengenai MR ini.TFS ya maak :)
ReplyDeleteBagikan artikelku ini aja, Mbak. Hehehe modus.
DeleteBetul, semoga masyarakat makin aware tentang pencegahan penyakit Campak dan Rubella
Yeaayy gak sabar imunisasi ini krn DEma gak dapat MMR, keburu langka. Udah request ke suami kalau pas imunisasi MR di posyandui ntr cuti aja, krn pasti dua balita bakal mewek. Maxy tetep mau kuimun lagi meski udah dapat MMR :D
ReplyDeleteIya lho katanya cari MMR sampai ke negara tetangga.
DeleteBaru tau cara menutup hidung saat bersih begitu. Jadi tau cara yang benar.
ReplyDeleteSiap ikutaaan, insyaAllah :)
ReplyDeleteSemoga gencaranya sosialisasi tentang MR dibarengi dengan tingginya kesadaran masyarakat ya Mba. Untuk generasi yang lebih sehat!
duh masih inget pas hamil 5 bulan anak2 kena rubella. Alhamdulillah udah di tri semester kedua. Sujud syukur janin ga kena.
ReplyDeleteIyaa niih..
ReplyDeleteUda berencana imunisasi campak di RS Melinda, Bandung.
Semoga Allah melindungi kluarga kita dari segala macam sakit.
Aamiin.
Hai mba Helena,
ReplyDeleteAnakku besok diimunisasi MR nih, pas banget baca postinganmu jd makin ngerti dan ga ragu buat TTD surat izin imunisasinya, maacih ya
Catat tanggal 19 harus ke posyandu ya buat imunisasi. Aku tiga orang anak ini
ReplyDeleteBoo sama Mika udah vaksin MR.. :) Bismillah semoga ya ikhtiar ini biar melindungi diri dan lingkungan juga.. Sempet heboh ya tentang MMR yang berefek autism eh tapi ternyata hoax ya mba.. Hadaaah
ReplyDeleteAamiin. Iya itu hoax setelah bikin heboh dunia persilatan. Syukurlah hasil penelitian menunjukkan negatif
DeleteKalo aku jujur aja masih ragu utk ikutkan aira imunisasi MR ini. Ragu bukan krn vaksinnya, tapi lebih ke kepastian kondisi anak sebelum di suntik. Krn menurur info yg aku baca sebelum anak di imunisasi, harus dipastikan terlebih dahulu apakah anak dalam kondisi fit atau tidak. Sementara pemberian imunisasi anak di sekolahan sepertinya tanpa melalui proses pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu.
ReplyDeleteoh setahuku kalau flu ringan boleh aja, Mbak. Tapi kalau ragu bisa disampaikan ke pihak sekolah. Semoga sehat-sehat yaa Aira.
Delete