Tidak ada sekolah formal untuk
menjadi ibu padahal profesi ini telah ada sejak awal kehidupan manusia. Dua
tahun menjabat profesi ini membuat saya sadar tugas ibu itu buanyaaaak dan
beragam. Betapa banyak PR saya untuk selalu memantaskan diri menjadi ibu yang
baik, yang membersamai tumbuh kembang kehidupan SID.
pendidikan anak usia dini |
Sebelum berkeluarga, saya
terbiasa hidup serumah dengan banyak keponakan sehingga sedikit banyak sering
berinteraksi dengan anak-anak. Kala itu interaksi kami mengalir begitu saja
tanpa ilmu yang mumpuni. Kini, dengan mengurus anak sendiri, saya menyadari
perlu menimba ilmu lebih dalam hal parenting. Ilmu ini saya pilih untuk
didalami pada universitas kehidupan karena dapat saya aplikasikan pada kegiatan
sehari-hari maupun berinteraksi dengan anak-anak lain (ada angan-angan
mendirikan sekolah).
Salah satu hal yang kini sedang
saya pelajari yaitu early childhood
education karena SID sedang berada dalam rentang usia tersebut. Ikhtiar
saya bulan ini yaitu mengikuti online
course di Open2Study.com bertema Early Childhood Education yang dibimbing
oleh Caitlin O'Connell dan Helen Lawrence. Secara garis besar kelas singkat ini
tentang: Examine the world of children
from 0 to 5 years. Explore how they develop and learn in this critical stage.
mencoba berbagai hal baru |
Materi di modul pertama seputar mengenal
dunia anak. Tiap anak terlahir berbeda dan unik. Hal ini perlu diingat orang
tua yang suka membanding-bandingkan anak dengan anak lain. Si A udah bisa ini
itu kok anakku belum sih? Trus capek sendiri karena terlalu banyak
membandingkan. Padahal tumbuh kembang tiap anak di usia yang berbeda-beda.
Tenang aja, semuanya itu secara bertahap. Contohnya dari bayi yang cuma telentang
lalu belajar tengkurap, duduk, merangkak, berdiri, dst.
Tumbuh kembang anak dapat dilihat
dari 4 aspek yaitu:
- Cognitive: kemampuan berpikir logis
- Physical: kemampuan fisik
- Social/Emotional: kemampuan mengekspresikan diri, memahami orang lain, dsb
- Language: kemampuan berkomunikasi
Di sini ada 3 tahapan usia yang
dibahas, yaitu infant, toddler, dan preschooler. Di tiap tahap, keempat
aspek di atas berkembang secara holistik. Contohnya sebagai berikut:
Infant (0-1 tahun)
Cognitive: mengenali wajah ibu
Physical: bisa tengkurap,
merangkak, duduk, dan berdiri
Social/Emotional: tersenyum
Language: babbling sebagai respons saat diajak berbicara
Toddler (1-3 tahun)
Cognitive: memahami arahan pendek
seperti letakkan sepatu di depan.
Physical: berjalan dan berlari
Social/emotional: bermain dengan teman (parallel play)
Language: berbicara 1-2 kata
seperti “ke taman” dengan maksud mengajak pergi ke taman
Preschooler (3-5 tahun)
Cognitive: berhitung, memahami
arahan atau perintah yang panjang (misal: letakkan sepatu di depan, lalu ambil
payung berwarna biru dan berikan ke ibu.)
Physical: naik sepeda
Social/emotional: bisa memahami
perasaan orang lain
Language: berbicara dengan
kalimat lengkap, seperti “Ayo pergi ke taman.”
Baca juga: Belajar Computational Thinking dan Keterampilan Abad 21
Learning Through Playing
Bagi anak-anak, bermain itu
seperti bekerja. Dengan bermain, ia mengasah kemampuan diri. Untuk itu orang
tua perlu memfasilitasi kegiatan bermain anak dengan waktu dan bahan-bahan
untuk mengembangkan imajinasinya. Memberi waktu yang cukup itu perlu. Saat anak
sedang asyik bermain, usahakan tidak menginterupsi supaya lekas selesai atau
agar anak berpindah ke permainan lain. Follow
the child.
Saat anak bermain, ikutlah tetapi
jangan memegang kendali. Biarkan anak berkreasi dan lempar pertanyaan untuk
mengembangkan imajinasinya. Contohnya ketika anak bermain building block membangun kota, orang tua dapat menambahkan mobil,
kereta, dan orang-orangan. Lalu tanyakan, kira-kira orang itu mau pergi kemana?
Naik apa? dan semacamnya.
Beri waktu untuk bermain |
Pernah melihat anak berebut
mainan dengan temannya? Itu mungkin karena ia belum mengenal empati. Di awal
usianya, anak bermain dengan dirinya sendiri. Saat usia toddler, ia dapat bermain dengan temannya namun masing-masing sibuk
sendiri (parallel play). Memasuki
usia preschooler ia mulai berempati
dan dapat bermain bersama teman-temannya (cooperative
play).
Pada modul pembuka ini juga
dibahas Early Learning Framework for
Australia (2009) yang terdiri dari belonging,
being, and becoming. Kursus ini memakai standar Australia karena Open2Study
berasal dari sana.
Do people like me? |
Belonging: knowing where and with whom you belong is
integral to human existence. Belonging
ini bisa merujuk pada tempat yang membuat rileks, damai, dan feels like home, bisa di dalam rumah
atau di luar. Selain itu juga keluarga, kelompok pertemanan, atau lingkungan
yang membuat anak merasa memiliki. Hal ini karena manusia sebagai makhluk
sosial yang memikirkan apakah orang lain suka pada dirinya atau tidak.
Belonging dipertimbangkan dalam memilih day care, PAUD, atau TK untuk anak. Sebelum memutuskan menempatkan
anak ke tempat tersebut, selayaknya orang tua melakukan survey apakah tempat
tersebut nyaman dan aman untuk anak, apakah anak akan merasa senang di sana,
dsb.
Being: Children is a time to be, to seek and make meaning of the world.
Anak-anak layak mendapatkan kesempatan untuk mencoba, mengeksplorasi, dan menemukan
sesuatu. Daripada memaksakan anak untuk cepat mengikuti kegiatan ini dan itu,
lebih baik beri waktu dan kesempatan anak untuk bereksplorasi lebih lama di
suatu hal. Once again, follow the child.
Becoming: becoming reflects
the process of rapid and significant change that occurs in the early years.
Orang tua jangan hanya memikirkan anak akan menjadi apa kelak (profesi) tetapi
juga mengajarkan values and beliefs supaya anak tumbuh menjadi compassionate human being dan jujur. Anak
menjadikan orang tua sebagai role model yang sifatnya akan dibawa hingga
dewasa.
Itulah rangkuman dari modul 1
Early Childhood Education. Minggu depan, kelas ini akan membahas lebih dalam mengenai
“Belonging”. Rangkuman dan diskusinya bisa disimak di twitter dengan tagar #O2SEChldEdu atau kalau tertarik ikutan, masih bisa daftar di Open2Study.com. It's free!
Anak berebut mainan hal yang sering terjadi ya mba, apalagi jika anak sering bermain sendiri tanpa didampingi atau diberi kesempatan bermain bersama orang lain, sehingga dia merasa semua permainan miliknya
ReplyDeleteEgonya masih tinggi, belum belajar berbagi. Masuk usia 3 th anak mulai ngerti buat main bareng
DeleteIlmu baru nih buat saya, mba. Makasih sudah berbagi, mba. Kayaknya oke juga kalau ikuti materinya via streaming ya
ReplyDeleteIya bisa nonton lewat Youtube jadi fleksibel belajarnya
Deletewajib banget ini diajarin ke anak-anak sejak dini ya mbak, seru sharingnya :D
ReplyDeleteMakasih ya. Semoga bermanfaat
Deletejadi seorang ibu emang harus belajar banyak ya mba Helen.
ReplyDeleteDuh kudu siap2 ilmu dan mental i ni
Bismillah belajar pelan-pelan, Nyi
DeleteMakasih ilmunya, Mbak. Bagus banget. Insya Allah nanti aku terapkan kalau sudah punya anak.
ReplyDeleteIya sama-sama, Mba
DeleteIlmu yang bermanfaat sekali mbak, terima kasih banyak :)
ReplyDeleteTernyata emang anak sampai usia 5 tahun itu fasenya bermain ya Mbak, bermain sambil belajar. Makasih sharingnya mbak, aku jadi tau stage2 pendidikan anak yg sesuai dg umurnya
ReplyDeletekeren banget artikelnya.. para orang tua wajib baca nih.. nice sharembak helena, salam kenal yaa.. :)
ReplyDeleteMain ceplok2an pake spons kayaknya seruu
ReplyDeleteLagi..lagi pelajaran menjadi ibu bisa kita dapatkan dari sekitar yaa, ini lagi belajar menjadi ibu yang mempunyai anak abege huhuu.
ReplyDeleteMakasih ya sharingnya. Itu topengnya SID kok bagus banget ya, penasaran deh
ReplyDeleteini sisi positif dari dumay, kursus online jarak jauh dan free pulak, aku catat summary-nya, nambah ilmu nih
ReplyDeleteAku juga punya ponakan banyak banget dan dekat semua denganku. Setiap anak memang punya keistimewaan sendiri2.
ReplyDeleteMenjadi ibu adalah belajar tanpa akhir ya
waaa... seru ya pelajarannya. menarik!
ReplyDeleteInteresting subject indeed! Saya juga seneeeng baca-baca modul seperti ini..
ReplyDeleteanak-anak sering kali rebutan mainan tuh.. :D
ReplyDeleteCara iku kelas onlinenya gmn? Ada perangkatan gtu atau bebas aja kapanpun boleh ikutan?
ReplyDeleteKyknya pernah sepintas tau web itu tapi lupa2 inget hehe, apa taunya dr dirimu ya dulu? :D
iya sense belonging itu penting bagi anak, apalagi kepunyaan mereka sebelumnya cuma satu: rumah. anakku dulu 4 jam di sekolah ya ditungguin terus di kelas. kesel, tapi worth it lah, sekarang emaknya udah bisa koprol2 sendirian di rumah hahaha
ReplyDeleteKu kira ini tulisan berbhs Inggris wkwkwk but it's ok. Skrg tuh enak yak,hampir semua hal dpt dipelajari scr online termasuk ttg parenting. Mendidik dan membesarkan anak memang perlu bgt ilmu yg tepat spy anak bs tumbuh cerdas dan bahagia.
ReplyDeleteSetuju banget sama ini, "Tiap anak dilahirkan berbeda dan unik!"
ReplyDeleteJuga yang ini,usia 0-5 tahun adalah "critical age", perlu perhatian ekstra kita, selaku orang tua.
Memang menjadi ibu itu penuh tantangan yang berbeda di setiap umurnya,,harus selalu mengupgrade ilmu biar gak ketinggalan dan kalah pinter sama anak sendiri hehe..nice sharing mba helen :)
ReplyDeletewah jadi selama ini anak-anak bertingkah aneh, berantem sama anak lain, gak mau diem, dan suka ngomong sendiri pas lagi main ternyata ada ilmu dan makna nya toh. saya awam gini ya. jadi belajar sebelum punya anak nih heehe
ReplyDeletenice artikel kak, iya.. kalo mau jadi dokter ada sekolanya, polisi juga.. nah, kalo mau jadi ibu atau orangtua gak ada sekolahnya ya... jadi mesti belajar sendiri
ReplyDeletebaru mulai ngajarin si kecil main ama temannya nih.. anaknya agak pemalu, kalo disuruh main sama temannya kadang sembunyi, tapi kalo sudah dekat sama satu dua teman, malah ga mau lepas. hehe.. Nice artikel, kak.. semangat ya..
ReplyDelete