Sid sempat
addicted to gadget, maunya nonton video terus-menerus. Awalnya smartphone kami
pakai untuk berfoto, melihat foto dan videonya, juga video call dengan
keluarga. Kemudian ia nonton video lagu anak-anak di YouTube sampai bisa
menirukan sedikit-sedikit padahal ngomong “Ayah” atau “Ibu” saja belum bisa. Sehari
nonton 1-2 video, lama-lama ia ketagihan sampai bisa 30 menit nonstop
memandangi layar smartphone. Matanya tampak lelah tapi ia masih ingin menonton
lagi dan lagi. Saya mengambil HP dengan paksa meski ia meraung-raung. Tak hanya
itu, malamnya ia mengigau sambil menangis kencang efek HP yang tadi saya ambil.
Kejadian ini terjadi beberapa kali hingga membuat tetangga terganggu dengan
suara tangisan Sid.
Saya merasa
bersalah karena sering menggunakan smartphone di depannya. Tingkah polah anak
yang lucu membuat saya sering mengabadikannya. Selain itu saya kerap online di
depan Sid hingga lupa bahwa ia mudah menirukan apa yang dilakukan orang tuanya.
Rasanya ingin melepaskan diri dari HP
tapi apa mungkin karena pekerjaan saya berhubungan erat dengan benda tersebut.
Hal ini membuat saya tertarik mengikuti #BlibliFriendsMeetUp di Taman Main
Daycare, Jakarta pekan lalu (26/3) yang membahas mengenai cara mengelola screen
time anak dengan bijak.
Mengenalkan Gadget Pada Anak, Yay or Nay?
Sekarang ini
hal lumrah melihat bayi memegang gadget dibanding memegang buku. “Kalau buku
takut sobek,” ujar seorang ibu ketika saya tanya. Survey yang dilakukan Rumah
Dandelion (th 2016) menunjukkan 98% anak sudah terpapar perangkat elektronik
(meliputi TV, smartphone, PC/laptop, dan tablet/iPad). Dari 74 responden dengan
anak usia kurang dari 2 tahun, 96% anak tersebut sudah terpapar perangkat
elektronik.
Gadget atau gawai
menarik serta membuat betah anak karena dengan sekali pencet bisa menampilkan
gambar beraneka rupa, berwarna-warni, dan muncul terus-menerus. Beda halnya
dengan bermain puzzle dimana anak harus menyusun sendiri dan tidak ada gambar
bergerak seperti di layar. Dengan gadget, Anak cukup duduk, pencet sana-sini,
dan munculah gambar serta musik yang menarik.
Binky
Paramitha I., M.Psi. , Psi., dari Rumah Dandelion memaklumi bahwa melepaskan
diri dari perangkat elektronik yang mudah diakses anak itu sulit. Terlebih lagi
kita, orangtua, sering menggunakannya di depan anak. Namun sebelum mengenalkan
anak dengan gawai, ada baiknya mempertimbangkan hal-hal berikut:
1. Pada periode emas tumbuh kembang anak, ia perlu mengasah kemampuan bahasa. Menonton video/film di tablet, smartphone, dan TV dapat menambah kosakata anak. Anak bisa menyanyi dalam Bahasa Inggris atau mengenal angka, abjad, dsb melalui lagu. Anak menjadi hafal namun sifatnya lebih ke satu arah dan tidak ada interaksi.
2. Penggunaan gawai dengan usaha minim (sekali pencet bisa menampilkan gambar beraneka rupa) membuat motorik halus maupun motorik kasar anak kurang terlatih. Anak menjadi kurang aktivitas fisik yang mempengaruhi kesehatannya.
1. Pada periode emas tumbuh kembang anak, ia perlu mengasah kemampuan bahasa. Menonton video/film di tablet, smartphone, dan TV dapat menambah kosakata anak. Anak bisa menyanyi dalam Bahasa Inggris atau mengenal angka, abjad, dsb melalui lagu. Anak menjadi hafal namun sifatnya lebih ke satu arah dan tidak ada interaksi.
2. Penggunaan gawai dengan usaha minim (sekali pencet bisa menampilkan gambar beraneka rupa) membuat motorik halus maupun motorik kasar anak kurang terlatih. Anak menjadi kurang aktivitas fisik yang mempengaruhi kesehatannya.
Binky Paramitha I., M.Psi. , Psi. menjelaskan dampak positif dan negatif screen time |
3. Dari segi sosial kemandirian, gawai membantu anak terkoneksi dengan keluarga yang berjauhan, seperti video call dengan kakek nenek atau dengan orangtua saat bekerja. Akan tetapi bila anak terlalu sering memakai gawai, dikhawatirkan ia menjadi cuek dengan lingkungan sekitar. Ia memilih bermain dengan gadget dibanding bersama teman-temannya.
4. Metode belajar anak usia dini adalah metode konkrit dimana mereka percaya dengan apa yang mereka lihat sebagai suatu yang benar dan wajar. Sebaiknya hindari film kartun dan film dengan adegan perkelahian. Pilih tontonan dengan tokoh boneka atau manusia yang mengajak berinteraksi.
5. Anak mudah meniru gerakan maupun ucapan dari apa yang ia lihat. Pernah dengar anak yang mendadak berlogat Melayu karena sering nonton Upin Ipin?
6. Gadget membuat anak kurang sabar serta kurang evaluatif untuk memecahkan suatu masalah. Contohnya pada Sid yang terbiasa nonton satu video berulang-ulang karena suka. Saat susah sinyal, videonya buffering, dia pun marah.
7. Sebelum mengajak anak ke bioskop, cek rating film dan pilih waktu yang sesuai. Apa yang anak lihat di bioskop membekas lebih lama di ingatan karena layar yang besar dan suara keras.
Untuk
meminimalisir dampak negatif gadget yang mengganggu tumbuh kembang anak, Binky
menyarankan agar orangtua aktif mendampingi anak dalam menggunakan gadget. Gadget
adalah media untuk belajar maka pilihlah program interaktif dengan kualitas
tinggi. Batasi waktu penggunaan, misal pakai rumus 1:5 yaitu 1 jam screen time
diimbangi dengan 5 jam outdoor activity (termasuk baca buku, main puzzle, dll).
Perhatikan tanda-tanda seperti mata lelah, speech delay, atau sakit punggung
karena lama membungkuk untuk segera ditindaklanjuti.
Orang tua perlu terlibat aktif dalam penggunaan gadget oleh anak |
Disiplin juga
perlu ditekankan pada anak. Ajak anak berdiskusi mengenai tipe gadget dan hal
apa saja yang boleh dimainkan. Buat kesepakatan bersama mengenai aturan
menggunakan gadget supaya anak belajar bertanggung jawab. Sampaikan pula pada
anggota keluarga atau pengasuh yang membantu mengurus anak sementara orangtua
bekerja. Mungkin pada awalnya anak akan menangis dan merengek namun ia perlu
berlatih disiplin, kita pun harus tegas menjalankan aturan.
Sebelum
mengakhiri presentasinya, Binky kembali mengingatkan bahwa gadget bukanlah
pengganti orangtua. Anak perlu mendapat perhatian, kasih sayang, pelukan, dan
ciuman. Jadilah orangtua yang terlibat aktif memantau penggunaan gadget pada
anak.
Mendongeng dengan 3DUPlay Zoo Playmat
Setelah itu
ada sesi dongeng dari Ayo Dongeng Indonesia. Dongeng kali ini spesial
menggunakan story mat. Sebuah matras bertema kebun binatang digelar di hadapan
anak-anak. Kakak-kakak dari Ayo Dongeng Indonesia mengajak anak-anak bermain
tebak-tebakan melalui lagu. Jawabannya ada di story mat tersebut. Aih, serunya
melihat anak-anak bersemangat menebak nama binatang.
Mendongeng dengan 3DUPlay Zoo Playmat |
Story mat
yang dipakai bukan matras biasa. Matras ini disebut 3DUPlay karena bisa
menampilkan gambar 3 dimensi bila dilihat dari aplikasi di smartphone. Wow, gajah,
monyet, dan hewan-hewan lainnya bergerak! Anak bisa berinteraksi dengan memberi
makan hewan, mengeja nama hewan, dll. Matras ini memanfaatkan teknologi
Augmented Reality (AR). Cukup install aplikasi 3DUPlay (tersedia untuk Android
dan iOS) lalu arahkan smartphone ke matras.
Fransisca
Krisantia Nugraha, Trade Partnership General Manager Blibli.com mengatakan “Kami
tak henti-hentinya terus mencari merchant-merchat
yang peduli dengan kualitas produk serta memperhatikan nilai edukasi bagi anak.
Kami senang ada salah satu merchant kami yang menawarkan solusi bagi orang tua
dalam memperkenalkan teknologi secara tepat kepada anak-anak mereka, dengan
memanfaatkan teknologi AR (Augmented
Reality)”.
Tuh, Zebranya bergerak |
Johan dari
3DUPlay menjelaskan produk ini asli buatan Indonesia. Wah hebat ya bisa
menciptakan matras edukatif seperti ini. Ada 2 ukuran, yaitu 90x120cm dan 200x120cm
dengan harga mulai Rp120.000,-. Mulai April 2017, 3DUPlay Zoo Playmat dapat dibeli
di Blibli.com. Mendongeng bersama anak semakin seru dengan matras 3DUPlay.
Mau mencoba
sebelum membeli? Bisa… 3DUPlay ada di Blibli Fun Festival (BFF), Eco Park Ancol
tanggal 8-9 April 2017. Di sana Si Kecil bisa bereksplorasi dengan matras ajaib
ini.
*
Sepulang dari #BlibliFriendsMeetUp kali ini saya kenyang ilmu parenting untuk diterapkan dalam mengasuh anak. Selain itu saya dapat bonus 3DUPlay Zoo Playmat untuk dipakai di rumah. Asik... Sid bisa bermain sambil belajar mengenal hewan.
Ceritanya piknik di kebun binatang pakai 3DUPlay Zoo Playmat |
Gie juga udah coba playmat Eduplaynya. Dia ketawa2 sendiri lihat binatang yg bergerak di handphone
ReplyDeleteIya seru mainnya. Bisa belajar baca juga
Deleteusia anak memang seharusnya di hindari utk kecanduan gadget. karena dunia mereka keceriaan yg real, bukan visual
ReplyDeleteMengenalkan gadget ke anak perlu pendampingan orangtua supaya gadget bisa jadi media belajar yang positif
Deletelucu 3DUPlay Zoo Playmat inovasi baru buat sarana bermain yang edukatif y mba :)
ReplyDeleteBetul, bisa main bareng anak pakai playmat lucu
DeleteIya bener jd kurang sabaran anakku semenjak kenal gadget
ReplyDeletetetep diimbangi dengan aktivitas fisik ya mba
DeleteBeugh playmat-nya cakep amat itu mba, mupeng aku :O
ReplyDeleteAda di Blibli, sok wae diorder, heee
DeleteAlhamdulillah anak2 udah jarang dikasi gadget.. lebih banyak diajarin main puzzle, membaca dll..
ReplyDeleteBaca-baca juga seru. Kalaupun ada screen time, dibatasi sesuai usia anak.
DeleteAku cuma izinkan anakku main game hari sabtu aja mbak itupun 2jam aja klo ga gitu takut kecanduan aja
ReplyDeleteIyes, perlu dibuat kesepakatan dengan anak tentang screen time. Win win solution nih
DeleteNaqiya juga kecanduan gadget nih say. Saban hari selalu nonton video lagu2 sampai bisa hafal n joget2 juga.
ReplyDeleteHihi...iya sampai hafal lagu dan gerakannya. Coba deh pakai rumus 1:5, 1 jam screen time diimbangi 5 jam outdoor activity.
DeleteDuh agak2 tersentil baca artikel ini, hehe. Btw, naksir banget sama playmat-nya, si bungsu pasti suka banget nih kalo punya..
ReplyDeleteEh tapi anak-anak Mba Zata bisa ambil sisi positif dari gadget lho dengan bikin video. Hebat deh
DeleteAlhamdulillah mba d rmh gk d biasakan main HP klo pegang hp ada jam-jam tertentu noted infnya
ReplyDeletesetuju, harus ada aturan yang disepakati bersama.
DeletePlaymat-nya lucu banget bisa buat dikadoin untuk keponakan.
ReplyDeleteIyaa cocok buat kado dan bisa dipakai dari bayi sampai gede
DeleteAnak-anak jarang kupegangi gadget krn di rmh inet nyala terus. Pernah ada kejadian tmnku berjilbab trus anaknya main henpon trus gak sengaja kefoto dan foto ibunya keunggah di grup chat gtu. Anak2 kan suka pencet2, aku ngindarin hal2 gtu hehe.
ReplyDeleteNah kayak gini juga khawatirnya. Kadang salah pencet jadi berabe deh. Penting supaya anak mengerti tanggung jawab saat memakai gadget
DeleteJadi fokus dengan Playmetnya deh. Aisyah pintar Buka YouTube, aduh gimana ini
ReplyDeleteYouTube bisa difilter supaya kontennya ga aneh-aneh deh. Tapi tetep dampingi saat main ya mba
Deleteponakanku hari-hari gadget maak, diajak temannya main ngelesnya panas main di luar :D
ReplyDeleteHeuuu sini tak pinjemin payung
Deleteuuuh keren buangeeett karpetnya kaya mainan boboiboy nih, bisa 3D.. Sid jd pintar dan betah duduk di situ ya :-)
ReplyDeleteIyaa Sid amazed lihat hewan di karpet bergerak. Bisa dikasi makan dan diajak main
DeleteTeknologi augmented reality memang sedang naik daun. Sekarang anak saya sedang keranjingan aplikasi auhmented reality ini juga. Saya nggak kuatir keterampilan motorik halusnya melambat meskipun untuk memainkan teknologi ini ia harus memeganh HP. Karena aplikasi ini membuatnya harus menggerak-gerakkan tangan di atas layar HP untuk bisa menikmatinya.
ReplyDelete