Dari SD sampai SMA saya selalu
dibawakan bekal oleh ibu. Menunya sederhana. Nasi, lauk pauk, juga sayur.
Selain hemat, masakan rumahan juga lebih sehat. Kalau beli makanan di warung
atau restoran, kita tidak tahu cara mengolahnya. Khawatir terlalu banyak MSG
atau bahan yang dipakai sudah tidak fresh
lagi. Begitu pula gambaran saya jika anak saya sudah bersekolah. Daripada jajan
sembarangan, lebih baik saya bawakan bekal untuknya. Namun ada pertanyaan
menarik yang dibahas dalam rangka Hari Gizi Nasional. Apakah masakan rumahan
selalu lebih sehat? Atau menjadi silent
killer?
Simposium pada 25 Januari 2017 yang
diadakan di Ballroom Cheers Residential RS Pusat Pertamina, Jakarta bekerja
sama dengan SunCo membahas hal tersebut. Masakan rumahan yang selama ini saya
pikir menyehatkan dapat berubah menjadi sumber penyakit bila tidak diolah
dengan benar. Apa solusinya?
Narasumber memaparkan tentang pola hidup sehat |
Dr. Entos Zainal, DCN, SP, MPHM, Sekretaris Jenderal PERSAGI, menunjukkan kajian ilmiah
bahwa gizi sangat berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Memperbaiki asupan gizi
berefek pada perkembangan otak juga sel syaraf. Beliau menambahkan tinggi badan
hanya 15-20% yang bersifat genetis, sisanya dipengaruhi lingkungan. Bila orang
tua pendek, anak belum tentu pendek jika gizinya tercukupi.
Diantara 3 sumber energi
(karbohidrat, protein, dan lemak), lemak memiliki kandungan kalori terbesar
yaitu 9 kilo kalori tiap 1 gram. Kekurangan lemak bisa membuat sakit, kelebihan
lemak juga tidak baik bagi tubuh. Maka tiap manusia butuh mengonsumsi lemak
dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Lemak sendiri berguna untuk mengaktifkan
vitamin A, D, E, dan K.
Salah satu sumber lemak yaitu
minyak. Untuk memasak di rumah, ibu perlu memilih minyak goreng yang baik.
Salah memakai minyak goreng bisa menyebabkan penyakit.
Antusiasme para undangan mengikuti simposium |
Sebelum mengetahui ciri-ciri minyak goreng
baik, Theresia Irawati, SKM, M.Kes
selaku Kasi Kemitraan Subdit Advokasi dan Kemitraan Direktorat Promosi
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementrian Kesehatan RI menjelaskan
program pemerintah yang disebut Germas. Germas merupakan singkatan dari Gerakan
Masyarakat Hidup Sehat. Masyarakat Indonesia kini mengalami perubahan gaya hidup yang membuat
penyakit lebih mudah datang. Manusia dimudahkan oleh teknologi sehingga
aktivitas fisik berkurang. Ada pula fenomena merokok sejak usia dini hingga
muncul istilah baby smoker atau perokok bayi (Miris deh melihat
foto bayi montok yang asyik merokok. Mana orang tuanya?). Selain itu kurang
mengonsumsi buah dan sayur padahal Indonesia beriklim tropis dengan ragam buah
dan sayur yang banyak. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
menunjukkan Indonesia mengonsumsi garam dan lemak berlebih.
Masalah di atas mendorong pemerintah
mencanangkan Germas untuk hidup yang lebih sehat. Dalam Permenkes No. 30 Tahun
2013 disebutkan batas konsumsi gula, garam, dan lemak yaitu G4, G1, L5. Maksudnya 4 sdm gula, 1 sdt
garam, dan 5 sdm minyak tiap hari. Disarankan pula mengonsumsi 2 porsi sayur
dan 3 porsi buah, atau sebaliknya, setiap hari.
dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc, Sp.GK., Sekretaris Komite Nasional Gizi dan Penanggulangan Penyakit
Tidak Menular IDI, membawa hasil riset yang mengejutkan. Penyakit tidak menular
(PTM) menjadi penyebab 71% kematian di Indonesia. PTM seperti penyakit jantung
dan diabetes tanpa kita sadari bisa menyerang tubuh secara perlahan diawali
dari pola hidup tidak sehat. Perhatikan makanan yang dimakan juga cara
mengolahnya. Riset menunjukkan lemak yang berhubungan dengan penyakit kardiovaskuler
adalah lemak trans, bukan lemak
jenuh.
Beberapa cara untuk menghindari
lemak trans, yaitu:
- Mengurangi konsumsi makanan yang telah diproses
- Memakai butter/mentega daripada margarin
- Memilih olive oil atau minyak kelapa, bukan minyak sayur
- Gunakan minyak kelapa atau kelapa sawit untuk menggoreng
- Perhatikan komposisi pada kemasan makanan. Hindari partially hydrogenated oil atau hydrogenated oil.
(ki-ka): Mulani Wijaya, M Zulkifli (moderator), Dr. Entos Zainal, DCN, SP, MPHM, Theresia Irawati, SKM, M.Kes, dr. Tirta Prawita Sari, M.Sc, Sp.GK, dan Christian Sugiono |
Ngeri ya membayangkan masakan
rumahan yang selama ini saya pikir sehat ternyata jika salah mengolah dapat
menimbulkan penyakit. Pemilihan minyak goreng sangat penting karena saya suka
menggoreng dan menumis masakan. Kalau terlalu banyak minyak meresap di makanan,
tubuh mengonsumsi minyak berlebih yang menyebabakan obesitas, penumpukan lemak
di hati, sampai jantung koroner. Astaghfirullah…
Supaya tidak salah lagi menggunakan minyak goreng, ini ciri-ciri minyak goreng baik yaitu:
- Bening
- Tingkat kekentalan menyerupai air (lebih encer)
- Sedikit menyerap ke bahan pangan
- Tidak mudah beku
Dari poin-poin di atas, minyak
goreng SunCo memenuhi kriteria sebagai #minyakgorengbaik yang sedikit menyerap ke bahan makanan atau #dikitnempel di makanan. Gizi dari bahan yang dimasak pun masih
terjaga. Coba lihat informasi nilai gizi pada kemasan SunCo. Di situ tertulis
SunCo terbuat dari minyak kelapa sawit dengan kandungan lemak trans 0 gram.
Menggoreng lebih aman dengan SunCo.
“Agar terhindar dari penyakit
berbahaya, pastikan jangan gunakan minyak secara berulang-ulang. Jika minyak
sudah berubah warna akibat sisa makanan, sebaiknya ganti dengan minyak yang
baru. Selain itu, hindari penggunaan suhu terlalu panas saat memasak karena dapat
membentuk radikal bebas yang merugikan kesehatan dan merusak kandungan vitamin
dalam minyak goreng.”, ujar Mulina
Wijaya, Deputy Marketing Manager SunCo.
Pada simposium ini juga ada demo
memasak membuat mayonaise dengan bahan minyak goreng SunCo. Sahabat baik SunCo
langsung mengerumuni chef untuk melihat prosesnya. Di sela-sela demo memasak, ada
pula tes organoleptic dengan meminum
1 sendok makan SunCo. Awalnya Christian Sugiono, brand ambassador SunCo,
meneguk sesendok SunCo. Ekspresi wajahnya biasa saja seperti meminum air.
Kemudian hal ini diikuti 3 orang undangan yang sudah memegang sendok
masing-masing. Saya sempat bertanya ke salah satunya, yaitu Ibu Sumiyati
Sapriasih. Menurut beliau rasanya seperti minum air biasa, tidak serik di
tenggorokan. Saya jadi semakin yakin kalau SunCo minyak goreng baik yang
dikiiit nempel di makanan.
Chef Nanda membuat mayonaise yang sehat dengan salah satu bahan SunCo |
"Rasanya seperti minum air dan tidak serik di tenggorokan," ujar seorang undangan setelah melakukan tes organoleptic |
Berani mencoba tes organoleptic?
Ingin tahu lebih lanjut tentang minyak goreng yang baik? Langsung mampir ke website SunCo atau Facebook fanpage SunCo aja ya. SunCo juga punya banyak resep masakan untuk dicoba di rumah yang bisa diakses di www.resepsehat.com
sunco minyak sayur juga bukan ya?
ReplyDeleteiya ya ngeri juga, selama ini suka anggep yg bahaya klo jajan diluar aja :(
Minyak kelapa sawit nih mba
DeleteHehe aku di rumah pakain sunco, aman dan sehat berarti ya alhamdulillah :D
ReplyDeletehabang tian aja pake ini yukkk diminum bang minyaknya *apasiih
ReplyDeleteSalah fokus nih
DeleteMinum sesendok minyak goreng itu lho yg bikin gimana gitu. Aku juga pake sunco lho, ternyata memang pilihan
ReplyDeleteHihihi aku belum berani mencoba
Deletemengikuti simposium membuat jadi lbh mengetahui minyak goreng yg baik
ReplyDeleteIyes dapat info buat kesehatan keluarga
DeleteSaya sudah lama dengar minyak goreng Sunco bisa ditest dengan cara di minum, tapi jangan banyak-banyak heheheh.
ReplyDeleteSesendok aja ya. Sisanya buat memasak.
DeleteSimposium yang bikin saya jadi ngeh, kadar gizi sampai ke minyak gorengnya perlu banget diperhatikan. Mantap deh SunCo ngadain acara kayak gini.
ReplyDeleteSemoga symposium seperti ini juga ada di daerah lain supaya makin banyak yang aware cara memasak yang benar.
DeleteUntungnya memang jrg pake garam n gula d rumh lebih d banyakin bimbingan rempah klo masak dan buat minyak dh pake dr dulu^^
ReplyDeleteKadang kurang terkontrol kalau makan di luar rumah. Masih tergoda donat dan kue yang manis.
Deleteini minyak makan ku di rumah mak, selalu pakai ini alhamdulillah ya sudah pili minyak makan yang tepat :)
ReplyDeleteUdah coba tes organoleptik,mba?
Deletehmmm, margarin ama mentega beda ya mb
ReplyDeleteBeda mba.kalau di luar negeri mentega biasa disebut butter. Yang ini memang lebih sehat tapi mahal.
Deleteaku mentega yang masih suka dipake. padahal enak klo pipilan jagung yang direbus dikasih mentega, susu, trus sambal. slurrpp...
ReplyDeleteMentega lebih aman daripada margarine.
DeleteKayaknya acaranya seruu... Pasti rame ya ketemu teman lain. Sambil icip-icip masakan chefnya ga?
ReplyDeleteMasakannya cepet banget habis. Udah diserbu yang duduk depan.
DeleteEh mmg mentega ama margarin itu beda ???
ReplyDeleteBeda kak. Margarine udah asin. Kalau mentega ada yang salted dan non salted
DeleteHari ini lagi promo di Alfa , yuk beli Sunco
ReplyDeleteWah telat bacanya. Eh tapi biasanya tiap weekend ada promo JSM ya
Deleteiya sekarang penyakit ngeri-ngeri, duh.. mesti jaga makan dan bergaya hidup sehat seperti germas itu :D sepertinya mesti rajin masak dengan mengurangi minyak, hehe..
ReplyDeletekurangi gorengan, yes!
DeleteKlo lagi keranjingan makan gorengan aku mengimbanginya dengan banyak minum air putih ..
ReplyDelete