Menerbitkan buku dari catatan blog, caranya? |
Saat menyebut "Kambing Jantan", apa yang ada di
pikiranmu? Bukan, ini bukan tulisan menyambut Idul Adha atau aqiqah, hahaha. Kambing Jantan adalah film
Indonesia yang rilis tahun 2009. Film ini diadaptasi dari buku yang berjudul
sama. Sebelumnya lagi, buku tersebut merupakan kumpulan kisah yang ditulis di
blog Raditya Dika berdasar kisah nyata dirinya yang kocak, bodor, dan
ajaib-kok-bisa-terjadi. So,
perjalanannya adalah curhat di blog - buku - film.
Seru ya kalau dari curhat bisa sampai terbit buku, bahkan dibuat
film. Di Blogger Hangout ke-7 yang diadakan BloggerCrony Desember 2016 lalu,
saya mempelajari proses panjang Blog to Book. Benar-benar panjang dan penuh
lika-liku.
Lokasi Blogger Hangout kali ini berada di Food Court lantai 3
Cikini Gold Center (CGC). Meski sering lewat Cikini, saya baru sadar ada CGC
ini. Sesuai namanya, di sini pusatnya jual-beli perhiasan. Tempatnya bersih dan
teratur. Di lantai atas banyak juga toko souvenir dan parcel. Sepertinya ini
pindahan dari penjual di Stasiun Cikini yang kini telah dirapikan.
Sampai di CGC, saya mendapat voucher Rp 10.000,- untuk makan
siang. Pilihan menu di food court beragam, mostly
masakan Indonesia. Saya tertarik mencoba ayam bakar di "Serba Cobek".
Tampilannya bersih dan harganya terjangkau. Untuk menu yang saya pesan harganya
Rp 18.000,- dengan porsi komplit nasi, ayam, tahu, tempe, lalapan, dan sayur
asem. Nasi hangat disajikan dengan potongan ayam ukuran medium cukup mengobati
rasa lapar. Bumbu ayamnya meresap hingga ke dalam. Saya menikmati tiap
gigitannya. Setelah kenyang, saya siap menerima materi Blog to Book yang
disampaikan Ang Tek Khun.
Blog to Book
Mengapa harus menghasilkan karya dalam bentuk buku? Sekarang kan
eranya digital. Apa buku masih laku? Saat TV menjadi populer, apakah radio
menghilang? Saat internet datang, apakah TV gulung tikar? Tidak juga, semuanya
masih eksis dan mengikuti perkembangan zaman. Begitu pula dengan buku. Kalau
melihat di bagian belakang buku ada barcode dan kode yang disebut ISBN. Itulah identitas
sebuah buku yang berlaku secara internasional. Ibaratnya ISBN itu sidik jari
buku, masing-masing judul buku punya kode unik.
Salah satu peserta Blogger Hangout bercerita naskahnya sudah
ditolak berkali-kali oleh penerbit. Pedih ya. Lalu naskah yang seperti apa yang
bisa lolos? Sebelum disetujui, banyak pertimbangan dari segi penerbit. Hal ini
menyangkut content, gaya penulisan,
perkiraan laku-tidaknya di pasaran, dan lain sebagainya. Well, it’s about business so perhitungan cost-benefit dipikirkan masak-masak.
Penerbit pun ada beberapa tipe. Penerbit besar atau dikenal dengan
istilah penerbit mayor memiliki
seleksi ketat sebelum menyetujui suatu naskah. Setelah deal, penulis akan
menandatangani persetujuan dengan penerbit. Urusan cetak, distribusi, hingga
pemasaran ditangani penerbit. Umumnya penulis mendapat royalty 10% dari harga bruto.
Ada pula penerbit indie yang
mencetak buku berdasarkan budget penulis. Effort
penulis termasuk dalam hal memasarkan buku tersebut. Beda lagi dengan self-publishing yang menerbitkan buku
sendiri tanpa kerja sama dengan penerbit yang sudah ada.
Penulis perlu mencermati perjanjian dengan penerbit. Ada yang jual
putus, maksudnya naskah diserahkan ke penerbit dan fee hanya diberikan satu
kali ke penulis, ada pula yang tidak. Untuk jual putus dapat dilakukan bila
tema yang diangkat hanya tenar dalam waktu singkat. Kalau tema yang ditulis
sifatnya long-lasting dan kemungkinan
dapat dicetak berulang kali, sebaiknya jangan jual putus supaya royalty mengalir
terus.
Yang Dicari Editor Saat Blogwalking
Sebagai editor, Ang Tek Khun sering blogwalking mencari calon penulis untuk “dipinang”. Editor
menginginkan tulisan yang menarik dan bagus dari segi isi maupun gaya penulisan.
Mendengarkan hal tersebut saya berdoa semoga ada editor yang nyasar ke blog
saya sambil mencetus “Aha, ini dia yang saya cari.”.
Content
is the king. Quote ini juga diakui pemilik akun instagram @angtekkhun1. Beliau
pun memberi kiat menulis yang baik, antara lain:
· Beri user experience.
Pembaca lebih percaya bila si penulis berbagi pengalaman pribadinya, bukan
hanya menulis informasi dari hasil browsing
sana-sini. Tulislah dengan sudut pandang orang pertama (menggunakan kata
“saya”).
· Hard
selling boleh saja dengan definisi yang menggugah pembaca sehingga
tertarik mencoba.
· Maksimalkan panca indera dengan membasmi kata sifat. Ini PR saya
nih. Misal menjelaskan suatu makanan, sebisa mungkin jangan menggunakan kata
“enak” tetapi jelaskan lebih detail sehingga pembaca menyimpulkan makanan ini
enak. Bagaimana penjelasan deskripsi menu makan siang saya di Food Court CGC?
(baca paragraf keempat). Butuh masukannya, dong.
Bertemu Moka Media
Dalam kesempatan ini hadir pula perwakilan dari penerbit Moka
Media. Kalau mau mengirimkan naskah ke Moka Media, berikut syaratnya:
Ketentuan Umum:
1. Tebal naskah 100-200 halaman, atau 40.000-60.000 karakter. Naskah yang melebihi jumlah halaman yang ditetapkan, akan dipertimbangkan apabila sesuai dengan Moka Media.
1. Tebal naskah 100-200 halaman, atau 40.000-60.000 karakter. Naskah yang melebihi jumlah halaman yang ditetapkan, akan dipertimbangkan apabila sesuai dengan Moka Media.
2. Font times new
roman 12 pt atau calibri 11 pt, spasi 1,5.
3. Ukuran kertas
A4 atau quarto. 4. Naskah yang dikirimkan adalah naskah utuh, bukan naskah
setengah jadi.
5. Sertakan
sinopsis cerita dari awal sampai akhir.
6. Sertakan
biodata dengan rincian nama, nomor telepon, alamat, dan alamat E-mail.
7. Tema naskah
bebas, tidak menyinggung SARA.
8. Naskah yang
masuk ke redaksi akan dievaluasi oleh redaksi, selambat-lambatnya 3 bulan
setelah naskah diterima/dikonfirmasi.
9. Naskah bisa
dikirimkan ke alamat Email: redaksi@mokamedia.net dengan subject NAMA_JUDUL
NASKAH_JENIS NASKAH.
10. Naskah juga
bisa dikirimkan via pos ke: Redaksi Moka Media, Jl. M. Kahfi No. 12 Cipedak,
Jagakarsa, Jakarta Selatan. Tuliskan genre naskah di sudut kiri amplop.
11. Beberapa
jenis naskah adalah:
- Fiksi remaja
- Fiksi dewasa
- Komik
- Nonfiksi (catatan blog, bukan buku pelajaran dll, ya)
- Fiksi remaja
- Fiksi dewasa
- Komik
- Nonfiksi (catatan blog, bukan buku pelajaran dll, ya)
(Mba Dewi Puspa, pinjam fotonya ya)
Setelah mengikuti Blogger Hangout kali ini saya makin tertarik membukukan catatan blog ini (AMIIIN…). Namun saya perlu banyak menulis topik-topik yang menjadi fokus branding. Pesan Mas Khun, blog yang baik itu 60% isinya mencerminkan value si empunya blog. Sebagai penutup, ada kata mutiara yang tepat dari Pramoedya Ananta Toer.
“Orang boleh pandai setinggi langit, tetapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Wah... ternyata prosesnya panjang.
ReplyDeleteTerima kasih buat infonya ya mbak, jadi makin semangat buat nulis. :)
Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian :D
DeleteMoka Media sudah aktif lagi ya. Jujur aja soalnya, beberapa taun lalu sempat dengar kabar sedang hiatus. Kebetulan teman saya di grup klub buku penulis di moka media. Jadi, lumayan sedikit tau selub beluk.
ReplyDeleteOh gitu ya mba. Mereka terima naskah lho, ayok kirim
DeleteMakasih banyak ilmu juga informasina Mbak. Ini berguna banget buat aku yg newbie dan masih tertatih serta tergopoh menulis blog...
ReplyDeleteBaca ini jadi semangat :)
Semangaaat!
DeleteMakasih ilmunya, mbak Helen 😘
ReplyDeleteBelajar lagi dan lagiii...
Hidup harus terus belajar, mba. Sukses sidangnya ya
DeleteSuka kata mutiara terkahirnya, maksih sharenya ya mbak 😊
ReplyDeleteIya sama-sama, semoga bermanfaat
DeleteSuka kata mutiara terkahirnya, maksih sharenya ya mbak 😊
ReplyDeletewaaahh, makasih banyak share nya mbak :) dulu sempat pengen juga sih.. tapi hehehe apa daya, masih kurang kemampuannya
ReplyDeletewww.fujichan.net
Ayo mba semangat! Aku pun mulai dari nol
DeleteWah senang ya bisa nyimak sharing mas editor Mas Ang Tek Khun secara langsung.(aduh susah nulis nama mas editor ini :D )Mokamedia saya belum pernah nyoba ngirim sih dan memang lagi nggak fokus nulis buku juga :D
ReplyDeleteIya dapat banyak ilmu baru seputar perbukuan. Kalau saya masih fokus menulis konten yang berkualitas di blog.
DeleteBlogku isinya curcolan. Mungkinkah ada editor nyasar yang kepincut.. hehe
ReplyDeleteMakasih ya, Mbak Helena.. jadi dapet info baru nih :) Salam kenal
ReplyDeletePR:
ReplyDelete1. membasmi kata sifat
2. menaikkan value blog. eh, itu yang dimaksud apa ya mbak? personal branding atau nilai jual blog karena banyak titipan iklan?
Blognya lebih bermanfaat buat pembaca. Bisa lewat organik ataupun artikel berbayar. Personal branding juga penting sih supaya unik di mata pembaca.
DeleteBelum terpikir nih buat menerbitkan buku dari blog mba. Smoga aja kesampaian ya mba. MAkasih tulisannya ya mba :)
ReplyDeleteblm kepikiran..post dg tag apa yg bakal dibukukan...
ReplyDeletenoted dulu deh..
Pengen banget bisa nulis content blog yang greget biar selalu ditungguin pembacanya dan akhirnya layak dibukukan :)
ReplyDeleteHmmm dulu saya seneng banget tuh sama raditya dika. sampe awal awal blog juga kalo cerita khas khas mirip dia *wkwk dasar peencontek*
ReplyDeleteSampe skearang juga masih ngerasa kalo blog ku itu blog curhat, tapi ya gitu gak selucu dia. Tapi gimanapun, tetep harus PD sih ya sama tulisan sendiri :D
Sampe pernah gamau pusing, ya nulis mah nulis aja gapapaa kalo gaada yang baca juga. Yang penting pikiran ini lega, karena apa yang ada di otak sudah di keluarkan lewat tulisan :p
Ehhhh quotesnya pramoedya ananta toeer menohokkk banget ya
iya bener. Nulis aja dulu lah. Kalau mikir ini itu nanti ga jadi nulis.
DeleteInfonya keren 👍
ReplyDeleteterima kasih informasinya mbak...^_^
ReplyDeleteAsyiknya dapat ilmu baru. Kurasa semua blogger pasti mau yaa blogpost-nya jadi buku bahkan difilmkan pula! Wow!
ReplyDeleteIt's like a dream comes true.
TFS, mbak Helena.
Jadi, sudah ada naskah yang dikirim? :D :D :D
ReplyDeleteSip aku mw belajar lg menulis review makanan dengan tdk mnggunakan kata enak ke depanya :D. Tantangan bgt nih...
ReplyDeletemakasih mb sharingnya, sangat bermanfaat :)
ReplyDeleteMembangun value dari blog ini masih peer banget di aku, mba. Pelan-pelan berproses. Kalau mendeskripsikan kata "enak" untuk food review, Alhamdulillah udah fokus nulis detil hidangannya, walo di awal2 ribet sendiri. Hahaha :D.
ReplyDeleteBener ya mbak content is the king. Dari ngeblog ada penulis buku yang ngajak nulis sih, dan juga editor majalah..rasanya senang banget..padahal saya blogger baru :)
ReplyDeleteWah, dibandingkan pas pertama kali ngeblog, sekarang sudah banyak banget blogger2 dengan berbagai genre. Kayaknya kalo tulisan kita belum ada kekhasannya, belum bisa dilirik editor ya hihihi secara banyak saingan yang lebih bagus sih :)
ReplyDeletePengen juga punya buku
ReplyDeleteJadi kepikiran, kalau aku menulis buku dari blog, temanya apa ya? Hehehe .. TUlisan ini jadi membuatku berpikir membenahi blogku deh mbak.
ReplyDeleteYeaah..terus berkarya!!!
ReplyDeleteweits, ilmunya cetaar... tambahan ilmu utk memperbaiki blog. Tapi aku salfok saya ayam seharga 18rb itu hahahah, sepertinya enyaaak #laper #waktunyamakansiang :D
ReplyDeleteHelena, tempo Leutikaprio kalo gak salah nama Penerbitnya ngadain lomba "Book Your Blog" dan ini dimenangkan oleh Mugniar Bundanya Fiqthiya dan satu lagi kalo gak salah Salsabila deh. Itu waktu belum ada rame-ramenya job review. Kaloo bunda sudah bunda compile sendiri dari blog untuk postingan pilihan menurut bunda dan bunda langsung bukukan secara Self Publishing, hehe...jadi punya deh karya solo.
ReplyDeleteWah ide bagus ya Bunda untuk Self-Publishing. Aku harus pilah pilih nih siapa tahu suatu saat bisa punya buku sendiri.
DeleteThanks udh berbagi ulasan acara blog to booknya, Mbak Helena.. Kebetulan aku nggak bisa hadir di acaranya tempo hari
ReplyDeleteBanyak banget temen-temen yang awalnya ngeblog akhirnya bisa menerbitkan buku. Ah ternyata prosesnya super panjang ya. Salut banget sama temen-temen yang istiqomah. :D
ReplyDeleteTapi klo punya naskah sendiri bisa kan ya dimasukin ke penerbit ini. Nggak mesti dia ngelirik blog kita dulu?
ReplyDeleteBetul. Apalagi dirimu yang bukunya udah segambreng.
DeleteBaru tahu arti penulis indie, di sini.
ReplyDeletePenulis yang mencetak buku sesuai budgetnya sendiri.
Waaah keren ilmunya.. Dan quotenya mantabs. Ibarat gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan buku (xixixi).
ReplyDeleteJadi ingin nulis tulisan tentang oetuah2 buat Duo Fi deh.
Sempat semangat sih utk nulis novel tapi karena keasikan nge-blog, draft novel tak tersentuh lagi alias ngga nambah nambah bab nya. Mungkin emang kurang niatnya kali ya.
ReplyDeleteWah Emak nulis novel apa nih? Ngintip dong
DeleteMakasih banyak sharingnya ya mbak. Sangat bermanfaat. Pengen nyoba nih ngirim naskah Moka Media :))
ReplyDeleteSiap. Terima kasih ya
Delete