Makasih ucapannya, Mas Taslim :') |
Mengawali bulan baru di tahun baru ini saya ingin
bercerita tentang kelahiran anak pertama. Basi ga sih, ini udah terjadi
tahun 2015 tapi baru cerita sekarang. Dulu masih males-malesan nulis. Meski
hampir 2 tahun berlalu, ingatan itu masih jelas terbayang.
Namanya juga kehamilan pertama. Walaupun sudah
baca buku, nonton video, atau dengerin cerita banyak orang tentang melahirkan,
tetep saja ada kekhawatiran menjelang hari H. Hal ini semakin menjadi karena
HPL alias Hari Perkiraan Lahir yang semakin dekat. Seorang teman, yang HPL-nya
bersamaan dengan saya, melahirkan tepat sesuai HPL. Saya makin stress karena
belum ada tanda-tanda seperti kontraksi palsu dari janin di dalam perut.
Untuk mengurangi rasa panik, saya mencari info di
internet maupun ngobrol dengan teman yang baru melahirkan. Ternyata pikiran
saya salah. Tidak semua bumil mengalami kontraksi palsu Braxton Hicks. Selain
itu yang perlu diingat, HPL hanyalah PERKIRAAN bukan PASTI. Kelahiran bisa
terjadi 2 minggu sebelum maupun 2 minggu setelah HPL. Yang lahir setelah HPL
itu banyak dan itu hal yang lumrah selama masih dalam batas 42 minggu.
Saat periksa ke dsog di minggu ke-40 atau tepat
HPL, beliau menawarkan untuk induksi atau SC. Buru-buru amat sih, dok. Dokter
memeriksa plasenta alias air ketuban, masih cukup. Perekaman detak jantung
janin juga dilakukan, masih normal dan responsif. Kondisi saya dan janin
alhamdulillah baik. Kita tunggu seminggu lagi ya.
Hari demi hari saya jalani dengan pikiran
positif. Kalau memang janin belum lahir, mungkin dia belum siap. Santai saja
menikmati kehamilan ini sebelum nanti disibukkan dengan rutinitas menjadi ibu.
Selama seminggu sebelum periksa lagi ke dsog, saya melakukan hal berikut:
1. Tiap hari saya dan suami jalan pagi
keliling komplek. Pokoknya aktivitas tidak berkurang meski perut makin buncit.
Intensitasnya disesuaikan saja dengan kemampuan tubuh. Kalau terasa capek,
istirahat sebentar.
2. Berlatih pernapasan panjang. Seorang
teman mengingatkan untuk berlatih pernapasan. Saya menyesal kurang berlatih hal
tersebut karena hal ini penting untuk mengurangi rasa sakit saat kontraksi dan
melancarkan kelahiran. Saat awal hamil hingga usia kehamilan 7 bulan saya masih
rutin berenang sambil mengatur napas. Namun setelah itu saya stop karena
khawatir terpeleset di lantai kolam yang licin sedangkan saya berenang
sendirian.
3. Senam hamil menggunakan gym ball. Terima kasih
mba Iffah atas pinjaman gym ball-nya. Saya bisa senam di rumah dengan mengikuti
panduan lewat YouTube.
4. Menikmati me-time dan "pacaran"
dengan suami. Kami pergi ke tempat makan favorit yang isinya ABG sedangkan saya
berperut buncit. Hihi...ga apa-apa deh.
5. Diet mengurangi makanan dan minuman manis.
Sejak masuk trimester 3 saya nge-rem asupan yang terlalu manis. Es krim, cake,
dan semacamnya boleh dengan porsi wajar. Somehow
saya lebih suka makan es batu, kraus...kraus... dan tidak merasa putus asa
dengan diet ini. Bumil sebaiknya menjaga kenaikan berat badan ibu dan bayi.
Kalau bayinya terlalu besar bakal susah keluar. Hasil USG di minggu ke-40
alhamdulillah BB janin sekitar 3,2 kg (BB minimal 2,5 kg).
Saya deg-degan saat menunggu
giliran diperiksa. Waktu itu saya ditemani ibu dan kakak (biasanya berani
periksa sendiri, kali ini butuh dukungan moril). Tahu kan gimana antrinya dsog,
apalagi beliau satu-satunya dsog wanita yang praktek di RSIA tersebut. Kurang 1
nomer lagi eh bu dokter ada panggilan memeriksa pasien yang rawat inap.
Week 39, ceritanya saya mau diculik alien naik U.F.O tapi ga jadi soalnya kegendutan |
Tak lama giliran saya diperiksa. Plasenta masih
cukup, janin aktif, dan tensi darah normal. Ternyata saya sudah pembukaan 1 meski tidak ada flek.
Subhanallah, saat yang ditunggu segera tiba. FYI, pembukaan hingga melahirkan
itu sampai 10. Pembukaan 1 ke 10 waktunya bisa berbeda-beda, ada yang dalam
hitungan jam, ada pula yang sampai seminggu kemudian.
Untuk biaya kelahiran saya menggunakan BPJS
Kesehatan. Sebenarnya saya sudah siap bila harus memakai dana pribadi karena
memilih melahirkan di rumah sakit, bukan bidan. Namun dokter menyatakan kondisi
saya bisa memakai asuransi BPJS Kesehatan.
Saya pun pulang dan menyiapkan mental plus barang-barang
untuk dibawa ke RS (sudah disiapkan jauh-jauh hari tapi cek-ricek lagi). Ibu
mulai heboh. Suami juga segera pulang kantor setelah dikabari tentang hal ini.
Demi mengurangi kepanikan, saya nonton The Amazing Race yang saat itu tayang
pukul 7 malam. Saya nonton sambil duduk di gym ball untuk menahan rasa sakit
kontraksi yang mulai teratur.
Setelah reality
show kegemaran saya selesai, kami berbondong-bondong ke rumah sakit. Saat
itu kamar bersalin penuh. Pembukaan pun belum bertambah. Saya merasa deg-degan
makin menjadi kalau di RS sehingga kami kembali pulang. *bumil galau*
Dini hari sekitar pukul 1 atau 2, kontraksi saya
semakin sering. Tidur pun tidak nyaman karena bolak-balik terbangun menahan
sakit. Saya mengajak suami untuk balik ke RS, siapa tahu sebentar lagi
melahirkan.
Di kamar bersalin saya ditemani suami dan ibu
secara bergantian. Mereka menggosok-gosok punggung hingga pinggang saya yang
sakit saat kontraksi. Saya pun menggegam erat jari mereka, bahkan terlalu erat.
Dzikir tak henti-hentinya mereka lantunkan. Saya berusaha tidur di antara jeda
kontraksi.
Jam demi jam berlalu. Saya hanya berbaring di
ruang bersalin. Katanya supaya pembukaan cepat nambah baiknya dibuat jalan-jalan
akan tetapi badan sudah lemas. Berjalan pun perlu dituntun. Tiap 2 jam perawat mengecek
pembukaan jalan lahir. Progress-nya
begitu lambat padahal pinggang saya sangat nyeri tiap kali kontraksi.
Saya diinfus untuk menambah cairan tubuh karena
susah makan. Memang selama itu saya sempat makan 1 kali sambil meringis menahan
sakit. Suami telaten menyuapi sambil menggosok pinggang belakang saya. Sorenya
saya hanya minum susu supaya ada tenaga saat mengejan. Karena perut kosong,
saya jadi muntah dan membuat geger ruang bersalin. Kasihan perawat yang magang
di sana harus ngepel “karya” saya. Penting
diingat, sebaiknya minum minuman yang hangat dan manis seperti teh jika
butuh tambahan energi.
Adzan subuh berganti isya’ jelas terdengar karena
lokasi RS yang bersebelahan dengan masjid. Pembukaan lama bertambah karena saya
menahan pipis. Saat ditatur (apa ya bahasa Indonesianya?) pipisnya susah
keluar, mungkin karena tidak biasa pakai pispot. Perawat kemudian memasukkan
selang ke saluran kencing dan mengosongkan kandung kemih dengan cara seperti
itu. Saya pasrah aja deh, yang penting cepat lahir.
Keluarga berdatangan silih berganti menunggu di
luar kamar bersalin. Mohon maaf saya tidak memperhatikan satu persatu saat
mereka mengintip dari balik jendela. Nyeri kontraksi yang berulang-ulang ini
bisa dibilang sakit terhebat dalam hidup sehingga mengalihkan dari hal lain.
Rasanya pinggang mau dicopot saja supaya tidak sakit lagi. Saya mencoba fokus
mengatur napas dengan menarik napas panjaaang saat kontraksi. It worked! Namun tidak selalu dapat
bernapas panjang sehingga beberapa kali saya mengejan. Hal ini membuat saya
dimarahi bidan. Pelajaran yang saya
dapat yaitu jangan mengejan sebelum waktunya (bukaan 10) karena dapat
menimbulkan pembengkakan yang menutup jalan lahir. Selain itu latihan
pernapasan sangat penting selama kehamilan.
29 jam sejak pembukaan pertama, saat itu tiba.
Bidan menghubungi dokter mengabarkan saya sebentar lagi melahirkan. Sayangnya
dokter sedang dalam perjalanan dari luar kota yang entah berapa lama lagi
sampai. Saya, ibu, dan suami sudah bersiap di kamar bersalin. Daripada menunggu
dokter, kami setuju meminta bantuan bu bidan untuk membantu proses kelahiran.
Suami dan satu bidan di kanan, ibu dan bidan yang lain di kiri, ditambah seorang
bidan lagi di arah jalan lahir dengan memberi komando. Saya mengejan sambil
berteriak tetapi diingatkan untuk diam saja karena berteriak menghabiskan
energi. Weleh, saya cuma niru adegan sinetron yang ternyata salah, hahah.
Lagi-lagi karena napas yang pendek, bayi itu
susah keluar. Saat mengejan yang keempat, saya berdoa pada Allah dan
mengerahkan energi sekuat tenaga yang tersisa. Now or never. Allahuakbar tangisan pertama anak saya terdengar.
Alhamdulillah saya bisa melahirkan secara normal di minggu ke-41 meski lewat dari HPL.
19 April 2015 lahirlah putra pertama kami, babySID.
Semoga ia tumbuh jadi anak yang taat pada Allah, hormat pada orang tua, sholeh,
cerdas, serta berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. Bersamaan dengan kelahirannya, lahir pula ayah dan ibu baru (suami dan saya). Semoga kami bisa mengemban amanah ini. Amin.
Aku banget niiih, melahirkan lewat HPL, si bayik kayanya betah diperut. Tadinya udah was-was, alhamdulillah akhirnya bayinya ngajakin keluar jugaaa. Eheheheee. Sid, kamu betah juga kayanya ya diperut mama :D
ReplyDeleteHihihi iyaa anteng banget di dalam perut emaknya
DeleteDuh salfok sama abang Taslim hahaha..
ReplyDeleteAku juga lama mba 30 jam dengan 3 botol induksi alhamdulilah lelah terbayar melihat buah hati lahir normal :)
Wow... Lama juga mba. Katanya kalau pakai induksi jadi lebih mules tapi cepat melahirkan.
DeleteAmiiiin... hahaha saya ngakak pas baca ikut adegan sinetron ternyata salah.
ReplyDeleteOh jadi ga boleh teriak ya mbaaak ? :D
Btw fotonya emang bener bikin salfok nii yang paling atas
Sinetron itu memang menipu. Jangan ditiru ya. Hahaha
DeleteNanti kalau kamu hamil, minta disalamin sama Mas Taslim juga :))
Sama kayak adik ipar ku. Kata bidan lahirnya tanggal 1 Januari. Tapi sampai tanggal 6 GA ada tanda tanda. Alhamdulillah lahir sehari setelahnya. Aku ikut deg2an. Banyak Sid udah gede :)
ReplyDeleteMemang HPL bikin deg2an padahal kalau kelewatan juga gpp sih
DeleteDuh tfs ya Mak, saya lagi hamil nih semoga nanti lahiran normal, alami dan cepat aamiin
ReplyDeleteWaaah selamat ya mba. Semoga lancaaar
Deleteya Allah...kalau baca pengalaman melahirkan suka merinding sendiri keinget pas ngelahirin...jadi anak soleh yaa siiid..liat tuh perjuangan mamah seharian lahirin kamuuu ehehe
ReplyDeleteamin... kalau dia bandel, aku suruh baca artikel ini aja :D
Deletehihihi liat fotonya lucuk...
ReplyDeletefoto terkhir: pas lahir langsung segede gitu :D
hahaha, entah kemana foto dia waktu bayi *males cari
Deletewow kerren mbak kenal ma joe taslim.....pengalaman melahirkan itu memang selalu menarik untuk disimak ya mbak
ReplyDeletega kenal juga sih, mba. Cuma nitip salam
DeleteSamaan kyk Dema lahir lewat HPL kyknya. Kalau menurut dsog pertama yg di Jkt hrsnya usianya 42 minggu, kalau menurut dsog di Depok 41 minggu. Pas itu akhir Desember banyak liburnya, dah lama gk ketemu dokternya jd gak ketauan kalau ketuban udah keruh, alhamdulillah bisa normal jg, meski setelah lahir langsung nginep di NICU hehe. Aku berandai2 kalau ketauan ma dokternya ketuban keruh gtu pasti langsung dioperasi, tapi aku keburu mules duluan jd gk operasi :))
ReplyDeleteBtw kenalan sama Mas Taslim dmn? :))
Memang ga ada ilmu pasti yang tahu usia kandungan. Dsog melihat dari HPHT dan hasil USG. Sid juga langsung nginep di NICU.
Deletemau kenalan juga? Hamil gih :p
Hehe...cerita mah gak ada yang basi kelles, tetap aja boleh dijadiin kenangan untuk dibaca-baca, ya, tempatnya di blog. Bunda malah anak kedua (yang pertama keguguran) malah air ketuban pecah duluan ketika bunda disuruh jalan-jalan sama dokternya. Nah lo! ditolonglah sama susternya. Gak taunya karena air ketuban ini sudah pecah jadi keringlah, harus cepat-cepat lahir tuh si jabang bayi. Untung gak operasi cesar. Perjuangan seorang ibu. Tapi begitu brojol....ooooh, so lega and so happy. Kan, kan, kan? Ilang tuh rasa sakit.
ReplyDeleteNah itu ajaibnya, Bunda. Saat kontraksi aduhai sakitnya. Setelah mbrojol, tiba-tiba hilang. Alhamdulillah
Deleteselalu ada cerita seru, penuh haru di setiap kelahiran anak2 ya mba..gak ada basinya kalo gitu mah,,
ReplyDeleteMba Zata udah pengalaman banget nih
Deleteiya tuh mbak. susah nahan untuk ga mengejan ya pas belum bukaan penuh. saya juga dimarahi bidan gara-gara itu. trus bengkak. duh...
ReplyDeletetuh kan, tuh kan, toss!
DeleteIiihhh... keren. Ada Joe Taslim.
ReplyDeleteSaya keren juga apa ga? hehehe
DeleteGa tau juga tiga2nya anak saya malah sebelum HPL. Ttp deg2an sih. Tp pasti lebih deg2an klo lewat HPL y mb
ReplyDeletesebelum HPL malah seperti surprise gitu ya mba
DeleteWaahhh.. Makasih sharingnya mbaa, noted! Aku jadikan catatan kalau nanti sudah isi hihi :)
ReplyDeleteiya, sama-sama
DeleteFoto yang mau diculik alien itu bikin salah fokus deh mba ��
ReplyDeletelupa simpan foto saat hamil di mana. Ketemunya cuma itu :))
DeleteHPL emang menipu mbak. Tergantung kualitas ibu juga ya, klo ibu stress bisa aja cepet, klo ibunya relaks kayak aku owalah anaknya betah didalam..
ReplyDeleteSelalu mengharukan kisah seorang bayi dilahirkan ke bumi, jalannya beda-beda tapi seru hehe. Smoga baby sidnya sehat selalu ya, suka sama tipsnya mba helena :)
ReplyDeletejadi inget momen pas melahirkan dulu juga lumaya mendebarkan ,tapi syukurlah walau lewat HPL tetep lahir normal ^^
ReplyDeletebdw,mau juga dong mba di selametin ama bang joe taslim :D
Nanti yaa kalau ketemu sama Mas Taslim, hehehe. Ini aja nitip :p
Deletewih mbak keren juga yah bisa ditulisin kaya begituan sama joe taslim, kalo boleh tau gimana caranya mba bisa ditulisin gitu sama aktor papan atas ?
ReplyDeleteYa minta aja, mas. *ga membantu
Deletemasalahnya ketemu sama ybs itu yang repot. Cari di mana...
Ohh Sid berarti seangkatan sama Syadid ya, beda semester 😁
ReplyDeleteHalooo Syadid. Yoi nih kita seangkatan.
DeleteBerarti rajin jalan juga ga jaminan cepat lahiran ya mba.Aku agak malas ini jalan suka kram soalnya kalau kecapean.
ReplyDeleteiya ya gampang kram kalau hamil. Santai aja mbak. Menikmati hidup.
DeleteMbak mau nanya, kok bisa di cover bpjs ya??
ReplyDeleteiya mbak, karena memenuhi persyaratan :D
Delete