Batik, tenun, dan songket khas
Indonesia itu motifnya cantik-cantik deh. Tenun dari Donggala, Sulawesi Tengah,
misalnya. Harga yang dipatok berkisar 200-800 ribu rupiah untuk selembar kain
tradisional. Hal ini sepadan dengan usaha pembuatannya yang kebanyakan masih
menggunakan ATBM alias Alat Tenun Bukan Mesin. Tenun berbahan sutera dari
Donggala juga terkesan mewah sehingga cocok digunakan untuk acara resmi.
Tenun ikat khas Donggala, Sulawesi Tengah |
Sekitar 3 tahun lalu saat tinggal
di Palu, Sulawesi Tengah, saya mengunjungi sentra produksi kain tenun ini.
Hasil ngobrol dengan ibu-ibu pengrajin tenun Donggala membuat saya makin
terkesan dan ingin mengenalkan kain ini ke masyarakat yang lebih luas. Dari
situ saya mulai menjualnya secara online
lewat instagram @foottrip (follow me please). Alhamdulillah banyak
peminatnya, terutama dari Jawa dan Sumatera. Para customer tidak perlu repot berkunjung ke Sulawesi untuk mendapatkan
tenun unik ini.
Saat ini @foottrip tidak hanya
menyediakan lembaran kain tradisional tetapi juga dalam berbagai bentuk
aksesoris. Produk unggulan yang paling laku yaitu ID card holder berbahan batik dan kulit. Selain itu ada juga dompet
kartu, dompet STNK, dan passport cover.
Pelanggan dapat memilih motif batik yang tersedia sesuai keinginan. Unik dan
tampil beda, kan. Produk ini hasil kerja sama dengan Madrim Batiqkoe (follow instagram: Mymadrim juga ya).
Bisnis kecil saya ini termasuk salah
satu dari 16 subsektor ekonomi kreatif. Sektor ekonomi
kreatif ini sedang berkembang ke arah positif. Menurut data Badan Pusat
Statistik (BPS), sektor ini tumbuh 5,76 persen atau di atas rata-rata
pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,74 persen.
Pada 19 September
2016 lalu, saya berkesempatan mengikuti bincang santai Kafe BCA 3 di Menara
BCA, Jakarta dengan topik: Orang Kreatif
(OK): Generasi Baru Kekuatan Ekonomi Indonesia. Suatu inovasi BCA yang
patut diacungi jempol karena saya dan para undangan bisa mendengar langsung
penuturan orang-orang kreatif dari berbagai bidang, baik praktisi maupun
akademisi. Kafe BCA 3 ini sebagai pemanasan sebelum puncak acara Indonesia Knowledge Forum (IKF) V pada
awal Oktober 2016.
Seperti yang saya singgung di atas,
ada 16 subsektor Industri Kreatif/ Ekonomi Kreatif, yaitu (sumber:
BeKraf.go.id):
1. Aplikasi dan pengembang permainan
2. Arsitektur
3. Desain interior
4. Desain komunikasi visual
5. Desain produk
6. Fashion
7. Film, animasi, dan video
8. Fotografi
9. Kriya
10. Kuliner
11. Musik
12. Penerbitan
13. Periklanan
14. Seni rupa
15. Seni pertunjukan
16. Televisi dan radio
1. Aplikasi dan pengembang permainan
2. Arsitektur
3. Desain interior
4. Desain komunikasi visual
5. Desain produk
6. Fashion
7. Film, animasi, dan video
8. Fotografi
9. Kriya
10. Kuliner
11. Musik
12. Penerbitan
13. Periklanan
14. Seni rupa
15. Seni pertunjukan
16. Televisi dan radio
Dalam sambutannya, Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA,
menyatakan para pelaku usaha perlu menggunakan teknologi sebagai sarana untuk
memudahkan promosi. Orang kreatif perlu ada dalam rantai kreasi, produksi,
distribusi, konsumsi, juga konservasi.
Jahja Setiaatmadja (tengah) dan para pembicara (source: BCA) |
Seorang pebisnis harus pandai
mengukur kemampuan menaiki tangga hingga level mana. Tantangan berbisnis memang
berat. Ada yang menggunakan segala cara untuk meraih keuntungan, termasuk
membajak karyawan perusahaan lain. Mental seorang pebisnis harus siap
menghadapi hal tersebut. Jahja mencontohkan penjual mie ayam yang jumlahnya
banyak, tetapi ada yang bisa berkembang menjadi Bakmi GM. Untuk mendukung dan
meningkatkan kapasitas OK inilah BCA mengadakan IKF 2016.
Mengembangkan Pariwisata Indonesia
Rundown Kafe BCA siang itu berlangsung cukup padat. Ada 6 pembicara
dari berbagai sektor industri kreatif. Sebagai pembuka, Erda Rindrasih, Pengamat Pariwisata dan
Industri Kreatif di Pusat Studi Pariwisata UGM, memaparkan tren dan potensi pariwisata dalam negeri. Kalau dilihat dari 16
subsektor di atas, pariwisata tidak tercantum namun sebenarnya berkaitan erat
dengan semua subsektor tersebut. Saat orang berwisata akan mengunjungi tempat
wisata, mencoba kuliner, menonton seni tari tradisional, dst.
Ada travel pattern yang nampak dari orang
yang berwisata, yaitu: merencanakan liburan – melakukan perjalanan – tiba di
destinasi – menikmati destinasi – diakhiri dengan perbaikan kualitas hidup.
Dalam tiap tahap tersebut terbuka kesempatan seluas-luasnya untuk pelaku usaha kreatif.
Contohnya ada dalam gambar berikut.
Travel Pattern |
Saat ini Indonesia berada di
urutan ke 12 se-Asia Pasifik, masih di bawah Thailand yang tergolong baru
mengoptimalkan industri pariwisatanya. Melihat kekayaan alam Indonesia dari
Sabang sampai Merauke, saya yakin pariwisata kita dapat bangkit bila digarap
lebih serius. Ada peluang, baik dari turis domestik maupun mancanegara.
Tren-nya usia turis semakin muda dan menyukai spot wisata yang menantang. Makin sulit dijangkau, makin seru. Ada
pula turis yang memilih pergi dalam kelompok kecil dan menikmati makanan khas suatu
daerah serta berbaur dengan penduduk lokal (ini cara traveling kesukaan saya, biasanya melalui Couchsurfing).
Erda menuturkan cottage-cottage di Pulau Weh, Aceh banyak
dimiliki asing. Kalau punya dana, sebagai orang lokal kita bisa investasi ke
tempat yang masih pelosok dengan pantai bagus dan belum banyak didatangi orang.
Saya jadi teringat Togean di Sulawesi Tengah. Ada satu pulau yang dimiliki
asing, bahkan turis lokal sulit masuk ke sana. Katanya sih artis Holywood pernah berlibur ke sana.
Solihin Sofyan, Wakil Ketua Bidang Ekonomi Kreatif berbasi Budaya
APINDO, berpesan supaya kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan tamu
terhormat di negeri orang. Gunakan dan majukan budaya lokal supaya tidak mudah
dibajak bangsa lain. Kekayaan alam di Indonesia ini luar biasa. Perlu didukung
dengan fasilitas dan infrastruktur yang memadai, seperti akses jalan ke tempat
wisata.
UMKM tumbuh pesat dan menyerap
banyak tenaga kerja. Ekonomi kreatif ini merangkul tenaga kerja yang
bermacam-macam, termasuk ibu rumah tangga. Di Bogor ada sekumpulan ibu-ibu yang
membuat tas anyaman dari koran bekas. Saran dari beliau, urus hak cipta suatu
produk supaya tidak di-copy pihak
lain.
Tantangan Animasi Asli Indonesia
Si Juki yang kocak (source: Sijuki) |
Familiar dengan karakter kartun
di atas? Tingkah kocak Si Juki yang lekat dengan keseharian anak muda
membuatnya banyak disukai. Si Juki adalah salah satu karakter dari Kratoon
Channel, animasi asli Indonesia. Andi
Martin, CEO Kratoon Channel, mendirikan perusahaan animasi ini karena ingin
memajukan karakter kartun lokal. Selama ini memang karakter kartun luar negeri
lebih berjaya di Indonesia. Sebut saja Upin Ipin, Batman, Spiderman, Doraemon,
dsb.
Kendala biaya masih menjadi hal
yang berat. Sebagai perbandingan, biaya 1x tayang film dalam negeri setara
dengan 10x tayang film luar negeri. Untuk menyiasatinya, Kratoon Channel gencar
melakukan promo melalui media sosial seperti YouTube, Twitter, Instagram,
Facebook, dll. Ke depannya media sosial ini akan menggantikan popularitas
televisi.
Si Juki ini sudah ada dalam
bentuk stiker di aplikasi chatting
LINE. Aplikasi ini termasuk yang kreatif dan inovatif. Karakter LINE yang
awalnya hanya dari stiker penghias chat bisa laku dijual dalam bentuk merchandise. Umumnya karakter yang mudah
diterima itu yang berhubungan dengan para pembaca.
Belajar dari Bandung untuk Menciptakan Kota Kreatif
Bandung telah diakui sebagai kota
kreatif oleh UNESCO, se-level dengan Singapore dan Beijing. Kunci dari
keberhasilan menciptakan kota kreatif yaitu kolaborasi, ujar Fiki C. Satari, Ketua Bandung Creative City
Forum (BCCF). Salah satu kolaborasi yang dilakukan ialah dengan
mengumpulkan acara dari komunitas-komunitas yang ada di Bandung dan
menjadikannya komunal.
Di Bandung juga ada kampung
kreatif yang bertujuan supaya warga mencintai kotanya. Nama kampung menggunakan
istilah Sunda dan menyimpan unsur sejarah. Diharapkan warga tertarik mengetahui
lebih dalam sejarah daerah tersebut.
Selain itu Bandung juga
menghasilkan game yang bisa dimainkan
di smartphone berbasis iOS dan
Android. INheritage: Boundary of
Existence yang diluncurkan sejak 2013 ini telah ada versi internasionalnya.
Game ini menampilkan kota-kota
sekitar Jawa Barat seperti Bandung, Garut, dan Bogor dengan ciri khas
masing-masing.
Sudah download game ini? |
Fiki juga didaulat sebagai ketua
karang taruna Bandung. Ia dan timnya melakukan eksperimen sosial organisasi
yang masif dan mengakar rumput supaya lebih kreatif. Kreativitas ada di semua
lini dan mengarah pada kesejahteraan. Kreativitas inilah yang menjadi motor
penggerak ekonomi.
Peran BCA Mendukung Ekonomi Kreatif
Setelah mendengar pemaparan para
pelaku industri kreatif dan akademisi, di mana letak peran perbankan?
BCA telah memberikan pembiayaan
untuk tekstil, kuliner, TV, dan radio. Selain itu BCA menyalurkan Corporate Social Responsibility (CSR) ke
ekonomi kreatif, salah satunya pada wisata Goa Pindul, D. I. Yogyakarta. Cyrillus Harinowo, Pengamat Ekonomi,
menceritakan pada 2011 kondisi di Goa Pindul masih kurang tertata. BCA
memberikan pelatihan untuk menjaga kebersihan penginapan dan tempat wisata
supaya para wisatawan nyaman dan betah di sana. 5 tahun berselang, Goa Pindul
makin terkenal dan menjadi destinasi favorit yang tak boleh dilewatkan bila
berkunjung ke Jogjakarta.
Dari sisi manajemen, kreativitas
itu sangat penting guna mencapai goal
bersama. “BCA sebagai organisasi besar harus bisa berkolaborasi supaya tetap survive.” terang Lena Setiawati, General Manager BCA Learning Service. Kreativitas
pada karyawan pun terus ditumbuhkan dan dipupuk. Salah satunya melalui metode
pembelajaran yang inovatif dan kreatif seperti e-Learning, mobile learning, juga gamification. BCA Learning Service di Sentul didisain sedemikian
rupa untuk mendukung berkembangnya kreativitas pegawai.
Metode pembelajaran BCA untuk para pegawainya |
Langkah nyata BCA dalam mendukung
majunya Ekonomi Kreatif dengan mengadakan Indonesia Knowledge Forum V yang
berjudul Moving Our Nation To The Next
Level : “ Optimizing Knowledge and Creativity
to Ride the Wave of New Generation in Accelerating Indonesia Economy.
Di sini individu atau organisasi bisa memberikan inspirasi kepada masyarakat
yang lebih luas lagi. Bila banyak yang melihat karya orang kreatif diharapkan
kreativitas ini menular. IKF ini tepat sebagai ajang berbagi ide dan
pengetahuan supaya industri kreatif menjadi sumber ekonomi baru.
Acara yang akan berlangsung pada 6-7 Oktober 2016 di Ritz Carlton Pasific
Place, Jakarta ini akan menghadirkan banyak tokoh yang berkecimpung di
ekonomi kreatif, antara lain:
· Menteri Koordinator Perekonomian RI, Darmin Nasution sebagai keynote speaker
· Emirsyah Satar (Chairman of MatahariMall.com)
· Yohanes Surya (Founder of Yayasan Surya Institute)
· Abdullah Azwar Anas (Bupati Banyuwangi)
· Fauzi Ichsan (Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan)
· William Tanuwijaya (CEO Tokopedia)
· Pandji Pragiwaksono (Indiepreneur, Stand-Up Comedian)
· dan 12 pembicara terkemuka lainnya.
· Menteri Koordinator Perekonomian RI, Darmin Nasution sebagai keynote speaker
· Emirsyah Satar (Chairman of MatahariMall.com)
· Yohanes Surya (Founder of Yayasan Surya Institute)
· Abdullah Azwar Anas (Bupati Banyuwangi)
· Fauzi Ichsan (Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan)
· William Tanuwijaya (CEO Tokopedia)
· Pandji Pragiwaksono (Indiepreneur, Stand-Up Comedian)
· dan 12 pembicara terkemuka lainnya.
Indonesia Knowledge Forum V (source: BCA) |
Kalau bukan kita yang
mengembangkan industri kreatif di negeri sendiri, lalu siapa? So, mark your calendar and get your ticket
on BCA.
Mantep programnya BCA setelah kemarin melepaskan banyak orang utan dan membiayai perawatan mereka. Saya kagum kalau ada badan usaha yang aware sama apa saja yang terjadi di Indonesia.
ReplyDeleteSalah satunya tentang industri kreatif ini ya. Semakin membuat masyarakat 'sadar' dengan perekonomian Indonesia secara tidak langsung. Apalagi kalo udah bahas masalah industri, kadang orang udah nolak duluan.
Untuk kartun, saya suka dengan animasi Bang Sopo, Jarwo dan Adit itu. Keliatan banget lebih halus dalam penyajiannya sayangnya udah jarang saya tonton nih. Huhuhu...padahal kayanya animatornya sama dengan yang bikin transformer ala Indonesia yang pernah tayang di yusup beberapa waktu lalu.
Inovasi BCA oke banget ya. Peduli dengan kemajuan lingkungan dan ekonomi Indonesia.
DeleteKeren ya program BCA. Gak cuma fokus di profit intern saja. Tetapi juga peduli untuk memajukan ekonomi kreatif. Bangga deh jadi salah satu nasabahnya. Semoga semakin banyak bermunculan masyarakat kreatif. Sebab jika mengandalkan lapangan pekerjaan dari pemerintah saja, rasanya perekonomian kita gak bisa maju cepat. :)
ReplyDeleteKalau mencontoh majunya Bandung, kuncinya ada di kolaborasi. Ya pemerintah, ya masyarakat, ya corporate turut ambil bagian dalam kemajuan ekonomi bangsa.
DeleteWah acaranya bakal seru banget nih, pembicaranya keren-keren semua.
ReplyDeleteWarga Bandung itu memang tergolong banyak yang kreatif ya, bisa dijadikan contoh untuk lainnya.
Semoga acara IKF ini sukses dan bisa membawa kontribusi bagi kemajuan ekonomi kreatif Indonesia
DeleteBanyak orang kreatif. Aku pengen juga belajar dari mereka
ReplyDeleteIkut IKF yuk!
DeleteHiks, sayang bgt acaranya hr kerja, aku lg gk bs boloos. Huhuu
ReplyDeleteNanti aku ceritain deh
DeleteManaa ceritanya manaa, qku nagih nih
Deleteacaranya bagus ya mbak sepertinya, apalagi pembahasan pada dunia kreatif, ah semoga semua daerah bisa bijak dalam mengatur daerahnya supaya bisa terus melesat seperti kota bandung ^^
ReplyDeleteAmin. Semoga berkolaborasi membangun bangsa, instead of mikirin diri sendiri
DeleteEkonomi kreatif mesti terus digalakkan, demi pencapaian pembangunan bangsa. :)
ReplyDeleteSetuju!
DeleteBCA ini memang selalu punya cara ya mba untuk berbuat lebih. Suka deh, konsern mereka ke berbagai kegiatan sosial. Nanti pasti acaranya bakalan seru dan bermanfaat banget.
ReplyDeleteInovasi BCA memang keren ya
Deletesalut deh sama BCa yang sudah berperan menggalakkan ekonomi kreatif
ReplyDeleteSemua pihak bisa turut andil dalam mengembangkan ekonomi kreatif ini, pun perbankan
DeleteYeay ada kotaku di sebut-sebut asek..asek..
ReplyDeletePeogram BC selalu keren yaa
Bandung memang keren, Teh.
DeleteBandung kota kreatif yg ga ada matinyeee..
ReplyDeleteWalo bukan asli bandung, emang salut sama perkembangan kreatifitas n perekonomian kota bandung
Saya juga mengagumi Bandung dan kreativitasnya
DeleteBCA keren banget dengan mendukung ekonomi kreatif ya, nggak hanya memikirkan profit bagi perusahaannya. Eh itu banyak banget selisih biaya penayangan film kita da film luar negri.
ReplyDeleteMba Helena juga keren, ikut aktif mendukung ekonomi kreatif. Aku udah follow belum ya, ntar aku cek deh ya :)
Asiiik, makasih ya :)
DeleteBCA ini turut membantu perekonomian Indonesia ini dengan mengusung konsep kreatif
ReplyDeleteDukung orang kreatif, yes!
Deleteyuk ah kita belajar kreatif biar kesejahteraan terus ningkat :)
ReplyDeleteKeren BCA dengan evennya ini
sayang di tempat saya blm ada BCA. Kalau mau ke BCA harus ke kota kabupaten, 2 jam kendaraan... hikz!
Lokasinya mba Okti di mana? Siapa tahu BCA bisa bikin program CSR di sana :)
DeleteBCA itu banyak ya program CSR nya... nyaris berbagai bidang disambanginya. bagus. bagus.
ReplyDeletePerusahaan yang bagus harusnya punya CSR yang bagus pula
DeletePadahal Palopo dekat ya dari Palu, tapi jujur di sini susah nemuin industri kreatif. Apa akunya aja ya yang kurang gerilya :D
ReplyDeleteSalut sama BCA. Sebagai nasabah setianya aku ikut bangga.
Aku belum pernah ke Palopo nih. Coba digali lebih Nyak, apa yang bisa dikenalkan dari Palopo
DeleteBandung memang terkenal dengan kreatifitasnya. Apalagi sekarang didukung dengan program ini,semoga bisa lebih memajukan perekonomian masyarakatnya ya...
ReplyDeleteSemoga kota-kota lain juga bisa berkembang dengan kreativitas masing-masing ya
DeleteOw, padahal Thailand baru2 ini aja ya wisatanya ngehits. Tapi kita masih di bawahnya, dgn sukses dan lancarnya program dr BCA ini semoga membawa andil yang baik ya.
ReplyDeleteThailand baru tapi langsung gencar kali ya. Go...go...semoga Indonesia nyusul
DeleteBidang kedokteran belum ada industrj kreatif ya mba
ReplyDeleteAda mba, sekarang udah ada aplikasi untuk pesan obat dan chat dengan tenaga medis lewat smartphone.
DeleteKalo soal kreativitas Bandung memang juaranya. Disitu banyak bisnis dan insudtri kreatif juga orang-orang dengan ide kreatif yang out of the box yang mungkin sebelumnya nggak pernah terpikirkan sama kita.
ReplyDeleteHebat ya Bandung, aku juga kagum dengan kemajuan kota ini
DeleteBandung kalo urusan kreatif mah sellau jadi contoh yaaa
ReplyDeleteBtw pariwisata konon kata nya menyumbang 170% lebih pendapatan di bandingkan sektr lain lho
Wow hebat ya pariwisatanya maju.
DeleteAku suka baca si Jukiiii hehehe. Punya bukunya. Benny and Mice (sekarang Mice) dan Panji Koming juga suka. Miris baca ttg pulau kita yang dimiliki asing. Ada di negara sendiri, tapi kitanya gak boleh ke sana. ��
ReplyDeletePenggemar Si Juki dan Mice juga nih. Iya pulaunya eksklusif gitu padahal di negeri sendiri
DeleteKalau begitu ayo kita rebut kembali
Deletewahhh ternyata BCA punya peran besar di gua pindul ya. sudah pernah ke gua pindul dan memang masih asri dan asli banget obyek wisatanya
ReplyDeleteKalau tempat wisatanya bersih, wisatawan jadi nyaman ya
DeleteWaaaaaa... seru acaranyaaaaa, jadi pengeeeen ikutan belajar bisnis... oiya, ak langsung cus jg ke @foottrip, semoga sukses terus ya mbaaa bisnisnya :)
ReplyDeleteThank you for following Foottrip :)
DeleteMna Helena keren bangat nih sudah mulai ikut jualan kain daerah dengan memanfaatkan sosmed, sudah termasuk OK (orang kreatif) nih, kereeen :)
ReplyDeleteMakasih Mas Awan :)
DeleteAlamak... Kegiatan ama para pematerinya keren abis, sayang di Jakarta. Kalau di Pontianak boleh ikutan. :-)
ReplyDeleteDari Ponti perlu terbang ke Jakarta nih
Deletewahh generasi sekarang makin kreatif yaa *emak kagum*
ReplyDeleteMakin maju ya mak
Delete