Warisan buku sekolah dari Pasar Blauran, Surabaya |
Waktu sekolah saya bertanya-tanya, mengapa tiap tahun
seragam olahraga ganti warna. Siswa harus beli supaya tampil seragam
padahal baju tahun lalu masih layak. Pengeluaran yang juga besar untuk
beli buku paket. Saat daftar ulang sudah diberi daftar buku beserta
penerbitnya. Bisa beli di sekolah, bisa pula cari sendiri. Kalau tidak
mau repot, ibu memberi saya uang untuk beli di sekolah saja. Tetapi ada
kalanya kami hunting di toko buku langganan untuk mencari harga yang lebih murah.
Buku-buku paket ini, kami biasanya menyebut kitab, hanya
dipakai 1-2 semester kemudian menumpuk di gudang. Jarang ada saudara
yang meminjam karena jarak usia yang jauh dengan saya. Harganya lumayan
kalau tiap semester beli baru. Saat SMA ibu pun mengusulkan untuk beli
buku bekas dan pinjam dari kakak kelas. Berburu buku bekas ini harus
teliti supaya mendapat buku dengan kualitas yang layak.
Baca juga: Koleksi Buku Bayi 1 Tahun Pertama
Di Surabaya, ada 2 tempat yang terkenal menjual buku paket bekas yaitu Pasar Blauran dan Jalan Semarang. Ibu mengajak saya ke Pasar Blauran karena familiar dengan tempat tersebut sambil wisata kuliner di sana. Letaknya di seberang pusat perbelanjaan Wijaya yang kini sudah berganti menjadi BG Junction.
Pasar Blauran (dok. panduanwisata) |
Masuk ke Pasar Blauran harus ada tujuan jelas, kalau tidak bisa kalap. Pasarnya besar dan toko yang menjual buku bekas banyak sekali. Sebelum ke sana harus menyiapkan catatan judul buku, pengarang, dan penerbit yang dicari. Kalau lapar, di sepanjang lorong banyak penjual makanan dan snack khas Surabaya. Pasar ini buka sampai malam dan selalu ramai.
Menggunakan buku paket bekas ini ada enak - ga enaknya. Enaknya memakai buku paket bekas itu:
- Pengeluaran untuk beli buku lebih hemat dibanding beli baru, apalagi ibu saya jago menawar.
- Kalau kualitas buku masih bagus dan rapi, tidak terlalu kentara buku bekasnya. Tidak malu dengan teman (ada gengsi sedikit bila memakai buku bekas).
- Lebih beruntung lagi soal-soal di buku sudah ada jawaban dari pemilik sebelumnya. Untuk buku yang pinjam dari kakak kelas, saya pilih senior yang rajin dan rapi karena bukunya terawat.
Cari buku apa saja ada di sini (dok. bukuonlinestore) |
Ga enaknya memakai buku paket bekas itu:
- Kalau sedang apes dapat yang banyak coretannya. Ada saja gambar robot atau bunga, mungkin pemiliknya bosan mendengarkan guru.
- Pernah juga sampulnya sudah hilang jadi saya ganti dengan kertas buffalo yang tebal.
- Warna kertasnya sudah lusuh membuat malas belajar. Kalau buku baru, warna kertasnya masih kinclong jadi senang membacanya.
- Karena ini cetakan lama, ada materi yang berbeda dari cetakan terbaru. Biasanya hanya beda 1 halaman jadi tidak terlalu berdampak.
Baca juga: Ide bermain bersama anak
Ada pengalaman dengan buku paket sekolah jaman dulu? Atau masih kerepotan mencarikan buku sekolah untuk anak?
buku paket dulu turun temurun mba jaman kakak, sodara masih kepake uda gtu dulu emang disedian dari perpus jadi nda perlu beli kecuali LKS pasti beli dari guru :)
ReplyDeleteAh enak banget tuh bisa lebih hemat. Jamanku suka gonta ganti kurikulum sih
Deleteudah kayak senen ya mba klo di jakarta
ReplyDeleteiya mirip kwitang
DeleteAku dulu pernah ngajar di bimbel. Zaman internet masih susah dan anggaran beli buku masih sedikit. Baru lulus kuliah waktu itu. Jadi cari beli buku bacaan di pasar Senen dan UNJ.
ReplyDeleteOh di UNJ juga ada buku second gini?
DeleteBuku bekas masih banyak manfaatnya, yang langka dan bersejarah banyak yang cari
ReplyDeletemakin antik, makin mahal
Deletewah asyiknya ya, kalau aku bisa hunting seharian di sana tuh
ReplyDeletentar bisa kalap lihat tumpukan buku, mba
Deletesaya pernah ke Blauran ...dulu klo nyari buku second di jalan semarang :)
ReplyDeletesekarang Jalan Semarang sudah makin tertata lho
Delete