Tiap orang tua ingin anaknya tumbuh menjadi pintar dan memiliki masa depan cerah. Begitu pula dengan saya yang menaruh harapan besar bagi si kecil. Namun anak tidak bisa pintar dengan sendirinya. Orang tua memiliki peranan penting dalam mendidik dan mendampingi anak mencapai cita-citanya. Untuk itulah penting bagi saya menjadi ibu yang selangkah lebih maju supaya bisa menyiapkan kesuksesan anak di masa depan.
Narasumbernya keren! |
Pekan lalu saya berkesempatan menghadiri Nutrilon Royal – One Step Ahead: Office to Office Parenting Talkshow di BEI, Jakarta. Kampanye One Step Ahead ini digalakan supaya para orang tua di Indonesia mampu mendukung dan merencanakan keberhasilan anak di masa yang akan datang. Sebelum acara dimulai, kami mengikuti kuis “Are you a one step ahead mum?” di www.nutriclub.co.id/onestepahead/. Pertanyaannya seputar hal-hal yang telah dilakukan dalam mengasuh anak. Kuis ini berhadiah tabungan pendidikan 7 juta rupiah lho!
“Ada 4 hal yang perlu dipersiapkan dengan matang untuk masa depan anak, yaitu: nutrisi yang tepat untuk tumbuh kembang anak, mendukung potensi diri anak, memilih pendidikan yang tepat, serta dana pendidikan.”, ujar Danish Rahman, Marketing Director PT Nutricia Indonesia Sejahtera. Acara ini mengupas keempat hal tersebut.
Pentingnya pemantauan tumbuh kembang anak
Volume otak bayi hingga usia 5 tahun tumbuh pesat dibanding usia di atas 5 tahun karena otaknya sedang bertumbuh menjadi matur. Itulah mengapa balita mudah menyerap informasi. Tahun-tahun awal kehidupannya begitu berharga.
Pola makan gizi seimbang |
Dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH menjelaskan ada tiga hal yang berpengaruh dalam tumbuh kembang anak yaitu genetik, lingkungan, dan nutrisi. Pola pengasuhan dan pemberian stimulus yang tepat perlu diperhatikan orang tua. Dalam pemberian stimulus lakukan setiap hari dan diulang tiap ada kesempatan. Ciptakan suasana bermain yang interaktif dan gembira serta penuh kasih sayang. Beri kebebasan untuk anak dan jangan memaksa. Pada tahap awal berikan contoh. Bila si anak mengalami kesulitan, bantulah dan usahakan tuntas. Lontarkan pujian serta penghargaan dengan tulus supaya anak makin bersemangat. Gunakan pola asuh yang demokratik.
Contoh stimulus yang saya berikan ke Sid, anak saya, dengan membaca sebuah buku cerita secara berulang-ulang. Mungkin bagi orang dewasa sekali membaca sudah bosan, namun hal ini berbeda bagi si anak. Sid yang masih berusia setahun suka membuka-buka buku cerita yang ia miliki sejak usia 6 bulan. Saya pun sering membacakan buku itu untuknya sambil menunjuk teks cerita. Entah apa yang ada di pikirannya akan tetapi raut wajahnya begitu serius melihat lembar demi lembar buku itu.
Menggali dan mendukung potensi si kecil
Ajeng Raviando, Psi mengingatkan pentingnya menjadi #OneStepAhead Mum, yaitu seorang ibu tidak hanya memahami apa yang terbaik untuk masa depan anaknya tetapi juga aktif mendukung anaknya dengan mencari tahu apa potensi sang anak.
Mengetahui potensi anak tidak bisa didapatkan secara instan. Hal ini merupakan proses penggalian terus menerus yang harus dilakukan. Orang tua dituntut untuk peka dan jeli melihat bakat dan minat anak. Dari hasil observasi dan eksplorasi minat, pilih satu atau dua hal untuk dikembangkan. Yang dikembangkan bakat anak ya…bukan bakat (atau obsesi) orang tua.
Dikenal pula kecerdasan majemuk yaitu: bahasa, logika – matematika, interpersonal, intrapersonal, musikal, visual - spasial, kinestetik, dan naturalis. Tiap anak memiliki kecenderungan kecerdasan yang berbeda-beda, tidak dapat diukur hanya dengan nilai rapor. Dari 8 kecerdasan majemuk, penting bagi anak memiliki kecerdasan intrapersonal untuk memahami diri sendiri menghadapi situasi dan mengendalikan dirinya.
Positive parenting |
Ajeng pun memberikan tips mengasuh anak melalui positive parenting. Anak akan lebih cepat mengerti bila orang tua memberi teladan, tidak hanya memerintah. Yang tak kalah penting ciptakan komunikasi efektif dengan diskusi dan negosiasi (2 arah).
Pertimbangan dalam memilih sekolah
Terus terang saya belum memikirkan lebih detail kelak Sid bersekolah di mana. Saat menyimak materi ketiga tentang memilih sekolah yang tepat ini saya menyadari banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum menetapkan pendidikan bagi anak. Sekarang ini model sekolah semakin beragam. Full day – half day, nasional – internasional, negeri – swasta, juga berbasis agama. Dalam memilih sekolah, poin pertama yang perlu diperhatikan yaitu dari segi idealisme keluarga. Visi sekolah harus sejalan dengan visi keluarga. Ada pula pertimbangan kurikulum, negeri vs swasta, juga pulang hari vs asrama. Makin tinggi jenjang sekolah anak, makin banyak pertimbangan. Jarak antara rumah dengan sekolah juga penting. Kalau sekolahnya terlalu jauh, anak akan lelah di perjalanan. Jadi teringat saat saya sekolah lintas kota dan harus PP tiap hari. Untuk menyiasati rasa lelah, saya tidur di bis.
Langkah pendampingan anak |
Pendampingan anak selama masa sekolah juga penting. Bukan berarti orang tua lepas tangan dan menyerahkan semuanya ke guru. Saat SD hingga SMA menimbang kebutuhan les pelajaran maupun kegiatan ekstrakurikuler. Orang tua pun perlu membantu anak menetapkan minat, bandingkan dengan bakat dan kemampuan.
Drh. Damayanti Jusuf, M.Sc, Ph.D berpesan bahwa anak adalah titipan Tuhan yang harus dijaga sebaik mungkin. Orang tua harus selangkah lebih maju dalam memilih pendidikan anak. One step ahead, one step at a time.
Mempersiapkan dana pendidikan
Biaya pendidikan butuh banyak! |
Setelah mengetahui sekolah mana yang cocok untuk anak, kini orang tua perlu mempersiapkan dana pendidikan sedini mungkin. Ligwina Hananto, CEO QM Financial, memberikan ilustrasi perhitungan dana pendidikan anak mulai dari TK hingga S1. Simulasi ini rentang waktunya sesuai untuk Sid yang masuk TK 3 tahun lagi. Untuk biaya selama TK saja saya harus menabung Rp 216.000,-/bulan dari sekarang hingga 3 tahun. Kalau mau mempersiapkan biaya untuk S1, saya perlu menabung Rp 2juta/bulan selama 17 tahun *mendadakpingsan. Pilihan lainnya bisa dengan berinvestasi Rp 245.000,-/bulan. Ini biaya untuk 1 anak lho, bagaimana dengan yang memiliki 3 anak? (hitung sendiri, hehe..).
Tips menyiapkan dana pendidikan anak:
1. Tentukan sekolah tujuan
2. Cari tahu biayanya
3. Hitung jangka waktu mulai masuk sekolah serta lamanya pendidikan
4. Hitung kebutuhan di masa mendatang (time value of money)
5. Siapkan dana mulai dari SEKARANG!
6. Investasi sesuai profil risiko.
Nutrilon Royal Talkshow ini juga menghadirkan Astrid Suryatenggara yang menunjukkan besarnya peran ibu di balik kesuksesan anak. Chef Revo (Junior MasterChef Indonesia) beruntung memiliki ibu yang mendukung bakat dan minatnya di bidang memasak. Ia memberikan kebebasan ke Revo untuk bereksperimen di dapur pada usia yang begitu belia, 8 tahun. Sebagai ibu yang selangkah lebih maju, ia tidak serta merta menuruti kemauan si anak. Revo pun diuji untuk melihat kesungguhannya menekuni dunia kuliner.
Ketertarikan dan bakat Revo dalam hal memasak sudah sangat jelas. Namun Astrid juga memberikan arahan untuk mempelajari bidang lain supaya mendukung masa depan anaknya kelak. Revo pun mengikuti les musik dan menulis.
Selain mendapat penjelasan dari para narasumber, di acara ini peserta bisa mengukur Body Mass Index pada booth Nutrilon Royal. Saya pun mencobanya. Ternyata saya perlu menambah otot dan mengurangi lemak. Salah satunya dengan berolahraga rutin minimal selama 30 menit tiap hari.
Setelah mengikuti parenting talkshow ini saya telah selangkah lebih maju untuk mempersiapkan kesuksesan anak. Apa langkahmu untuk menjadi one step ahead mum?
Iya, terus update supaya ga kalah gaul dengan anak
ReplyDeletedana pendidikan anak harus disiapkan sejak dini yah Mba agar kelak mereka bisa menempuh pendidikan tanpa terkendala biaya :)
ReplyDeleteBetul. Sebagai orang tua kita ingin anak bisa memperoleh pendidikan terbaik.
Deletebaru mau belajar jadi orang tua, hee
ReplyDeleteSaya juga masih belajar dan terus belajar supaya bisa mendidik anak dengan benar.
DeleteSaya belum jadi orang tua, tetapi dg tulisan mbak Helena ini, saya mengerti betapa harus aktifnya orang tua untuk tumbuh kembang anak.
ReplyDeleteBetul. Kalau mau anak tumbuh sehat dan cerdas, orang tua harus aktif memberikan stimulus.
Delete