Setelah mengambil air wudhu, saya mematut-matut diri di depan cermin. Seketika pantulan wajah di cermin menjadi buram karena ada goncangan. Astaghfirullah, ini gempa. Saya segera keluar toilet untuk memastikan peristiwa barusan. Namun apa yang terjadi? Di ruang kantor tidak ada seorang pun. Mereka tiba-tiba menghilang. Apa ini serangan zombie? Atau rekan kerja saya diculik alien? Ah..efek menonton Walking Dead.
Saya pun menuruni tangga menuju lantai 1. Waktu itu meja kerja saya di lantai 3. Ternyata semua orang sudah berkumpul di banking hall. Mereka lari menyelamatkan diri begitu terasa gempa. Saya pun lega pikiran tentang zombie dan alien hanya bayangan. Setelah dirasa aman, tidak ada gempa susulan, kami pun kembali bekerja.
Pengalaman itu hanyalah satu dari sekian kali gempa yang pernah saya alami ketika tinggal di Palu, Sulawesi Tengah. Berbeda dengan tempat asal saya di Jawa Timur yang jarang gempa bumi, di Sulawesi peristiwa alam ini sering terjadi karena secara geografis pulau Sulawesi terletak di pertemuan 3 lempeng. Di Palu terdapat patahan kerak bumi dengan dimensi cukup besar yang disebut sesar Palu Koro. Inilah yang membuat Palu menjadi daerah rawan gempa.
Merasakan gempa yang datang berkali-kali tanpa kulo nuwon tidak membuat saya terbiasa. Ya, saya selalu panik bila terasa guncangan meski hanya beberapa detik. Istilah kerennya, seismophobia atau ketakutan akan gempa bumi. Twitter @infoBMKG pun saya ikuti untuk mengetahui info gempa. Berapa kekuatannya, sejauh apa lokasinya dengan kota Palu dan berapa kedalamannya. Kalau goyangannya terasa kencang artinya pusat gempa dekat dan kekhawatiran saya semakin tinggi.
Saking parnonya dengan bencana alam ini, saya bereaksi berlebihan bila ada guncangan. Saat truk bermuatan berat lewat, kadang jalanan bergetar. Bila saya merasakannya, pikiran langsung tertuju pada "Ini gempa! Saya harus berlindung.". Sedangkan rekan sekantor yang sudah biasa dengan gempa malah kurang aware dan santai menanggapi kehebohan saya. Jika mendengar kabar gempa di suatu daerah dengan kekuatan di atas 5 SR, saya prihatin dan terbayang betapa paniknya orang-orang di sana karena saya pernah mengalaminya.
Safety Tips |
Ketakutan berlebihan ini sangat mengganggu. Namun saya tidak mau lengah dan menganggap enteng gempa bumi di Palu. Sebagai cara meredam seismophobia tersebut, saya mempelajari langkah penyelamatan bila ada gempa. Tetap tenang dan berdo'a, berlindung di bawah meja yang kuat, dan lindungi kepala (andai boleh simpan helm di kolong meja ^___^). Selain itu saya memilih pakai sepatu flat supaya bisa kencang berlari bila gempa dan meletakkan HP di tempat yang mudah dijangkau supaya bisa diambil sebelum menyelamatkan diri. HP penting untuk berkirim kabar dan update status, hehe.
Baca juga Tips saat gempa bumi oleh Kreasi Natara
Baca juga Tips saat gempa bumi oleh Kreasi Natara
Dengan melakukan langkah-langkah di atas, ketakutan saya pelan-pelan menghilang. Alhamdulillah selama tinggal di Palu tidak terjadi guncangan yang dahsyat (dan semoga seterusnya aman).
Apa ketakutanmu dan bagaimana melawannya?
Referensi:
Palenga, Alamsyah. Berada di Pertemuan 3 Lempeng Sulawesi Rawan Gempa dan Tsunami.http://alamsyahpalenga.wordpress.com/2011/10/29/berada-di-pertemuan-3-lempeng-sulawesi-rawan-gempa-dan-tsunami/.Diakses tanggal 9 April 2016
===
Ditulis untuk ODOP Challenge day 13 di Fun Blogging
Saya pernah amengalami gempa saat di tower sebuah bank. kami segera meluncur ke bawah takut gedungnya ambruk.
ReplyDeleteSalam hangat dari Jombang
Eh, itu bener ya kalau ada gempa berlindung di bawah meja?. Orangtua dulu suka kasih nasihat begitu soalnya.
ReplyDelete