Hasil karya peserta DetEksi Mading Competition (dari berbagai sumber) |
Kalau dipikir-pikir, nilai Bahasa
Indonesia saya sangat standar saat sekolah. Setelah libur semester, biasanya
guru memberikan tugas menulis pengalaman selama liburan. Tugas seperti itu saja
saya bingung mau menulis seperti apa karena liburan hanya diisi dengan bermain
di rumah atau sesekali ikut ibu berjualan di pasar. Tulis-menulis entah liputan
acara, puisi, cerpen, atau karya lain belum saya minati saat di bangku sekolah.
Jadi saat One Day One Post Challenge bertemakan majalah dinding (mading), saya
bertanya ke suami yang dulunya kawan satu sekolah.
Suami saya memiliki bakat menjadi
pujangga (ciee…ku puji loh Pak). Pengalaman melewati hutan cemara yang bagi
saya menyeramkan, bisa menjadi satu puisi indah bagi dia. Sejak SMP ia rajin
mengisi artikel di mading sekolah. Salah satu tulisan yang sangat berkesan
yaitu tajuk rencana tentang substansi pendidikan. Buset…masih SMP sudah
membahas makna sebenarnya inti dari bersekolah itu apakah kewajiban atau memberikan
penerangan (enlightening). Karena dianggap menarik, artikel itu dijadikan bahan
tulisan di majalah sekolah oleh guru.
lho…ini membahas majalah dinding
atau suami? Lanjut dulu bacanya
Di SMA, tempat kami bersekolah, hampir
tiap ekstrakurikuler memiliki mading sendiri-sendiri yang berisi artikel
seputar jadwal maupun kegiatan ekskul.
Ada juga rubrik humor, karikatur, foto-foto kegiatan, dan puisi. Mengenai
rubrik terakhir ini, suami saya pernah membuat puisi romantis setelah membaca karya
sastra Kahlil Gibran. Di bawah puisi ia tulis nama samaran, J.A. Puisi ini
membuat saya manyun, lha wong bukan ditujukan buat saya.
Saat itu ada kompetisi mading
bergengsi yang diadakan oleh koran Jawa Pos, namanya DetEksi Mading
Competition. Kalau di sekolah bentuk madingnya hanya 2 dimensi, selembar karton
ditempel artikel-artikel, di lomba mading DetEksi ada mading 3D. Perwakilan
sekolah ikut meramaikannya. Saya dan teman-teman datang ke tempat acara melihat
hasil karya para peserta. Wow, luar biasa kreatif. Bentuknya bermacam-macam
sesuai topik yang diangkat. Bila mengambil topik tentang “Go Green”, mading
dibentuk globe dan dihiasi barang bekas yang disusun dengan menarik.
Artikel-artikel terkait ditempel sedemikian rupa menghias bola dunia tersebut.
Seperti maket kecil yang menarik. Kompetisi yang menjadi ajang tahunan ini
mengasah kreativitas siswa SMA dan selalu ramai pesertanya.
Balik lagi ke suami yang dari dulu aktif mengirimkan karyanya untuk mading sekolah. Sekarang ini mencari artikel untuk mengisi mading semakin mudah karena banyak referensi. Ambil dari internet, cetak, tempel. Beliau berpesan, jangan hanya tampilan hiasan mading yang diperhatikan tetapi materi yang disajikan juga penting. Once again, content is the king!
===
Ditulis untuk ODOP Challenge Day 10 oleh Fun Blogging
Pengalaman mengisi madingnya keren, mbak Helena. Hebat, ikut kompetisi mading juga. :)
ReplyDeletesuamiku yang ikut lomba mading. aku bagian penonton aja, heheh
DeletePengalaman mengisi madingnya keren, mbak Helena. Hebat, ikut kompetisi mading juga. :)
ReplyDeleteWah, keren mading 3D nya :)
ReplyDeleteasyiknya kalau di sekolah ada banyak mading. di sekolahku cuma satu dan nggak keurus
iya kreatif banget mading 3D-nya
DeleteAh, bayangin jaman segitu nyari bahan buat konten mading. Kudu rajin-rajin ke perpusatakaan, nyatet ini-itu. Kalau nggak ya bela-belain beli koran sebagai referensi. Sekarang mah tinggal pencet smartphone, terus bilang, "OK Google!"
ReplyDelete