Membawa bayi naik transportasi
umum di Jakarta itu…menantang! Padahal ini kota besar dengan segala kemudahan
moda transportasi. Dari sekian pengalaman, saya mau cerita yang satu ini deh.
Pagi itu saya hendak menghadiri
acara di JCC Senayan. Seperti biasa, si kecil yang menginjak usia setahun ikut
serta. Karena lokasinya di pusat kota dan harus berangkat pagi bersamaan dengan
waktu berangkat kerja, saya memutuskan naik bus Transjakarta. Sebelum berangkat
sudah memikirkan macet dan berdesak-desakan di bus sambil menggendong bayi.
sumber: wikimedia.com |
Alhamdulillah saya mendapat
tempat duduk karena naiknya dari pool awal. Anak digendong, stroller dijepit di
kaki, dan tas di samping. Perjalanan Pulo Gadung – Dukuh Atas lancar. Memang
penumpang ramai di bus tapi karena saya duduk jadi nyaman. Si kecil pun lelap
hingga tiba di halte transit.
Sampai di Dukuh Atas, kami pindah
halte ke Dukuh Atas yang di atas (apa coba maksudnya..). Stroller pun saya
buka. Dia duduk manis dan saya bisa mendorongnya dengan mudah melewati jembatan
penyeberangan. Di Dukuh Atas yang dekat patung Sudirman, kami pun mengantri.
Saya sengaja tidak menutup stroller, biar sajalah dia tetap duduk di situ
hingga di atas bus. Saat bus jurusan Kota – Blok M datang, saya dibantu
kondektur menaikkan kereta dorong. Sebenarnya di tiap bus Transjakarta ada
tempat khusus untuk pengguna kursi roda. Namun karena jarang terpakai, biasanya
digunakan untuk penumpang yang berdiri.
Di halte Benhil, kami turun
dibantu penumpang yang hendak masuk bus. Alhamdulillah banyak bantuan hari ini.
Dari Benhil kami melewati jembatan penyeberangan terpanjang seantero Jakarta
menuju halte Semanggi. Padahal saya hanya mendorong stroller tanpa membawa tas
yang berat namun lumayan juga jarak jembatan ini. Ditambah lagi alurnya yang
naik turun. Olahraga!
Dorong terusss |
Halte Semanggi tidak seluas halte
Benhil dan udara terasa panas. Untungnya bus menuju JCC segera datang. Sekali
lagi, saya dibantu bapak OB mengangkat kereta ke dalam bus. Jarak halte
Semanggi ke JCC Senayan hanya satu halte. Kami pun sampai di halte tujuan. Lha…ternyata akses keluar berupa tangga padahal niatnya mau wusss
dorong kereta. Baiklah, ambil napas, kumpulkan tenaga, kemudian si anak yang
sudah nyaman duduk pun saya turunkan dan berganti duduk di tangga halte. Kereta
saya lipat, dia pun saya gendong sambil menjinjing kereta dan tas. Ada 2 wanita
yang berbarengan turun di halte JCC menunggu saya, khawatir dengan kerempongan ini. But everything was fine, I could handle it *wink. Alhamdulillah
perjalanan selesai.
Whoaaa…bus Transjakarta memang
nyaman bagi ibu hamil, lansia, ibu dengan anak, ataupun kaum difabel karena ada
kursi prioritas. Namun sangat disayangkan akses halte yang terkadang masih
berupa tangga (dan tidak ada lift) tentu menyulitkan bagi pengguna kereta bayi/kursi
roda. Saat masuk ke bus juga ada jarak dan harus dibantu angkat kursi roda.
Terbayang MRT di Singapura yang memfasilitasi pengguna kursi roda untuk
menggunakan moda tersebut. Untuk Jakarta yang begitu padat penduduk dengan
mobilitas tinggi, transportasi umum bisa menjadi solusi kemacetan asalkan
dibuat lebih aman dan nyaman. Masih ada waktu untuk berbenah.
Semoga semakin ramah fasilitas nya buat ibu hamil, menyusui, lansia maupun disabilitas.
ReplyDeleteKalau jaman anak saya bayi karena belum ada bis model transjakarta, transolo dll, anak ya di gendong kalau pake kereta dorong nggak bisa masuk keretanya karena sempit lorong dan pintu bus nya.
iya..semoga makin membaik ya dan kesadaran penumpang untuk memberikan priority seats untuk yang membutuhkan
Deletembak baca ini jadi inget kejadian sabtu kemarin naik krl dari jatinegara ke bekasi, ada sepasang muda-mudi yg aku semprot krn aku udah gag tahan liat kakek-nenek gag dpt tempat duduk tapi ini org diem aja. umurnya paling banter 28an ini, bajunya rapih tasnya givenchy (kw kali)duduknya di kursi yg pojok yg mana kursi prioritas kan. aduh biasanya ak paling panggil security tp kmrn gag ada, jadi ak sendiri yang nyuruh mereka bangun trs mereka marah-marah gitu but i dont care .
ReplyDeletebetul memang sistem nya mesti diperbaikin, tapi kesadaran orang-orang juga perlu banget di tingkatin. sekian. lah maap aku jadi curhat heheheh salam kenal mbak ~
hihi..iya pernah ketemu yang begini juga
Deletesabar ya..sabar
dan semoga makin tinggi kesadaran penumpang untuk memberikan priority seats ke yang membutuhkan
Hmm jangankan buat anak kecil mbak buat orang dewasa saja duh minta ampun.
ReplyDeleteHeheh..pengalaman pribadi ya
DeleteAlhamdulillah ya lancar perjalanannya..sendirian aj, klo lagi jam padat apalagi klo jam pulang kerja, kayak oksigen di bumi ini menipis.tapi transjakarta tidak terlalu padat ketimbang krl. cz ada petugas yg membatasi jumlah penumpang. jadi gak terlalu parah berdesakannya. kalau krl bener-bener dah, kayak jajan dimasukin di toples, diteken-teken sampe penuh.
ReplyDeleteHihihi..kalau KRL bagaikan pepes ikan
Delete