Expectation and Disappointment
First of all, Met Lebaran! Met Liburan! Maaf lahir batin atas kebodohan2 Na pd dunia dan isinya, Tuhan…
Mengapa ada penyesalan dan rasa kecewa?
Saat berinteraksi dengan seseorang atau sekelompok orang, tentunya kita memiliki ekspektasi akan dia dan mereka
Umm..akan ku permudah menjadi antara aku dan dia
Saat berinteraksi dengan seseorang tentu aku memiliki ekspektasi akan dia. Kalau selama ini hanya melihat dan mengamati dari jauh tanpa benar2 mengenal langsung dan selama itu aku mengamati tingkah dan prilakunya yang positif maka yang ada di pikiranku adalah dia orang yang begitu baik dan aku sangat senang bila dapat mengenalnya lebih jauh dan bisa mengambil teladan dari sikap positifnya. Aku berekspektasi begitu tinggi, berharap begitu banyak terhadapnya, tanpa memikirkan bagaimana dia sebenarnya seutuhnya, bagaimana dia sejujurnya, mungkinkah ada hal2 yang tidak dia tampakkan yang luput dari pandanganku selama ini, aku juga tidak memperhitungkan bagaimana masa lalunya sehingga dia tampak seperti itu. Sedikit banyak aku membohongi diriku sendiri dengan ekspektasiku yang memandangnya terlalu sempurna.
Ketika ada kesempatan mengenalnya dengan utuh, janganlah sampai disia-siakan. Seakan ini harapan yang jadi kenyataan. Aku berusaha mengetahui seluk-beluk kehidupannya dan berusaha menuai petuah-petuah darinya. Sungguh aku tak pernah menyesal bisa mengenalnya. Namun ia hanyalah manusia yang memiliki ego, super ego, dan ke-aku-an. Ia memiliki akal yang brilliant dan juga hawa nafsu yang harus dijaganya. Ia tak luput dari dosa. Aku mengakui itu, meskipun sebagian dari diriku berontak dan tidak dapat menerima bahwa dalam dirinya terdapat secuil sisi negatif yang aku tahu pasti dia juga berusaha mengendalikannya.
Setiap waktu aku meyakinkan diriku sendiri untuk paham akan sisi lain dirinya, sisi yang tak pernah ada dalam ekspektasiku, yang masih saja belum dapat aku terima. Satu kali…dua kali…tiga kali…entah hingga kini telah berapa kali dia berbuat kesalahan yang sama yang tidak dapat aku maklumi hingga pada puncaknya dia pergi tanpa pesan, meninggalkanku dan hanya menyisakan potongan2 puzzle yang hingga kini belum dapat kuselesaikan. Aku belum begitu mengenalnya, belum mengenal seluruh sisinya. Aku merasakan kecewa yang teramat besar. Entah karena aku tak bisa menerima kekurangannya atau lebih karena dia berbeda dari ekspektasiku yang berlebihan dan mengharap banyak darinya atau karena kesalahannya yang membuatku terluka dan tak ada yang menutupinya bahkan menyembuhkannya. Mungkin selamanya aku tidak dapat menerima dia lagi.
“belumlah terlambat untuk mengerti, dan belum terlambat untuk menumbuhkan cintaku
Selama hidup sepanjang usiaku, tak sekalipun pernah ku menyentuh wujudnya”
Saat berinteraksi dengan seseorang tentu aku memiliki ekspektasi akan dia. Kalau selama ini hanya melihat dan mengamati dari jauh tanpa benar2 mengenal langsung dan selama itu aku mengamati tingkah dan prilakunya yang positif maka yang ada di pikiranku adalah dia orang yang begitu baik dan aku sangat senang bila dapat mengenalnya lebih jauh dan bisa mengambil teladan dari sikap positifnya. Aku berekspektasi begitu tinggi, berharap begitu banyak terhadapnya, tanpa memikirkan bagaimana dia sebenarnya seutuhnya, bagaimana dia sejujurnya, mungkinkah ada hal2 yang tidak dia tampakkan yang luput dari pandanganku selama ini, aku juga tidak memperhitungkan bagaimana masa lalunya sehingga dia tampak seperti itu. Sedikit banyak aku membohongi diriku sendiri dengan ekspektasiku yang memandangnya terlalu sempurna.
Ketika ada kesempatan mengenalnya dengan utuh, janganlah sampai disia-siakan. Seakan ini harapan yang jadi kenyataan. Aku berusaha mengetahui seluk-beluk kehidupannya dan berusaha menuai petuah-petuah darinya. Sungguh aku tak pernah menyesal bisa mengenalnya. Namun ia hanyalah manusia yang memiliki ego, super ego, dan ke-aku-an. Ia memiliki akal yang brilliant dan juga hawa nafsu yang harus dijaganya. Ia tak luput dari dosa. Aku mengakui itu, meskipun sebagian dari diriku berontak dan tidak dapat menerima bahwa dalam dirinya terdapat secuil sisi negatif yang aku tahu pasti dia juga berusaha mengendalikannya.
Setiap waktu aku meyakinkan diriku sendiri untuk paham akan sisi lain dirinya, sisi yang tak pernah ada dalam ekspektasiku, yang masih saja belum dapat aku terima. Kemudian perlahan-lahan aku menyesuaikan gambaran ekspektasiku tentangnya yang selama ini aku ciptakan di otakku yang mungkin saja terlalu muluk akan dirinya. Aku belajar menerima dia yang sebenarnya dengan segala hitam dan putihnya. Aku mencoba memahami mengapa dia seperti itu, apa yang membentuk prilaku dan sifatnya. Sedikit demi sedikit kecewaku memudar hingga (aku berharap) dapat menerimanya sebagai dirinya yang sebenarnya (real).
“maafkan kata yang tlah terucap, akan kuhapus jika ku mampu
Andai ku dapat meyakinkanmu, kuhapus hitamku”
Greece, 1st Octo 08
21.19
Omah_ungU
Post Comment
Post a Comment
Hai!
Terima kasih banyak ya sudah berkunjung. Semoga artikel tersebut bermanfaat.
Bagaimana komentarmu? Silakan tulis di kolom komentar, bisa pakai Name/URL. Kalau tidak punya blog, cukup tulis nama.
Ku tunggu kedatanganmu kembali.
Jika ada yang kurang jelas atau mau bekerja sama, silakan kirim e-mail ke helenamantra@live.com
Salam,
Helena