Pekerjaan seorang ibu tak ada habisnya.
Pagi, sebelum anggota keluarga lain bangun, ibu harus bangun paling pertama
menyiapkan sarapan, menata pakaian kerja dan seragam sekolah, membersihkan
rumah, dan setumpuk pekerjaan domestik lainnya. Setelah anak bangun, rumah yang
rapi jadi berantakan lagi. Mainan berserakan di lantai, makanan ada yang
tumpah, grrr! Trus, kapan ibu bisa istirahat?
Rumah bersih dan rapi seperti ini membuat ibu bahagia. Alhamdulillah, ya. |
Hihihi, saya geli sendiri
membayangkan hal di atas. Iya betul pekerjaan ibu memang luar biasa. Itulah
mengapa Allah memberikan kekuatan dan kesabaran yang besar pada seorang ibu. Di
balik tantangan yang tak ada habisnya, tersimpan banyak pahala bila ibu
melakukannya dengan ikhlas dan penuh cinta.
Saya sempat mengalami kekagetan
saat awal menjadi ibu, terutama ketika tinggal pisah dengan orang tua. Seharian
harus mengelola rumah bersama SID yang saat itu masih di bawah setahun. Jika
kelelahan, kadang mudah naik pitam. Anak dan suami ikutan kena semprot. Ups! Begini
ya hidup mandiri.
Ini masih satu anak, lho.
Bagaimana dengan teman yang mengurus rumah dengan tujuh anak? Atau Gen
Halilintar yang tinggal bersebelas? Rupanya ada tips mengelola emosi bagi ibu
supaya ibu bahagia menjalani perannya.
Baca juga: Kunci kekompakan keluarga Gen Halilintar
Berdamai dengan Diri
Sebelum membangun keluarga
bahagia, ibu harus berdamai dengan diri sendiri. Pola pengasuhan ataupun
sikap ibu sekarang ini kemungkinan
berdampak dari inner child. Emosi,
nada tinggi, atau “ringan tangan” dimungkinkan karena kejadian buruk di masa
lalu ibu. Well, saya bukan pakar di
bidang inner child namun dari
beberapa literatur yang saya baca, butuh proses menemukan – menerima –
memaafkan kejadian-kejadian negatif di masa lalu. Yang lalu biarlah berlalu.
Ibu punya kesempatan mengasuh anak dengan pola yang lebih positif.
Inner Child
a person's supposed original or true self, especially when regarded as damaged or concealed by negative childhood experiences.
Saat mengenal istilah inner child, saya teringat satu buku
yang saya baca ketika sekolah. Buku tersebut diangkat dari kisah nyata Billy
Milligan yang memiliki 24 kepribadian dalam satu tubuhnya. Awalnya ia tidak
menyadari memiliki kepribadian ganda (ini sih lebih dari ganda, ya) sehingga
saat satu kepribadian menguasai “panggung utama”, kepribadian lain tidak
menyadari yang ia lakukan. Kadang Billy jadi pria dewasa, kadang anak perempuan
yang lugu, kadang pula menjadi kasar. Pecahnya kepribadian Billy karena ia
mendapat perlakuan kasar secara fisik, psikis, dan seksual dari ayah tirinya. Astaghfirullah hal adzim.
Ibu Bukan Manusia Sempurna
Tidak ada manusia sempurna di
dunia ini, termasuk ibu. Sehebat-hebatnya seorang ibu pasti membutuhkan orang
lain. Ketahui hal-hal apa yang membuat ibu menjadi lebih mudah tersulut emosi.
Umumnya emosi naik karena lapar, ngantuk, atau lelah. Dengan mengetahui
kekurangan tersebut, ibu lebih bisa mengendalikan emosi.
Saya tipe yang saat lapar akan
lebih gampang “keluar taring” maka saat lapar saya mengutamakan makan sebelum
menangani anak. Ga apa-apa deh anak nunggu (sambil rewel) selama saya makan
sekitar 3-5 menit. Setelah perut kenyang, otak dan hati lebih mudah diatur.
Emosi pun ga jadi naik.
Baca juga: Cheese cake enak di Jakarta
Meminta Pertolongan
Sejatinya sebuah keluarga terdiri
dari lebih dari satu orang. So, ibu
tak perlu melakukan semua pekerjaan sendiri. Ada suami atau anak yang dapat
mengerjakan tugas-tugas di rumah. Komunikasikan dengan anggota keluarga lain
untuk berbagi tugas dan tanggung jawab. Gunakan jasa ART, jika perlu.
Sejak usia berapa si kecil diberi
tanggung jawab? Sedini mungkin. Langkah awal dengan mengajaknya merapikan
mainan setelah bermain, tentunya dengan cara menyenangkan seperti balapan
memasukkan mainan ke kotak. Seiring bertambahnya usia anak, berikan tanggung
jawab yang lebih besar seperti menyapu, mencuci piring, mencuci baju,
menyiapkan sarapan, dsb.
Baca juga: Mainan edukatif untuk batita aktif
Sebelum anak sekolah, ia terbiasa
melihat orang tuanya merapikan rumah sehingga ia tergerak ingin meniru. Tanggung
jawab ini harus terus dilakukan hingga ia masuk usia sekolah. Umumnya saat si
anak sudah sekolah, orang tua mengurangi tanggung jawab tersebut. Anak diminta
fokus saja pada pelajaran sehingga ia tidak terbiasa mengerjakan pekerjaan domestik.
Hal ini akan menyulitkan si anak di masa yang akan datang. Ia akan lebih sulit
belajar mandiri karena selama ini terbiasa dilayani.
Bersyukur
Last but not least, ibu perlu bersyukur kepada yang Maha Kuasa atas
keberkahan yang melingkupi keluarga. Jika suami dan anak belum dapat diajak
kerja sama, berdoalah minta dibukakan pintu hatinya. Lakukan tugas dengan tulus
dan ikhlas, insya Allah akan ada balasan yang baik di kemudian hari.
Lakukan poin-poin di atas agar
ibu makin bahagia menjalani peran setiap hari. Menjadi ibu harus bahagia karena
ibu bahagia dapat menciptakan keluarga bahagia. Bagaimana dengan hari-harimu,
para ibu? Apa yang biasa ibu lakukan dalam mengelola emosi agar selalu bahagia?
lapar, ngantuk, cape itu emang bikin emosi meluap..baru aja bisa tidur eh tau2 ada bisikan minta ini itu duh rasane pengen jedotin palaku mba wkwkkwk jadi ibu emang mesti banyak sabar dan utamanya bisa kelola emosi semoga ga kelepasan meski cape mendera buatku
ReplyDeleteNoted..ntar jadi ibu ingat2 artikelnya mom syd :)
ReplyDeleteMamaaa Sid, aduh tipsnya emang penting banget. Saya masih suka nangis kalo marah sama anak hihii, apalagi putra saya butuh ekstra keras didampingi. Kayaknya saya butuh pertolongan me time yang lama hehehe. Thanks Mbak Helenaaa sharingnya.
ReplyDeleteSebaiknya sih berdamai ama diri sendiri mba, terima segala konsekwensi kalau jadi Ibu ya gitu? Biasanya bila emosi meluap rumah jadi beres lo mba. Hehehe
ReplyDeleteHal yang paling pentin selain bersyukur adalah mengakui kalau kita membutuhkan bantuan ya, Mbak. Terima kasih tipsnya, Mbak.
ReplyDeleteTetap saja ya semua ibu itu luar biasa. Multitasking banget.
ReplyDeleteNgeri ya dampak inner child itu. Aku kok jadi kuatir, jgn2 aku blm berdamai sama diri sendiri. Duuh
ReplyDeleteMakasih ya pencerahannya mama sid, sy juga biasa bikin prioritas dlm kerjaan rumah. Mn yg halus diduluin, klo ga puyeng sendiri, aplg no art standar diri hrs diturunin sesuai kemampuan biar ga uring2an mulu
ReplyDeleteNaah...ini aku banget mbaa...
ReplyDeleteAwalnya gak paham kalau harus memaafkan. Jadi hobinya nyalah-nyalahin masa lalu melulu.
Akhirnya setelah ikut pelatihan Inner Child, baru deeh...kluar smua "sakit-sakit"nya selama ini.
Alhamdulillah...
Karena bahagia itu bukan rasa, tapi cara kerja otak kita dalam memahami dan menanggapi masalah.
Awwh...beuraat.
Super noted mbaak! Ibu juga manusia soalnya hihi perlu refreshing!
ReplyDeletePastinya dengan bersyukur setiap saat agar selalu happy sepanjang jadi Ibu.
ReplyDeleteBersyukur! Nah ini emang cara bahagia yg paling sederhana ya mbk.
ReplyDeletekalau aku jarang marah ke anak, seringnya ke suami
ReplyDeletemarah karena capek, enggak ada hal yang bisa buat menyalurkan amarah... haha
Berdamai dengan diri sendiri itu aku setuju kali... Kadang (selalu sih kayaknya) kita gampang tersulut emosi karena kita kesal dengan apa yang terjadi pada diri kita sendiri. Kita nggak terima berada dalam posisi yg menurut kita nggak enak. Jadi dikit aja kesenggol udah ngamuk. Thanks for sharing mbak. 💕
ReplyDeleteberdamai dengan diri sendiri itu yang sulit ya, duh kadang kalau sudah capai , lelah dan gak ada yang memperhatikan itu rasanya
ReplyDeleteYeaaaahhh cant agree moreee pokokeeee. Kudu dijalani sabar, gak usah ngoyo dengan standar, dan bersyukur TFS
ReplyDeletePesan penutupnya aku setuju banget, ibu harus bahagia biar bisa bikin keluarga yg bahagia. Padahal aku belum berkeluarga, tp terharu bacanya :')
ReplyDeleteSemua benerr, dan semua masih pe-er buatku.... Seharusnya menjadi ibu itu sudah selesai dengan dirinya sendiri, jadi dia bisa melejitkan anak dan keluarga tanpa terseok-seok dengan pribadi ibu yang belum sepenuhnya pulih dari masalah
ReplyDeletesamaa yak.. kalo udah ibu emang mesti pintar2 mengatur emosi. Makasih sharingnya mbak..
ReplyDeleteAh iya, syukur adalah kunci banyak kebahagian :)
ReplyDeleteSaya biasanya gampang marah kalau ngantuk.
ReplyDeleteAlhamdulillah suami dan anak-anak dah ngerti(*sudah hapal karena sering kena marah hehe...)
Jadi kalau saya tertidur kala sedang menemani mereka, mereka akan membiarkan saya tidur sampai terbangun sendiri.
Kalau saya kayaknya harus rajin-rajin bersyukur, punya anak cowok, satunya slow motion plus cerewet, satunya bayi yang suka sensitif.
ReplyDeletePlus sayanya terbiasa hidup rapi, rasanya kudu sering baca-baca tulisan kayak gini hehehehe :)
betul mom bukan superpower. perlu bantuan orang lain dan suami harus ngerti bahwa tugas perempuan dari bangun tidur sampai tidur lagi. ya sisihkan pendapatan buat bayar assten rumah tangga
ReplyDeleteAku termasuk gmpang emosi juga kalo sedang mengurus rumah, pada saat mba aRT mudik misalnya. Mungkin krn ga terbiasa, makanya jd stress sendiri. Ujung2nya yg jd sasaran anak2. Makanya cara supaya akunya happy, anak2 juga seneng, kalo si mbak ART mudik, aku lbih milih utk pindah tinggal sementara ke hotel biasanya, sampe si mbak balik. Cm dgn gini aku bisa lbh menjaga emosi krn ga hrs ngurus rumah, jd konsen ke anak2 dan suami :D
ReplyDelete