Tantangan mengajak anak ke acara blogger |
Seorang teman, sebut saja Septi Mama Luigi, pernah bertanya tentang kebiasaan saya membawa anak saat mengikuti berbagai acara atas undangan sebagai blogger. Kok bisa? Apa ga repot? SID kan masih Baduta alias Di Bawah Dua Tahun. Gimana supaya ia tenang selama acara? Di sini saya berbagi pengalaman behind the scene ketika kami mengikuti blogger gathering.
FYI, blogger sering diundang
untuk meliput suatu acara, baik oleh agency
maupun brand secara langsung. Di sana
blogger, seperti tamu undangan lainnya, menyimak penjelasan narasumber sebagai
bahan tulisan yang akan ditayangkan di blog. Harapannya artikel di blog
tersebut meningkatkan awareness
pembaca supaya tergerak melakukan hal yang dikampanyekan. Ketika menghadiri
undangan, blogger umumnya mendapat goodie
bag atau minimal snack/makanan di
venue. Selain itu ada event yang memberikan fee atas liputan di blog. Iya, ibu rumah
tangga seperti saya mendapat bayaran dari menulis.
Tidak semua blogger event yang saya ikuti mendapat fee. Bila saya tertarik dengan tema yang
diangkat dan merasa butuh mendalami hal tersebut, saya mengikutinya. Kadang
juga karena bosan di rumah. Hehehe…
Sedangkan untuk event berbayar, Alhamdulillah beberapa
kali pernah saya dapatkan. Nominalnya lumayan untuk mengamankan stok popok anak
#BahagiaItuSederhana. Sebagian dari fee ini saya kumpulkan selama 2016 dan
jadilah saya bisa memiliki kamera mirrorless
impian untuk mendukung kegiatan nge-blog.
Berbagai event ada di Jakarta setiap harinya tetapi tidak semua saya ikuti.
Kadang seminggu 3x, kadang tidak ada sama sekali. Saya sengaja memberi jeda
karena mengarungi jalanan di Jakarta itu melelahkan. Perjalanan naik bus dari
rumah ke lokasi acara yang umumnya di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan memakan
waktu 1-2 jam meski saya menggunakan TransJakarta yang memiliki jalur
tersendiri.
Alasan lainnya yaitu karena saya
selalu membawa SID ke acara-acara yang saya ikuti. Saya yang dewasa ini merasa
capek apalagi anak kecil bila sering diajak bepergian.
(Disclaimer: Tulisan ini tidak bermaksud membahas pro-kontra
membawa anak ke blogger gathering.
Saya pribadi ya iyes selama panitia
mengizinkan. Mohon maaf apabila selama ini saya dan SID mengganggu konsentrasi
selama acara berlangsung.)
SID sudah seperti my little bodyguard yang menemani saya
kemana-mana. Di Jakarta kami tinggal bertiga maka saat Ayah SID bekerja, hanya
ada SID dan saya di rumah. Saat itu saya masih menyusui SID dan ingin pekerjaan
yang fleksibel sambil mengurus anak. Maka, kesepakatan dengan suami bahwa saya
mengajak SID bekerja.
Oleh karena itu, setiap ada tawaran
pekerjaan atau sebelum mendaftar untuk meliput suatu acara, saya selalu
bertanya pada pihak pengundang, “Boleh
bawa anak?”. Sepertinya para koordinator atau teman-teman di komunitas
blogger sudah hafal betul kebiasaan saya ini. Kadang sebelum saya bertanya,
mereka sudah menyebutkan “Diharapkan Tidak Membawa Anak”.
Syukur Alhamdulillah ada undangan
yang mengizinkan blogger membawa anak atau dibatasi bila masih menyusui boleh
dibawa. Ada juga undangan yang memang mengharuskan membawa anak karena tema yang
diangkat seputar tumbuh kembang anak. Biasanya di lokasi telah disediakan playground. Senangnya SID bisa bermain
perosotan dan mandi bola seperti di acara MamyPoko.
Bila tidak diperbolehkan membawa
anak karena khawatir mengganggu jalannya acara, saya tetap mengajak SID ke
lokasi acara tetapi ia menunggu di luar bersama ayahnya (atau neneknya kalau
sedang berkunjung). Jika ada keadaan darurat dia minta nenen atau rewel, saya
langsung menemuinya. Namun, bila tidak ada yang menjaganya karena ayah sibuk, yasudah
saya ikhlas tidak mengikuti acara tersebut.
Jauh dari anak, kepikiran.
Membawa anak ke “tempat kerja” bukan lantas masalah selesai. Ada suka-duka
selama saya membawa SID ke blogger gathering.
Suka? Duka? Mulai dari mana ya? Anyway, saya lebih suka menyebutnya
tantangan. Membawa anak mengikuti event berjam-jam tentu ada tantangannya,
yaitu:
Persiapan
H-1 saya berkata ke SID bahwa
besok kami akan bepergian ikut ibu bekerja. SID di sana boleh bermain tapi
ngomongnya pelan-pelan saja. Nanti ibu bawakan mainan dan buku. Hal ini untuk
mengondisikan mentalnya, entah dia ngerti apa ga. Hehehe…
Sebelum berangkat, saya
menyiapkan bekal segambreng seperti akan menginap. Setengah isi tas dikuasai
oleh keperluan SID. Baju ganti, popok, air minum, snack, nasi tim (saat awal
MP-ASI), buku cerita, dan mainan. Dengan selalu membawa makanan dan minuman
sendiri, saya lebih berhemat serta tidak jajan sembarangan. *IngatIngatPesanMama
Dua peralatan yang wajib dibawa
yaitu gendongan bayi dan tas beroda. Sejak usia 6 bulan hingga sekarang (2 th),
saya sering memakai baby carrier
andalan untuk menggendongnya. Gendongan ini sangat memudahkan bagi kami ketika
naik turun kendaraan atau mendukung SID tidur selama perjalanan. Tangan saya
juga leluasa membawa tas sambil menggendong SID.
Peralatan kedua yaitu tas beroda
yang bisa dibuka (ada ritsleting) supaya memuat barang lebih banyak. Awalnya
saya menggunakan ransel namun terasa juga gendong depan belakang. Lalu saya
memakai tas beroda yang mudah ditarik. Lumayan mengurangi beban di pundak. Dari
segi motif dan model memang kurang fashionable
namun sangat berguna.
On the way
Selama perjalanan yang memakan
waktu rata-rata 1 jam, kami bisa membaca buku atau ngobrol tentang situasi di
sekitar. Misal, belajar nama alat transportasi.
Saat rewel di kendaraan, saya
harus menenangkan dan mengalihkan perhatiannya dengan bermain, membaca buku,
menyanyi, dsb. Traffic di Jakarta kan
unpredictable. Kelamaan di jalan bisa
membuatnya bosan. Sisi positifnya, ia terbiasa naik berbagai macam transportasi
umum. Pernah kami naik KRL di saat ramai sehingga sulit turun. Ia berteriak,
“Permisi … Permisi …”. Suaranya yang kecil melengking membuat orang-orang
menengok dan memberi jalan bagi kami.
Oh ya, membawa anak membuat saya
sering mendapat tempat duduk prioritas di TransJakarta maupun KRL. Tapi pernah
juga berdiri sambil gendong kalau di jam sibuk. Kasihan lihat bumil.
Saat Acara Berlangsung
Di lokasi acara, SID bertemu
rekan-rekan blogger, kadang dengan anak blogger lain, yang membuat ia belajar
bersosialisasi terutama kepada orang yang lebih tua. Salah satunya ia bisa akur
bermain dengan Una-nya Mbak Uci (Risalah Husna). Ia juga bisa ditinggal main
dengan blogger lain sementara saya mendokumentasikan acara atau sholat. Makasih
ya om tante yang baik hati udah jagain SID.
Selama acara, ia bisa leluasa
berjalan-jalan atau bermain asalkan tidak mengganggu yang lain. Itulah
pentingnya membawa mainan dan buku untuk menyibukkan dirinya. Meski … anak
seusia SID memiliki rentang konsentrasi pendek. Dia bisa anteng 5 menit aja
udah rekor. Saya cenderung memilih tempat duduk di belakang atau di pinggir
supaya gampang mobilitasnya (alias gampang mengejar SID kalau dia kabur).
By the way, tantangan di tiap tahapan
usianya berbeda-beda. Contohnya ketika saya mengikuti one day workshop oleh Fun Blogging 12 di kantor Blibli saat ia
belajar berjalan. Acara dimulai dari pukul 10.00 hingga 17.00 WIB. Di tengah
acara, ia mulai bosan sehingga saya mengajaknya keluar. Sayup-sayup saya
mendengar pemaparan Teh Ani Berta dari balik dinding kaca. Sementara SID minta
dituntun untuk naik tangga ke kantor lantai 2 lanjut hingga ke lantai 3. Pegel,
Sis! Awalnya Ayah SID mau datang untuk menjaganya tetapi karena suatu hal
mendadak batal. Syukurlah hingga akhir acara saya bisa live tweet dan terpilih
menjadi salah satu Best Live Tweet.
Lain lagi ketika ia belajar
berbicara. Saat pembicara menyampaikan materi, ia malah asyik bernyanyi dan
bertanya ini itu ke saya dengan suara lantang. Kalau sudah begini ya ajak ia
keluar sambil memberi pengertian padanya bahwa sebaiknya ia berbicara perlahan
karena ada bapak atau ibu yang sedang berbicara di depan.
Sebenarnya ia termasuk anak yang
tenang dan kooperatif. Kata Mama Dian (Adriana Dian) anak blogger emang beda, ngerti diajak kerja. Ia rewel bila lapar, mengantuk, dan bosan. Kalau lapar,
segera tawarkan bekal makanan. Jika mengantuk, ia minta nenen sampai tertidur.
Alhamdulillah ia lulus anak ASI hingga usia 2 tahun dan tidak perlu rajin pumping karena kemana-mana “dispensernya”
dibawa .*IbuPemalasJanganDicontoh.
Lega rasanya melihat ia tidur. Saya bisa lebih fokus pada acara yang
berlangsung.
Membawa anak ke acara blogger
akan membuat fokus saya terbagi antara mendengarkan pemaparan narasumber dengan
memperhatikan tingkah polah SID. Di sini voice
recorder sangat membantu supaya saya bisa mendengarkan kembali materinya di
rumah dengan lebih jelas. Kadang saya mengandalkan live tweet dari
blogger-blogger lain. Saya pilih yang menang kompetisi live tweet karena isinya
lengkap dan informatif.
Begitulah tantangan yang saya
hadapi saat membawa anak ke blogger gathering. Meski demikian saya bahagia
membawa anak sambil bekerja karena bisa memantau aktivitasnya secara langsung.
Membawa anak ke acara tersebut mengajarkan saya untuk multi-tasking, bersabar, dan tenang dalam segala situasi.
Sekarang SID sedang menjalani
proses penyapihan dengan mengurangi intensitas nenen. Saya mulai jarang
mengajaknya ke blogger gathering. Ia ikut ayahnya bekerja (dan ayah hebat bisa mendampinginya
bermain sambil bekerja!). Sementara saya mengkhawatirkan ia di sana, Ayah
melaporkan SID asyik bermain dan makan lahap. Teman-teman blogger yang kerap
bertemu pun menanyakan kemana SID. “Rasanya kurang lengkap Helenamantra tanpa
SID.”, ujar Mbak Fika.
Luar biasa mba Helena ini, walaupun bawa badutan tetap bisa livetweet dan liputannya juga lengkap berkat bantuan voice recorder
ReplyDeleteMakasih Mba. Voice recorder penting juga kalau materinya detail dan bikin puyeng. Bisa diulang-ulang saat di rumah
DeleteUps typo, maafkan Baduta maksud saya
ReplyDeleteSaluuut sama dirimu mba len, bisa multitasking gitu.. Menang live tweet pun.. Hihi seru ya Sid jalan2 nemenin bunda kerja.. :D Btw mbaa tas rodanya lucuuu, modelnya jg kayak tote bag gitu.. Aku jd pingin haha.. Dasar yah makemak, lg bahas apa yg diliat tas, salfok.. :D
ReplyDeleteKalau ada yang bisa dititipin anak sih mending nitip mba.hehehe
DeleteTas rodanya emang membantu banget. Dijual online
Keren Mbak, anak memang segalanya. Sekarang anakku udah lumayan gede jadi mo ngajak2 udah nggak rewel. Tapi anakna malah yang nggak mau diajak Mbak
ReplyDeletekalo udah gede jadi bosen kali ya
Deletekeren banget mba bawa Baduta ke event, aku belum pernah ikut2an event alhamdulilah y mba sampe kebeli mirorrles jadi kabita aku hahaha.
ReplyDeletealhamdulillah dari nabung sedikit demi sedikit bisa tercapai juga impian kamera baru
DeleteKeren.. Tos mb ama aku.. Ke mana", kerja bawa balita dan bayi ya (10 bln).. Sukses sll
ReplyDeleteWah bawa 2 anak? Aku 1 aja masih kerepotan
DeleteAku sih tes kalau mom harus bawa anak ke blogger gathering . Kebayang dulu sering ajak anak kerja ke kantor. Hihihii. Semangat mba
ReplyDeleteIyakah, mba? Dibawa meliput gitu?
DeleteKeren.. Tos mb ama aku.. Ke mana", kerja bawa balita dan bayi ya (10 bln).. Sukses sll
ReplyDeleteKayaknya saya bakal ikuti jejak mak Helen nih. Bawa anak baduta ke acara blogger.
ReplyDeleteGie anteng lho, yang penting bawa Thomas. Hehehe
DeleteAla bisa karena biasa. Yang penting beberapa hari sebelum bepergian, jangan lupa kasi tahu anak, ke mana tujuan dan apa yang akan mereka hadapi di sana..bekal anak jga mesti full ya. SID hebat, ibunya jauh lebih hebat dan sabar
ReplyDeleteMba Sally nih yang udah banyak pengalaman. Anak-anak jadi terbiasa bertemu teman2 ibunya ya dan bisa jaga sikap
DeleteSaya banget ini. Sampai ada sematan #keluargapetualang karena selain ajak anak saya malah justru ajak ayahnya anak juga :)
ReplyDeletesemua acara yg boleh bawa anak baru saya ikut in. Yg gak boleh saya ga ikut.
Saya malah mulai ajak anak setelah batita sampai sekarang mau balita. Saat baduta Fahmi sering sama neneknya hahaha
Wih keluarga petualang. Seru tuh. Fahmi makin pinter yaa ikut ibunya kerja
DeleteBawa anak kecil memang banyak juga yg mesti disiapkan ya, apalagi ke acara2 publik. Ibu dan anak itu sepaket hihi, aku aja yg anak2 udah gede gini, kadang masih kepikiran klo pergi tanpa mereka :)
ReplyDeleteKayaknya naluri ibu memang bakal kepikiran anak-anak meski si anak udah gede, deh
DeleteKeren mbak, sangat bermanfaat sekali buat saya.
ReplyDeleteIde menggunakan tas beroda perlu segera di contoh.
Aku tuh malah ingin bawa koper tapi kok lebay, hahahah. Sayangnya pedestrian di Jakarta masih kurang Ok. Sekarang tasnya udah bolong kena aspal
DeleteSebentar lagi saya akan ikuti jejaknya mbak Helena!
ReplyDeleteTerimakasoh mbak..terkadang saat ikt event jadi krg pede jika bawa anak, walau itu sdh dperbolehkan oleh oanitianya
Lihat eventnya juga sih mba dan kesiapan kita gimana. Jangan sampai malah memberatkan kita. Nanti ga maksimal liputannya
DeleteSalut buat keluarga yg kompak ini. Miss u SID *peyuk <3
ReplyDeleteAh mba... Udah setahun lho ga ketemu. Waktu itu kan pas bulan puasa juga
DeleteKita emang kudu semangat ya mengejar ilmu, kalau aku bawa Aisyah dan anak-anak juga minta izin panitia nih, kalau gak ya aku gak bisa juga memaksakan diri
ReplyDeleteAisyah pinter banget. Mba Naqi juga sabaaar. Bisa ngurusin Tapis blogger sambil bawa anak
DeleteKak Helena,,sebelum mengenal blogging aku sering ikut talkshow kemana-mana bawa anak2.Waktu Shakila umur 3th dan kezia baru 40 hari aku ajak talkshow ke RSPP dan Alhamdulillah dapet doorprize Tv.Mana saya kalau talkshow gt naek angkot,,jadi yang tangan 1 gendong kezia dan satunya lahi nenteng shakila ����
ReplyDelete.
Kalau sekarang mereka pd besar jarang dibawa soale sekolah juga tp klo acaranya boleh bawa anak ya dibawa aja klo mereka pd libur ����
*nyampah curcol panjang amat yak ������
Ya Allah, bayi banget udah diajak jalan? Pantesan anak-anak itu ngerti perjuangan mamanya
DeleteAku salut mba,. Fokus sm acara nya ajakafang sulit ya,,, hmmm apalg bw kidos,,, Sukses terus y mama Sid,,.
ReplyDeletealhamdulillah ada aja kekuatan buat fokus ini itu
Deletekalo SID mah anteng selalu malah suka bantuin mamanya foto-foto saat event berlangsung, ya kan SID :D
ReplyDeleteHahah mbak Tuty mah ngerti banget
Deletekita baru ketemu sekali.., waktu itu nggak lihat SID.
ReplyDeleteapa dia sedang asyik main di playground ya..
alhamdulillah SID anteng diajak macet2an di jalan
Iya yang waktu di Bekasi ya mbak. Dia main sama ayahnya.
Deletewo'oo SID
ReplyDeleteudah sangat akrab dg runtinitas mamah sebagai mom blogger
Udah kenal juga sama tante Siti. Hehehe
DeleteIni jadi masukan buat aku juga, mba Helena...haturnuhun.
ReplyDeleteAku juga kerap mengajak anak-anak ke acara blogger. Dan parahnya, kalo mereka sedang bertengkar...dan jatuh korban (aka. nangis salah satu...hiiiks~~) pecah sudah konsentrasi.
Gak kepikiran sama sekali buat ngrekam.
Nice tips, mba.
Wah kalau bawa 2 anak atau lebih langsung nanya ahlinya, Mbak Naqiyyah Syam.
DeleteHahaha iya emang aneh kalau gak ada SID dalam gendonganmu. Aku takjub sama emak blogger bisa bawa anak, kalau aku emang gak bisa krn suka gak konsenan gtu hihihi.
ReplyDeleteBuktinya dirimu bisa ajak Maxy dan Dema, kan :)
DeleteWaaaah terharu aku, akhirnya dibikinin tulisan ini. Dibalik segala aktifitas blogger mbak helen dan tulisannya yang enak baanget dibaca, aku selalu penasaran ttg bawa SID. Wah masukan deh buat aku yang bakalan akan ngajak anak dimanapun. Salut mb helen dan SID. makasih mba :)
ReplyDeleteUdah tak buatin tulisan khusus lho malah sekarang kamu ga bawa Lui. Gimana tho? hehe
Deletebhahhaha bawa dispenser kemana-mana ih sama banget mba sama saya cuman saya ngajak anak gitu milih2 kalau acaranya mengharuskan yg duduk cantik dan dandan cantik gt ga say ajak,sealu berkompromi sama suami. saya lebih baik tidak pergi ke acara unangan ketimbang saya datang trs anak saya rewel dan ga bisa dikontrol. trus bapaknya ngalah deh jagain dirumah heheehe semangat yaa yang mau disapih
ReplyDeleteBetul, Mbak. Kadang cek dulu tipe acaranya seperti apa. kalau private event gitu jarang ku bawa.
DeleteSaya selalu kagum sama ibu-ibu yang membawa anak(-anak)nya ke sebuah acara.
ReplyDeleteTidak disangsikan lagi bahwa persiapan dibelakangnya pasti harus sangat detil supaya kita bisa mengambil manfaat seoptimal mungkin dari pertemuan/acara yang kita hadiri. Namun anak(-anak) tetap aman dan nyaman.
Dan saya yakin situasinya akan berbeda lagi mana kala SID nanti sudah PAUD atau TK atau bahkan sekolah. Tapi semakin besar saya rasa SID akan semakin mengerti pekerjaan orang tuanya.
Salam saya Mak
Terima kasih banyak :)
DeleteTantangannya memang bakal beda. Makin besar, makin menantang. Ada skala prioritas juga.