20 Februari 2017 adalah pertama
kalinya saya bepergian tanpa Sid setelah 1,5 tahun selalu bersama. Norak ya?
Hihihi… begitulah. Biasanya kemana saya pergi, ia turut serta. Mau ke blogger
gathering yang santai sampai serius macem undangan dari DPR, ia ikut menemani.
Kadang ia menunggu di luar venue bila
tidak diperkenankan membawa anak. Tetapi ia pasti ikut pergi. Beda dengan hari
itu, saya berangkat sendiri naik ojek tanpa menggendong dia. Awkward!
Alhamdulillah ayah Sid bisa
menjaganya di rumah sementara saya meliput acara. Ia sengaja tidak saya ajak
karena hujan dan lokasi acara hanya 15 menit dari rumah. Kalaupun ada keadaan emergency (baca: Sid merengek tanpa
henti ingin ketemu saya), ayah bisa membawanya segera ke tempat acara. Meski
demikian, ada sedikit keraguan. Bisa gak ya ayah jaga Sid? Gimana kalau Sid
nangis minta nenen? Ah, tak ada salahnya mencoba.
Kebetulan Sid tidur nyenyak saat
saya berangkat. Bismillah, do not look
back. Saya buka pintu rumah pelan-pelan dan berangkat ditemani guyuran
hujan.
Sampai acara berakhir dan kami
bertemu lagi, saya masih merasa aneh dengan kondisi ini. Ya maklum pertama kali
meninggalkan anak. Kebayang working mom
yang selesai cuti harus berangkat kerja tiap pagi. You are strong!!!
Selama ini Sid selalu bersama
saya. Ada Sid, ada saya. Bagai perangko yang nempel di amplop. Hahaha. Hal ini
bagus karena bonding orang tua-anak
yang kuat. Tetapi Sid butuh pula belajar lebih mandiri/independen. Saya juga
butuh mengikhlaskan diri bahwa anak ini tidak selamanya hidup dekat dengan
saya. Suatu saat ia akan mengejar mimpi, menempuh pendidikan di kota lain,
menikah, dan jadi presiden. *amin. Sebagai orang tua, saya ingin ia mandiri,
bertanggung jawab, dan memiliki kecerdasan intrapersonal. Itulah mengapa belajar independen itu perlu.
Tidak mudah bagi saya, mungkin
juga bagi Sid yang maunya nemplok
melulu. Hargailah ini sebagai proses dari kedua sisi, Sid dan saya. Ia butuh belajar
perlahan-lahan sesuai usianya. Jika terlalu cepat, ia bisa ketakutan. Jika
terlalu lambat, prosesnya akan semakin sulit.
Ada beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk mengajarinya lebih mandiri di usianya yang menuju 2 tahun,
yaitu:
1. Makan
Sejak Sid tertarik memegang makanan dengan tangannya, ia terbiasa makan sendiri. Saat bayi ia makan biskuit, kentang, dan buah-buahan yang dipotong kecil. Hingga kini setiap waktu makan tiba, ia meminta diambilkan sendok. Ia pun makan sendiri. Tapi kalau sedang tidak mood makan, ia masih disuapi. Kadang gemes melihat makanan tumpah sebelum masuk ke mulutnya. Meja dan lantai menjadi kotor. Pakaiannya terkena noda makanan. Messy, yes! Namun itulah proses belajar. Sabar yaa…
2. Bermain
Ketika masih bayi, kami selalu bermain bersama. Sekarang ini ia bisa asyik sendiri menyusun balok, bermain mobil-mobilan, atau membaca buku. Wajahnya menunjukkan mimik serius. Anehnya ia bisa menyusun 9 balok dengan rapi tanpa terjatuh bila tidak saya perhatikan. Namun ketika saya minta ia menyusunnya kembali, beberapa kali balok tersebut terjatuh karena tidak seimbang. Sid pun jengkel dan melempar mainannya.
Ketika bermain di taman, tugas saya lebih enteng. Kini ia bisa berjalan dengan lancar, tidak perlu ditatih atau digendong. Kadang ia berlari mengejar bola atau bermain bersama teman-temannya tanpa harus saya ikuti. Saya tetap mengawasinya dari pinggir taman sambilbergosip ngobrol dengan mamah-mamah muda. Hehehe.
PR saya yang belum kesampaian yaitu mengajari Sid membereskan mainannya selesai bermain. Haduh… menjelang waktu tidur ia makin aktif bermain sehingga balok, mobil-mobilan, boneka, dan buku berserakan di lantai. Bagaimana caranya supaya ia sadar untuk merapikan mainan sebelum tidur?
Ketika bermain di taman, tugas saya lebih enteng. Kini ia bisa berjalan dengan lancar, tidak perlu ditatih atau digendong. Kadang ia berlari mengejar bola atau bermain bersama teman-temannya tanpa harus saya ikuti. Saya tetap mengawasinya dari pinggir taman sambil
PR saya yang belum kesampaian yaitu mengajari Sid membereskan mainannya selesai bermain. Haduh… menjelang waktu tidur ia makin aktif bermain sehingga balok, mobil-mobilan, boneka, dan buku berserakan di lantai. Bagaimana caranya supaya ia sadar untuk merapikan mainan sebelum tidur?
3. Berpakaian
Sid bisa pakai celana sendiri, yay! Darimana ia belajar? Memperhatikan orang tuanya? Meski kadang kedua kakinya masuk di lubang yang sama, usahanya memakai celana patut diacungi jempol. Oh ya, ia juga sudah bisa memakai dan melepaskan sandal betmen favoritnya sendiri. Selain itu ia bisa memasang topi detektif miliknya walau sering kali terbalik. Hihihi. PR saya mengajarinya memakai kaos dan kemeja. Kancing atau ritsleting agak rumit untuk anak seusianya. Belajar pelan-pelan ya, Nak.
4. Jalan-jalan
Sekarang ini Sid lebih suka jalan sendiri, tidak digendong. Terkadang ia minta digendong bila merasa tidak aman atau capek atau malas (mungkin). Jika ia berjalan di dalam gedung, saya sih oke-oke saja. Tetapi pernah juga ia minta jalan sendiri di trotoar dan halte TransJakarta yang jalurnya panjaaang naik-turun itu. Trotoar di sini kan bolong-bolong dan sempit. Kadang ada kendaraan yang berjalan di trotoar pula. Ngeri kan melihatnya. Aktivitas ini sekaligus menjadi pembelajaran baginya untuk mengetahui cara berjalan dan menyeberang yang aman. Saya harus disiplin nih kalau menyeberang tengok kanan-kiri dahulu dan pencet lampu tanda menyeberang, jika ada. Dengan contoh yang diberikan orang tua, anak akan mudah menirukan.
5. Berpendapat
Bete ga sih kalau pendapatmu diremehkan atau tidak dianggap. Belum selesai berpendapat, sudah dipotong karena dianggap tidak penting. Nah, mengajari anak pun demikian. Beri anak kesempatan mengemukakan pendapat. Listen first, do not judge easily. Jawab pertanyaan si anak dengan bahasa yang mudah dimengerti. Kalau seumuran Sid bisa diberi pilihan tentang pakaian apa yang akan dipakai, A atau B (tetap orang tua yang membatasi pilihan). Atau mau membaca buku yang mana sebelum tidur, C atau D?
6. Membantu pekerjaan rumah
Yang ini dia suka memperhatikan ayah dan ibunya beres-beres rumah yang ga pernah beres. Tiba-tiba ia ambil sapu dan keukeuh menyapu rumah yang baru saja saya pel. *hiks kotor lagi. Ia punya lap favorit dengan warna kuning-hijau untuk mengelap mainannya. Saking sukanya dengan lap ini sampai ia jadikan sajadah juga. Hahaha. Melihat saya mencuci piring, ia minta membantu juga. Untunglah stok piring melamine di rumah banyak jadi ga khawatir pecah. Ia dengan senang hati menggosok piring memakai spons sambil bermain bubble. Selain itu kalau saya mencuci baju, ia ikut bermain busa dan membilas kaos kaki. Ah, lovely cute little man!
Hal-hal yang pernah ia lakukan di
atas terkadang tidak membantu tetapi makin membuat berantakan. Namun saya
selalu mengingat learning goals
aktivitasnya. Ini adalah proses membekalinya untuk lebih independen supaya ia
siap hidup mandiri tanpa nempel 24 jam ke orang tua. Kalau berhasil, kami juga
yang bangga.
Punya kiat untuk mengajarkan kemandirian pada anak? Tantangan apa saja yang pernah dihadapi
saat mendidik anak untuk lebih mandiri? Bagi dong di kolom komentar. Terima
kasih.
Referensi:
Helping Your Child to be
Independent.http://www.babycentre.co.uk/a556439/helping-your-child-to-be-independent?scid=gb_en_bulletin_toddler_toddler.
Diakses 21 Februari 2017.
Pasti berat ya ninggalin anak apalagi buat pertama kalinya. Saya ninggalin Fahmi buat beberapa hari pertama kalinya sih pas dia mau 3 bulan tidak lama setelah masa cuti habis... Setelah itu berasa biasa saja :)
ReplyDeletesedih tapi anak emang jadi mandiri meski manjanya gak ketulungan hehehe
Begitu orangtua pulang kerja langsung anak jadi manja ya. Sid juga tuh tiap ayahnya datang langsung nemplok.
DeleteSid makin hari makin mandiri. Good, mama dan papa pasti bangga
ReplyDeleteMakasih Mpo :)
DeleteBaby Boy yang lucu
ReplyDeleteEmang sulit awalnya, setelah biasa aja. Aku dulu juga. Caranya sering nelpon pas di jam yang sering kita main ama anak
I see jadi anak tetap merasa diperhatikan. Apalagi sekarang udah gampang video call. Makasih tipnya ya mba
Deletejadi kepengen cepet punya anak hahahah mba Helen ini wkwkwk
ReplyDeletedoain aku segera menikah ya mba Helen :-D
AKu pengen kenalan sama Sid, pengen main ke sana nowel pipi dia heeheh gendong gemess
Amiiiin. Sini main ke Jakarta, Nyi. Ntar kita keliling Jakarta naik bis.
DeleteInget banget biar si kecil bisa pake baju sendiri. Awal2 pasti celana atau kausnya kebalik Mbak. KAlo mandi sendiri ya gitu deh, shampo sebotol selalu langsung habis sekali pakai hihihi
ReplyDeleteHahaha baju kebalik udah biasa ya. Kalau Sid demen banget habisin sabun.
DeleteWah iya ya ibu ibu yang kembali bekerja setelah 3 bulan cuti melahirkan pastilah sungguh berat untuk kembali ke kantor (berpisah sama si dedek bayi yang selama ini telah di bawa bawa di kandungan selama 9 bulan)
ReplyDeleteIni buat pembelajaran buat saya juga nih mba.
Sebagai calon ibu. eh tp nikah aja blm hahahaha
Nanti deh nanti :D
Mandiri itu emang penting di ajarkan sejak dini.
Tapi saya masih kasian sama temen temen saya yang dilarang orang tuanya untuk merantau kesana kemari karena sayang, apakah yang seperti itu berarti tidak rela untuk anaknya menjadi mandiri ? :D
Entahlah
Cara orang tua mendidik anak memang beda beda ya mba
Orangtua bakal selalu khawatir dan kepikiran akan anaknya meski si anak udah gede. Nature-nya gitu deh. Merantau bikin ketagihan asal selalu ingat buat balik ke rumah.
DeleteKalau saya mengajarkan mandiri dari hal kecil dulu mbak. Pertama saya ajarkan memakai dan menggunakan sesuatu. Setelah itu, perlahan saya coba sang anak melakukannya sendiri. Alhamdulillah lumayan berhasil.
ReplyDeleteDiberi contoh terlebih dahulu ya. I see. Makasih mba.
DeleteAku selalu memintanya menyiapkan perlengkapan sekolah dan baju sejak TK, mb. Tapi terkadang manja kumat ya harus dibantu. Ada tarik ulur juga. Hihiii
ReplyDeleteDari TK udah dibiasakan supaya anak paham mana yang penting buat dirinya. Good. Ya kalo manja emang kadang muncul juga.
DeleteJadi inget anak-anak waktu masih kecil dulu :D
ReplyDeleteUdah gede jadi enak yaa. Udah mandiri
DeleteHaduwww aku belum pernah ninggalin anak-anak sampai nginep. Seharian even blog pulang anak-ansk sudah nyambut lebay semua. Tapi anakku yang pertama dari usia 8 tahun sudah berani camp
ReplyDeleteAku juga belum. Ga tega trus bakal kepikiran deh gimana dia tidurnya tanpaku. Hahaha ibu ibu lebay
DeleteKiatku sama, ditinggalin pergi juga hehe
ReplyDeleteSupaya dia belajar bahwa ibu ga selalu ada di dekatnya kali ya. Meski kepikiran
DeleteJadi inget, pertama kali ktemu sid manggil aku "mbak" di toilet vimala hihihihi
ReplyDeleteHahaha sekarang dia udah bisa panggil mama, papa, tante
DeleteSemua dh d lakukan mba tapi yg satu ini abangnya dh kls ,6 msh tidur sama akuuhh,, dinikmati aja,.
ReplyDeleteAku masih tidur sama ibu sampai SMA, hohoho. Lha ibuku takut tidur sendiri
DeleteAda beberapa kalangan termasuk saudaraku yang nggak memperbolehkan anaknya makan sendiri gegara takut kotor atau berantakan, cuma kasihan anaknya. Kalau makan harus disuapin dan jadinya malah kejar-kejaran mulu sama emaknya karena nggak mau makan.
ReplyDeleteMasa' iya anak disuapin terus sampai gede. Lama-lama ia akan belajar cara memegang sendok garpu dengan benar. Emang kudu sabar lihat makanan berantakan.
Deletewah keren sharingnya. mendidik anak mandiri sejak kecil. bemanfaat banget buat saya yang bentar lagi jadi ibu. hehehe. bisa belajar dari mbak helen soal mendidik anak. thanks mba postingannya :)
ReplyDeleteyuk melipir balik ke blog saya :)
Awal2 ninggalin anak2 ma ayahnya jg mikir bisa gak bisa gaaak, tp setelah dipikir2 lg, gpp ah, sesekali anak perlu tau kalau ada kalanya ibunya gk akan ada buat dia.
ReplyDeleteKalau anak2 makan udah makan sendiri, tp tetep kalau udah gk fokus tangan ibu nyuapin hehe
bener mba, aku mau ajarin kalo ibu ga akan selalu ada nemenin anak. Memang harus ditega-tegain
DeleteSemangat mbaaa! Pasti kebayang2 yaa ninggalin anak walau cuma sebentar.. Tapi demi anak jd lebih mandiri hehe.
ReplyDeleteYosh! kalau anak mandiri, ibu juga yang bangga
Deletehebat anaknya ya mau ditinggalin mama nya, ....walau sebentar
ReplyDeletePerlu dibiasakan sedikit demi sedikit
DeleteYup, kasih lihat bagaimana kita melakukan sesuatu. Kalau anak disuguhi ceramah ceramah, bakal bosan dia
ReplyDeleteyup, children see, children do
DeleteWah mantab penjelasanya... Jangan lupa juga untuk membiasakan anak untuk mengenal bacaan religi yang bisa menghantarkan anak menjadi anak yang sholeh-sholehah
ReplyDeletebetul, makasih masukannya. Anak bisa diberi bacaan kisah nabi dan rasul dengan gambar menarik ya
DeleteMbaaaa sampe anakku yang kecil umur 4thn, aku masih blm berhasil ngajarin dia beresin mainan sebelum tidur. Banyak banget alesannya. Huufffft
ReplyDeleteanakku juga kadang kabur. tapi anehnya diam-diam dia beresin sendiri mainannya justru saat ga disuruh
DeleteMengajari kemandirian itu kadang yg males sayanya mbak,karena malah jadi kelamaan atau malah berantakan, makasih ya tipsnya , bermanfaat banget.
ReplyDeleteemaaang pasti ada yang tumpah atau apalah tapi itulah proses belajar
Delete