Melihat
Sherlock merangkak kesana kemari, belajar berdiri, memegang berbagai macam
benda dengan tangan mungilnya, juga memainkan makanan terkadang membuat saya
kelelahan mengikuti tingkah polanya. Namun mengingat yang terjadi sebelas bulan
lalu, saya bersyukur melihat ia tumbuh jadi anak yang sehat dan aktif.
Belum
genap 10 hari ia terlahir di dunia, si kecil jatuh sakit. Daya tahan tubuhnya
yang masih menyesuaikan dengan lingkungan baru menjadikan ia mudah tertular
neneknya yang sedang sakit batuk. Saat di rumah, cuaca kurang mendukung karena
matahari pagi tertutup awan sehingga ia jarang dijemur. Hal ini menambah faktor
lemahnya kekebalan tubuh. Saya terlalu menyepelekan penyakit batuk pilek ini.
Saya menganggapnya penyakit ringan yang sudah umum. Dengan asupan ASI,
lama-kelamaan akan sembuh sendiri. Namun sudah lima hari batuknya tidak mereda.
Saya pun membawanya ke dokter anak. Saat itu juga dokter menyarankan untuk
opname karena anak saya terkena pneumonia. Penyakitnya sudah menjalar menjadi
radang di paru-paru. Kalau terlambat ditangani bahkan bisa sampai ke otak.
Mendengarnya membuat saya lemas dan tidak tega bila bayi kecil ini harus rawat
inap. Setelah berembuk dengan keluarga, saya pun mencari second opinion.
Tidak hanya satu tetapi lima dokter yang saya mintai konsultasi kesehatan. Salah satu dokter
menjelaskan, bayi di bawah usia 2 tahun rawan terinfeksi pneumonia. Gejalanya
memang mirip batuk pilek biasa. Indikasi lainnya yaitu penarikan pada dinding
dada bagian bawah saat bernapas (retraksi). Frekuensi napasnya pun di atas
normal.
Frekuensi pernapasan normal pada anak (diolah dari: sumber) |
Supaya
proses penyembuhannya cepat, anak saya pun dirawat intensif di rumah sakit
tempat ia dilahirkan. Tak pernah terpikir secepat ini kembali ke tempat
tersebut. Ada ketidak-relaan harus berpisah dengannya. Untuk bayi baru lahir
dirawat di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan tidak disediakan tempat bagi orang tua yang menjaga. Karena
saya bertekad memberikan ASI eksklusif, tiap 2 jam harus ada stok ASI perah (ASIP).
Saat itu saya lelah fisik karena masih dalam masa penyembuhan setelah
melahirkan. Saya pun menyesal tidak memiliki stok ASIP karena merasa belum
perlu. Malam itu juga saya berusaha memompa meski kondisi badan dan pikiran
capek. Hasilnya hanya cukup untuk sekali minum dan segera dibawa ke RS oleh
suami. Selama perawatan, stok ASIP saya kejar
tayang. Tiap 2 jam saya pompa, bahkan dini hari pun saya bangun untuk
memompa karena terbayang anak yang tergolek di rumah sakit. Keinginan kuat untuk
segera membawa ia pulang ditambah dukungan dari keluarga membuat saya
bersemangat. Saya dan keluarga sudah ikhtiar untuk kesembuhan buah hati yang
ditangani tim medis yang berkompeten. Kami hanya bisa berdoa, menyerahkan
semuanya ke Allah.
Waktu kunjungan begitu berharga (dok. pribadi) |
Dua
kali sehari, tiap pagi dan sore, adalah waktu kunjungan yang tidak pernah saya
sia-siakan. Saya mendekapnya sambil menceritakan kabar keluarga dan harapan
untuk kesembuhannya. Keluarga yang hendak menjenguk hanya bisa melihat dari
jendela karena yang boleh masuk ke ruang NICU hanya ibu kandung pasien. Melihat
anak saya sakit mengingatkan saya untuk lebih bersyukur atas nikmat sehat dan
makin mendekatkan diri kepada Allah. Di ruang itu saya melihat ada bayi yang terlahir
prematur dan dirawat dengan inkubator. Ada pula yang entah sakit apa sehingga
tubuhnya harus dipasang selang oksigen dan infus. Sedangkan anak
saya hanya diinfus untuk memasukkan obat. Asupan gizinya terpenuhi dari ASI.
Alhamdulillah, empat
hari kemudian dokter menyatakan kondisi anak saya membaik. Nafasnya sudah
normal dan retraksi di bagian dada berkurang. Kami meninggalkan rumah sakit
sambil berdoa semoga ini yang terakhir kalinya ia dirawat di sini.
Kejadian
ini membuat saya lebih berhati-hati dalam merawat bayi supaya tidak terulang
kembali. Berawal dari menyepelekan penyakit, akibatnya infeksi ke level yang
lebih parah. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
sebanyak 15,5% penyebab kematian anak umur 1-4 tahun karena pneumonia.
Sayangnya saat itu saya belum mengetahui bahaya dan cara pencegahan penyakit ini.
Sebenarnya ada vaksin Haemophilus Influenza type B (HiB) dan Invasive
Pneumococcal Disease (IPD/PCV). Meskipun bukan termasuk dalam imunisasi wajib,
namun pemberiannya dianjurkan.
Jurnal kesehatan keluarga (dok. pribadi) |
Sebagai
orang tua yang melindungi anaknya, berbagai langkah pencegahan saya lakukan.
Ada buku khusus sebagai jurnal kesehatan anggota keluarga. Isinya riwayat
penyakit dan obat yang dikonsumsi. Hal ini memudahkan bila anak sakit karena
tertera catatan obat yang tepat beserta dosisnya. Bila ada anggota keluarga
yang sakit flu maka saya menyarankan untuk tidak terlalu dekat dengan Sherlock atau
menggunakan masker. Makanan dengan gizi seimbang menjadi menu kami sehari-hari,
apalagi sekarang ini anak saya sudah makan makanan pendamping ASI (MP-ASI). Kebersihan
rumah juga kami jaga. Tak lupa imunisasi wajib sesuai jadwal dan usia anak. Semua
ini untuk hidup yang lebih sehat karena lebih baik mencegah daripada mengobati.
In Harmony Clinic |
Referensi:
- Buletin Jendela Epidemiologi Vol. 3 September 2010.Diakses tanggal 13 Maret 2016.http://www.depkes.go.id
- Kallander, Karin.IMCI training video:Exercise C - How to assess a child with cough and difficult breathing.Diakses tanggal 12 Maret 2016.https://www.youtube.com/watch?v=gndR3Li8xnA
- Kenali dan Atasi Gejala Pneumonia.Diakses tanggal 12 Maret 2016.http://www.ayahbunda.co.id/bayi-tips/kenali-dan-atasi-gejala-pneumonia
Anakku 3 thn, skr lg opnam krn pneumonia ini mbak :(. Awalnya sjk msk musim hujan batpil GA sembuh, ampe skr. Trnyata ADA radang paru2.. Aduh jgn ampe kena k otak juga :(
ReplyDeleteSemoga anaknya segera pulih, mbak. Iya nih awal dari pneumonia memang bapil yang lama
Deletewah aku juga pernah anaku kena radang paru2...
ReplyDeleteSekarang udah sehat kan? syukurlah..
DeleteOwalah bocah ganteng pernah dirawat, aku malah baru tau. Semoga sekarang sampe seterusnya sehat selalu ya, Le. Hugss
ReplyDeleteheheh..iya kecil2 udah opname. Sekarang sehat terus aja deh supaya diajak jalan-jalan. Amin..
DeletePneumonia memang penyakit yang mengerikan, kalau saya sarankan lebih baik segara di obati saja mbak dengan menggunakan obat herbal karena di percaya sangat ampuh untuk menyembuhkan pneumonia dan berbagai jenis penyakit lainnya dengan cepat aman dan tanpa efek samping.
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah sehat. Terima kasih sarannya.
DeleteIparku ada yg kena peunomia juga. Batuk2 terus
ReplyDeleteSemoga lekas sembuh iparnya, mbak
Deleteaduh ga kebayang rasanya kalo anak sakit. hiks
ReplyDeleteiya..semoga sehat2 terus yaa
DeleteKalau lihat balita dirawat itu rasanyaaa. Dl Deandra pas 8bln juga pernah dirawat. Diinfus trus disuntik kayak gak tega. Semoga anaknya sehat terus ya Mbak :)
ReplyDeletesaya nangis waktu anak diinfus :(
Deleteamin..semoga sehat2 terus yaa
thanks infonya mbak Helena. Batuk pilek ternyata bisa jadi indikasi pneumonia. Semoga sehat selalu anaknya, mbak !
ReplyDeletebetul..tidak boleh menyepelekan mbak.
Deleteamin..makasih ya
Helena, si permata hati inikah yang dibawa ke acara Polytron? Semoga kedepannya selalu dalam keadaan sehat wal'afiat. Aamiin
ReplyDeleteiya bunda..yang kecil mungil itu
Deleteamin..semoga kita diberi kesehatan ya