Hal-hal yang terjadi dalam keseharian dapat menjadi pelajaran berharga. Seperti hari ini saya mengalami hal yang membuat khawatir dan berprasangka buruk hingga memetik pelajaran hidup berikut ini.
Lesson #1: Do not judge easily
Setelah sekian lama meninggalkan Jakarta, hari ini saya naik transportasi umum pada jam pulang kerja. Saya sudah khawatir saat seminar yang jadwalnya selesai pukul 15.00 WIB ternyata baru ditutup 30 menit kemudian.
Karena jalanan diprediksi padat, maka saya memutuskan naik commuter line adalah cara tercepat (dan termurah) untuk pulang. Moda transportasi ini sudah menjadi andalan saya sejak mahasiswa. Dari jaman banyak pengamen campur copet sampai kini semakin teratur, bersih, dan ber-AC.
Menunggu sekitar 5 menit, datanglah kereta yang ditunggu. Alhamdulillah tidak terlalu ramai namun kursi sudah penuh terisi. Seorang penumpang menyarankan saya duduk di priority seats yang dikhususkan untuk manula, ibu hamil, dan orang sakit.
Saya yang saat itu menggendong anak sambil menenteng stroller lipat pun merapat ke priority seats. Seorang wanita berdiri dan mempersilahkan kursinya untuk saya tempati. Kebaikannya langsung saya tolak karena melihat perutnya yang buncit menandakan ia hamil tua. Saya tahu betapa beratnya mengandung apalagi ia lelah setelah bekerja. Kalau tiba-tiba kontraksi lalu mbrojol di kereta, heboh deh. Ia pun kembali duduk.
Di sampingnya, ada 2 lelaki yang tertidur. Pikiran jahat pun mampir, ah jangan-jangan hanya pura-pura. Old trick. Ah, jangan mudah menilai buruk orang lain. Mungkin saja mereka memang sangat kelelahan. Kan saya tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya pada mereka.
Lesson #2: Keep calm and clear thinking in a blurry world
Sampai di stasiun tujuan, saya turun dan langsung memesan ojek online. Peak hour nih, bakal ada penyesuaian tarif dan rebutan order. Aplikasi pertama tidak bisa memetakan lokasi saya dengan akurat. Berkali-kali muncul tanda error. Waduh, saat butuh malah begini.
Aplikasi kedua minta di-update terlebih dahulu. Bila tidak, harus keluar aplikasi. Lah segitunya nih ojek online. Update aplikasi butuh waktu lama sedangkan baterai HP kritis.
Udara panas Jakarta membuat saya semakin panik. Maksud hati ingin segera pulang dan beristirahat, namun tertahan dengan kondisi ini. Saya pun meminta tolong suami, by phone, untuk memesankan ojek.
20 menit berlalu, saya mendapat kabar kalau dia sudah mencoba kedua aplikasi tersebut namun mengalami hal yang sama. Saya pun duduk sambil memandangi segarnya es teh di bangku sebelah (entah punya siapa, ngiler..). Mau beli minuman supaya menyegarkan pikiran dan bisa berpikir jernih tetapi hanya membawa uang dua puluh ribu rupiah untuk bekal naik ojek.
Setelah menenangkan diri (dan menenangkan si buah hati di gendongan) saya pun memutuskan naik angkot yang dari tadi wara-wiri di depan stasiun. Harusnya sih ada yang menuju rumah atau setidaknya mendekati lah.
Nah, itu dia. Ternyata solusinya sudah ada di depan mata sedari tadi. Saya cukup menyeberang, naik angkot, turun terminal, dan jalan kaki menuju rumah.
Ongkosnya? Lima ribu rupiah saja. Alhamdulillah, saya bisa mampir ke mini market untuk membeli minuman. Betapa besar nikmat-Mu. Minuman yang paling nikmat adalah minuman yang diminum saat (sangat) haus.
Ada satu lagi. Saat turun di terminal yang penuh hiruk pikuk manusia bercampur motor, angkot, dan bus, pikiran mudah teralihkan. Syukurlah saya punya pengalaman buruk di terminal itu, dipalak secara halus. Maka, pasang tampang cuek dan balaslah segala pertanyaan "Mau kemana?" dengan gelengan sambil memikirkan tujuan utama yaitu: keluar terminal dan jalan ke rumah. Tujuan yang tergambar jelas memudahkan saya fokus menjalankan aksi.
@helenamantra
Lesson #3: Set clear goals
Ada satu lagi. Saat turun di terminal yang penuh hiruk pikuk manusia bercampur motor, angkot, dan bus, pikiran mudah teralihkan. Syukurlah saya punya pengalaman buruk di terminal itu, dipalak secara halus. Maka, pasang tampang cuek dan balaslah segala pertanyaan "Mau kemana?" dengan gelengan sambil memikirkan tujuan utama yaitu: keluar terminal dan jalan ke rumah. Tujuan yang tergambar jelas memudahkan saya fokus menjalankan aksi.
@helenamantra
do not judge easily, setuju banget.., kadang kita terlalu cepat menilai orang tanpa tahu tentang situasi sebenarnya ya..
ReplyDeletemakasih tulisannya mba Helen, inspiratif banget.., salam kenal juga yaa..
iya..harus tahan diri untuk tidak cepat menilai orang.
Deletesama-sama mba Zata
nah itulah mba namanya kesigapan batin dan mental kuat jadi bisa learning by doing (baik dalam perjalan hidup yg dekat dengan aktifitas sehari2) hingga membuahkan pengalaman yang tidak terlupakan. Sip banget artikelnya mba, menginspirasi siapa saja.
ReplyDeletejadi harus stroooong!
Deletemakasih juga mba
Di luar sana mmang banyak pelajaran ya.
ReplyDeletePolah tingkah manusia beraneka ragam, yang punya tujuan maupun yang tidak.
Kehati-hatian juga perlu mendapat perhatian kita.
Salam hangat dari Jombang
Betul Pakde
Deletesaya banyak belajar dari pakde lho.. *sungkem
Positif Thinking itu emang susah ya Mba, tapi harus belajar terus dan terus.
ReplyDeleteiya..terus berlatih ya mba
DeleteNah ini dia, positif thinking perlu dan harus belajar dan belajar.
ReplyDeleteTulisannya sangat inspiratif.
Yg pertama mbak, saya sering menemukan dan aku juga langsung menuduh dengan yg bukan2. Kalau pas di Terminal sih emang kudu waspada ya. Apalagi kalau udah malam saya jalannya bergegas dan hanya menggeleng bila ditawari. Kalau masih dipaksa, saya akan bilang udah dijemput. :)
sama..kadang takut kalo di terminal yang pencahayaannya kurang dan jarang terlihat satpam.
DeleteToday you inspiring me so much lenos ��
ReplyDeleteRahra..makasih :)
Deletealhamdulillah
Well said
ReplyDeletemakasih Hos!
Delete